Pelajaran dari Kebodohan Ikhwanul Muslimin Mesir (Bag. 1)
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Oleh : Al-Ustadz Sofyan chalid bin Idham Ruray
Mengambil pelajaran dari sejarah suatu bangsa dan kisah yang telah berlalu adalah perintah Allah ta’ala kepada kaum mukminin,
قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذَّبِينَ
“Telah lewat sebelum kalian ujian-ujian
yang menimpa pengikut para nabi, maka berjalanlah di muka bumi lalu
lihatlah bagaimana akibat yang jelek bagi orang-orang yang mendustakan.”
[Ali Imron: 137]
Sebetulnya, sejarah yang telah berlalu
telah memberikan pelajaran besar bagi umat Islam, bahwa pemberontakan
terhadap pemerintah muslim yang zalim hanyalah mendatangkan kemudaratan
yang lebih besar dibanding manfaatnya. Namun sayang kelompok bid’ah
Ikhwanul Muslimin belum juga mau mengambil pelajaran, mereka korbankan
nyawa-nyawa kaum muslimin hanya demi meraih kekuasaan yang terampas dari
tangan mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
أن الله تعالى بعث محمدا
صلى الله عليه وسلم بصلاح العباد في المعاش والمعاد وأنه أمر بالصلاح ونهى
عن الفساد فإذا كان الفعل فيه صلاح وفساد رجحوا الراجح منهما فإذا كان
صلاحه أكثر من فساده رجحوا فعله وإن كان فساده أكثر من صلاحه رجحوا تركه
فإن الله تعالى بعث رسوله صلى الله عليه وسلم بتحصيل المصالح وتكميلها
وتعطيل المفاسد وتقليلها فإذا تولى خليفة من الخلفاء كيزيد وعبد الملك
والمنصور وغيرهم فإما أن يقال يجب منعه من الولاية وقتاله حتى يولى غيره
كما يفعله من يرى السيف فهذا رأى فاسد فإن مفسدة هذا أعظم من مصلحته وقل من
خرج على إمام ذي سلطان إلا كان ما تولد على فعله من الشر
أعظم مما تولد من الخير كالذين خرجوا على يزيد بالمدينة وكابن الأشعث الذي
خرج على عبد الملك بالعراق وكابن المهلب الذي خرج على ابنه بخراسان وكأبي
مسلم صاحب الدعوة الذي خرد عليهم بخراسان أيضا وكالذين خرجوا على المنصور
بالمدينة والبصرة وأمثال هؤلاء وغاية هؤلاء إما أن يغلبوا وإما أن يغلبوا
ثم يزول ملكهم فلا يكون لهم عاقبة فإن عبد الله بن علي وأبا مسلم هما
اللذان قتلا خلقا كثيرا وكلاهما قتله أبو جعفر المنصور وأما أهل الحرة وابن
الأشعث وابن المهلب وغيرهم فهزموا وهزم أصحابهم فلا أقاموا دينا ولا أبقوا
دنيا والله تعالى لا يأمر بأمر لا يحصل به صلاح الدين ولا صلاح الدنيا وإن
كان فاعل ذلك من أولياء الله المتقين ومن أهل الجنة
“Bahwa Allah ta’ala mengutus Nabi
Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam demi kemaslahatan para hamba di
kehidupan dunia dan akhirat, dan bahwa beliau memerintahkan kepada
kebaikan dan melarang dari kerusakan, maka apabila dalam satu perbuatan
terdapat kebaikan dan kerusakan, hendaklah kaum muslimin mengambil mana
yang paling kuat dari keduanya; jika kebaikannya lebih banyak dari
kerusakannya, hendaklah mereka melakukannya. Namun apabila kerusakannya
lebih banyak dari kebaikannya, hendaklah mereka meninggalkannya, karena
sesungguhnya Allah ta’ala mengutus Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa
sallam untuk menghasilkan kemaslahatan dan menyempurnakannya, serta
menghilangkan kemudaratan dan menguranginya.
Maka, jika yang berkuasa dari kalangan
khalifah (yang tidak lebih pantas) seperti Yazid, Abdul Malik,
Al-Manshur dan selain mereka; bisa jadi dikatakan bahwa wajib
mencopotnya dan memeranginya sampai ia lengser dan digantikan oleh yang
lainnya, sebagaimana yang dilakukan oleh mereka yang berpendapat
bolehnya pemberontakan, maka ini adalah pendapat yang rusak, karena
sungguh kerusakannya lebih besar dari kemaslahatannya.
Dan pada umumnya, tidaklah mereka
memberontak kepada penguasa kecuali timbul kejelekan yang lebih besar
dibanding kebaikan, seperti mereka yang memberontak kepada Yazid di
Madinah, pemberontakan Ibnul ‘Asy’ats terhadap Abdul Malik di Iraq,
pemberontakan Ibnul Mulhab terhadap anaknya Abdul Malik di Khurasan,
pemberontakan Abu Muslim yang menyerukan pemberontakan terhadap penguasa
di Khurasan, juga pemberontakan terhadap Al-Manshur di Madinah dan
Bashroh dan yang semisalnya, pada akhirnya dua kemungkinan, mereka
dikalahkan atau mereka menang lalu berakhir kekuasaan penguasa
sebelumnya, namun yang terjadi adalah tidak ada hasil yang baik bagi
para pemberontak tersebut.
Abdullah bin Ali dan Abu Muslim yang
melakukan pemberontakan dengan membunuh banyak orang akhirnya keduanya
dibunuh oleh Abu Ja’far Al-Manshur, adapun penduduk Al-Harah, Ibnul
Asy’ats, Ibnul Mulhab dan selain mereka akhirnya menderita kekalahan,
demikian pula pasukan-pasukannya, sehingga mereka tidaklah menegakkan
agama dan tidak pula menyisakan dunia, padahal Allah ta’ala tidak
memerintahkan suatu perkara yang tidak menghasilkan kebaikan bagi agama
ataupun dunia, meskipun yang memberontak itu dari kalangan wali Allah
yang bertakwa dan termasuk penduduk surga (perbuatan mereka tidak dapat
dibenarkan).” [Minhaajus Sunnah, 4/313-315, Asy-Syamilah]
Apa yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam
di atas tidaklah terlalu jauh dengan apa yang terjadi di Mesir dan
negeri-negeri lainnya hari ini, Ikhwanul Muslimin di Mesir sebelumnya
telah menggerakkan pemberontakan terhadap Husni Mubarak dalam bentuk
demonstrasi dan celaan-celaan terhadap penguasa di media massa, ketika
pada akhirnya mereka berkuasa, pihak lain pun melakukan pemberontakan
terhadap mereka. Setelah kekuasaan mereka tumbang, mereka kembali
melakukan pemberontakan, akhirnya nyawa-nyawa kaum muslimin yang menjadi
korban.
Belum cukupkah ini menjadi pelajaran
berharga bagi kaum muslimin, khususnya kepada mereka yang masih
bersimpati dengan kelompok bid’ah Ikhwanul Muslimin, mengidolakan
tokoh-tokoh IM yang jelas-jelas memiliki ideologi pemberontakan, bahkan
menginstruksikan untuk mencoblos partai mereka, seperti kelompok Wahdah
Islamiyah yang berpusat di Makassar, demikian pula tokoh-tokoh yang
terpengaruh ideologi pemberontakan Khawarij IM seperti Abdur Rahman
Abdul Khaliq, Muhammad Surur, Salman Al-’Audah, Safar Al-Hawali, ‘Aidh
Al-Qorni, Muhammad Al-Arifi, berhati-hatilah dari kesesatan mereka,
فَاعْتَبِرُوا يَا أُولِي الأَبْصَار
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan.” [Al-Hasyr: 2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar