Dakwah mengajak manusia kepada Allah
Subhanahuwata’ala dapat bermakna, menghimbau manusia melaksanakan apa
yang Allah Ta’ala perintahkan dan meninggalkan apa yang dilarangNya.
Allah Ta’ala berfirman :
…أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ…
“… Mereka mengajak neraka, sedang Allah mengajak ke surga..” ( Al Baqarah : 221)
Maksudnya mengajak, menghimbau, dan memerintahkan. Dan Allah Ta’ala
berfirman menerangkan tentang seorang mukmin dari pengikut- pengikut
Fir’aun :
وَيَا قَوْمِ مَا لِي أَدْعُوكُمْ إِلَى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إِلَى النَّارِ
“ Hai kaumku, bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru ke neraka?”(Ghafir : 41)
Dengan demikian makna dakwah secara
syar’i adalah seruan atau himbauan untuk menjalankan perintah Allah baik
ucapan maupun perbuatan dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah,
baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Dakwah mengajak manusia
kepada Allah artinya memerintahkan dan menghimbau manusia untuk
menjalankan semua perintah Allah, berupa seruan untuk beriman kepada
Allah dan semua yang di bawa oleh Rasul-Nya. Dan ini meliputi ajaran
agama seluruhnya. Oleh sebab itu, kata dakwah dalam Al Quran datang
dengan sifat dialog dan panggilan ( himbauan) misalnya dalam lafaz –
lafaz berikut :
أَيُّهَا النَّاسُ
“ Hai manusia”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
“ Hai orang – orang yang beriman”
يَا أَهْلِ الْكِتَا
“ Hai Ahli kitab”
Dakwah mengajak manusia kembali kepada
Allah adalah perkara besar. Dakwah termasuk kewajiban penting atas
setiap individu muslim khususnya para ‘ulama.
Allah mewajibkan kepada para ‘ulama
untuk menjelaskan Al Haq ini dengan dalil-dalinya sehingga keluarlah
manusia dari kegelapan kebodohan dan tegaknya urusan serta agama mereka
di atas perintah Allah Subhanahuwata’ala. Dan kebodohan terhadap masalah
ini, akibatnya sangat buruh bagi seluruh dunia. Karena kebodohan
terjadi, ilhad (penyimpangan) dalam nama dan sifat-sifat-Nya. Kerena
kebodohan pula ajaran agama ini di selewengkan seluruhnya. Dan karena
itu pula nabi menerangkan bahwa apabila ulama itu telah di cabut (
dimatikan Allah) tinggallah para jahil yang berfatwa kepada manusia
tanpa ilmu akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. Allah telah memberikan
perintah berdakwah dalam beberapa ayat-Nya, membangkitkan semangat
mencintainya dan mendorong untuk menjalankannya. Allah berfirman :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“ siapakah yang lebih baik
perkataanya daripada orang yang menyeru kekada Allah mengerjakan amal
shaleh dan berkata : “ sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri?” ( Fushshilat :33)
Jadi orang yang paling baik perkataan
dan perbuatannya adalah orang yang mengajak manusia kepada Allah
membimbing mereka kepadanya, mengajari mereka urusan agama mereka,
memberikan pemahaman agama kepada mereka, bersabar dalam menjalankannya,
dan mengamalkannya apa yang didakwahkanya. Dalam hadist Rasulullah
bersabda :
“ barang siapa yang mengajak
manusia kepada hidayah ( pentunjuk) niscanya dia mendapat pahala seperti
pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka itu
sedikit pun. Dan siapa yang mengajak manusia kepada kesesatan, maka dia
menanggung dosa seperti dosa-dosa yang mengikutinya tanpa mengurangi
dosa mereka sedikitpun”.( HR. Muslim 16/374 no 3674)
Di dalam shahihain ( Shahih Bukhari dan
Shahis muslim) dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi dari Nabi
Sholollohu’alaiwassalam, beliau bersabda kapada ‘Ali ketika mengutusnya
membebaskan Khaibar, kata beliau :
“.. maka demi Allah sungguh
seandainya Allah memberi hidayah kepada seorang melalui engkau, maka itu
lebih baik bagimu daripada seekor onta merah “ ( HR. Al Bukhari Kitabul
Jihad 6/211 no 2942)
Dengan demikian jelaslah, bahwa dakwah
mempunyai kedudukan yang sangat mulia. Karena dia merupakan tugas para
Nabi dan Rasul. Bahkan merupakan tugas paling utama yang dengan sebab
inilah diutusnya Rasulullah dan dibebankan pula kepada para pengikutnya.
Allah berfirman :
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ
“katakanlah : inilah jalan (agama)
ku, aku dan orang-orang yang mengikuti mengajak (kamu) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata” (Yusuf : 108)
Jadi inilah jalan para Rasul
shalawatullahi wa salammuhu’alaihim. Merekalah para pemberi peringatan
dan berita gembira, sebagaimana firman Allah :
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
“ maha suci Allah yang telah
menurunkan Al Furqan ( Al Qur’an) kepada hambanya agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada seluruh alam” ( Al Furqan: 1)
Oleh karena itu Allah jadikan dakwah ini
sebagai kewajiban agama yang paling mulia. Allah mewajibkan dakwah ini
kepada seluruh kaum muslimin, masing – masing sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya. Allah Ta’ala mensifatkan kaum mukminin yang berdakwah ini
sebagai mukmin yang sempurna, memuji mereka yang telah menjalankan
dakwah ini, saling tolong menolong dan mewasiatkan kepada sesama mereka
adalah sebaik-baik manusia orang. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“ kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang
mungkar dan beriman kepada Allah “ ( Ali Imran 110)
Umat manusia sangat membutuhkan dakwah
islamiyah ini. Mereka sangat butuh kepada ajaran agama Allah yang kokoh
ini. Dan Allah telah menciptakan manusia ini dalam keadaan penuh
kekurangan. Dari sini, maka bagaimana pun luas dan hebatnya pengetahuan
mereka, manusia tetap dalam kekurangan dan keterbatasanya. Karena inilah
manusia sangat membutuhkan orang yang mengajak untuk kembali kepada
Allah. Berkaitan dengan masalah ini Ibnul Qayyim mengatakan :
“ kebutuhan manusia kepada syariat
islam ini adalah kebutuhan sangat mendesak, melebihi kebutuhan mereka
terhadap yang lainnya. Dan kebutuhan mereka terhadap syariat ini jauh
lebih hebat dibandingkan hajat mereka terhadap udara untuk pernafasan
mereka, bahkan jauh di atas kebutuhan terhadap makan dan minum. Oleh
sebab itu tidak ada seorang pun dari manusia yang kebutuhannya kepada
sesuatu jauh lebih hebat di bandingkan kebutuhan mereka terhadap ilmu
pengetahuan tentang apa yang di bawa oleh Rasulullah melaksanakannya
mendakwahkannya dan bersabar menghadapinya”
Kepentingan dan keutamaan dakwah ini
semakin terlihat jelas ketika fitrah manusia telah mengalamai perubahan
seiring dengan penyimpangan dari manhaj yang lurus ini menuju
peribadatan kepada selain Allah, baik melalui aturan pendidikan,
lingkungan keluarga, atau masyarakat yaang buruh atau dengan adanya da’i
– da’i sesat yaitu padat syaitan dari kalangan jin dan manusia.
Sebagaimana Sabda Rasulullah :
“ tidak ada seoarang anak yang
dilahirkan melainkan di lahirkan di atas fitrah ( Islam). Lalu kedua
orang tuanya yang membuatnya jadi yahhudi, Nashrani, atau majusi ( HR.
Bukhari dalam kitab Tafsir Surat Rum , 9/465 no/4775 dan Muslim Kitabul
Qadar)
Maka tatkala berbagai hal yang merupakan
faktor penyebab kesesatan manusia, Allah memberi perintah untuk
berdakwah dan Allah menurunkan kitab-kitabNya serta mengutus para
Rasul-Nya untuk berdakwah mengajak manusia kembali kepadaNya”.
Selayaknya untuk diungkapkan bahwa konsekuensi keberadaan mereka sebagai
pengikut Rasulullah adalah berdakwah mengajak manusia kepada Allah.
Bahkan mutaba’ah itu tidak dianggap sempurna kecuali dengan terpenuhinya
hal ini.
Sebab itulah dalam FirmannYa dengan tegas menyatakan :
قُلْ
هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ
اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“ katakanlah : inilah jalanku (
agama) ku , aku dan orang-orang yang yang mengikuti mengajak ( kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik” ( Yusuf : 108)
Termasuk hal-hal yang menonjol
kepentingan dakwah kepada Allah ini di atas manhaj yang benar yaitu
adapada sebagian wilayah muslimin cara-cara dan hal hal yang berkaitan
dengan keadaan ini menghalangi kaum muslimin untuk memahami aqidah yang
lurus. Dari sini tampak pula betapa butuhnya manusia kepada segala
sesuatu yang dapat menjelaskan ‘aqidah yang lurus dan murni yang di
tegakkan di atas nash kedua wahyu yaitu Al Quran dan As Sunnah.
(Diambil dari Buku Manhaj Dakwah Salafiyah, Pustaka Al Haura’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar