Radio Muwahiddin

Selasa, 22 Mei 2012

Pertempuran antara Tauhid dengan Syirik (1)


Pertempuran antara Tauhid dengan Syirik (1)

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Oleh : Al-Ustadz Abul Mundzir Dzul-Akmal As-Salafy

Pertempuran atau perseteruan antara at Tauhid dengan asy syirik diantara al Haq dan al bathil telah terjadi sejak lama, sejak zaman Nabi Nuh `Alaihis Sholaatu was Sallam ketika menyeru kaumnya untuk ber`ibadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta`aala saja dan meninggalkan seluruh bentuk per`ibadatan yang diperuntukkan selain kepada Allah Jalla wa `Alaa; apakah kepada berhala-berhala, jin, kuburan orang orang sholih yang meninggal atau para wali yang mereka keramatkan kuburan-kuburan mereka dan sejenisnya.

1. Nabi Nuh `Alaihis Sallam yang berumur seribu tahun berada ditengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun, beliau menda`wahkan kaumnya kepada tauhid, kepada لاإله إلاألله (Tiada ilah (ma`buud) yang berhak untuk di`ibadahi kecuali Allah Tabaaraka wa Ta`aala). Agar mereka mau kembali kepada ajaran Din (Agama) yang Hanif yaitu mengikhlaskan `ibadah kepada Allah `Azza wa Jalla saja, dan meniggalkan segala bentuk per`ibadatan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mengambarkan kepada kita bentuk da`wah Nabi Nuh `Alaihis Sallam terhadap kaumnya serta penolakkan kaumnya terhadap da`wahnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :


((قَالَ رَبّ إِنّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلاً وَنَهَاراً * فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآئِيَ إِلاّ فِرَاراً * وَإِنّي كُلّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوَاْ أَصَابِعَهُمْ فِيَ آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْاْ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرّواْ وَاسْتَكْبَرُواْ اسْتِكْبَاراً إِنّي دَعَوْتُهُمْ جِهَاراً * ثُمّ إِنّيَ أَعْلَنْتُ لَهُمْ وَأَسْرَرْتُ لَهُمْ إِسْرَاراً * فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُواْ رَبّكُمْ إِنّهُ كَانَ)). سورة نوح : 5-10).

Artinya : Berkata Nuh : Ya Rabbiy sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (lari dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap mengingkari dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada Iman) dengan terang-terangan. Kemudian sesungguhnya aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka : “Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.” ( QS. Nuh : 5-10).

Di ayat lain Allah Tabaaraka wa Ta`aala berfirman :

{وَقَالُواْ لاَ تَذَرُنّ آلِهَتَكُمْ وَلاَ تَذَرُنّ وَدّاً وَلاَ سُوَاعاً وَلاَ يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْراً * وَقَدْ أَضَلّواْ كَثِيراً وَلاَ تَزِدِ الظّالِمِينَ إِلاّ ضَلاَلاً }

Artinya : Dan mereka berkata: ”jangan sekali-kali kalian meniggalkan per`ibadatan kepada ilah-ilah (ma`buud ma`buud) kalian! Dan jangan pula sekali- kali kalian meniggalkan per`ibadatan kepada Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghust, Ya’uuq dan Nasr, dan sesungguhnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia).” (QS. Nuh : 23-34).

Al Imam al Bukhariy dalam “shohihnya” ketika menafsirkan ayat ini didalam kitab tafsirnya; beliau menurunkan suatu riwayat dari `Abdullah Ibnu `Abbas radhiallahuma; beliau berkata :

“صارت الأوثان التي كانت في قوم نوح في العرب بعد : أما ود كانت لكلب ودومة الجندل، وأما سواع كانت لهذيل، وأما يغوث فكانت لمراد، ثم لبني غطيف بالجرف عند سبأ. وأما يعوق فكانت لهمدان. وأما نسر فكانت لحمير، لآل ذي الكلاع، أسماء رجال صالحين من قوم نوح. فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون أنصابا وسموها بأسمائهم ففعلوا، فلم تعبد، حتى إذا هلك أولئك وتنسخ العلم عبدت.”

Artinya : Berhala-berhala yang terdapat di qaum Nabi Nuh `Alaihis Sholaatu was Salaam berpindah kepada bangsa `Arab setelah itu; adapun Wad terdapat pada Kalb[1] di Daumatil Jandal[2], sedangkan Suwaa` terdapat pada Hudzeil, adapun Yaghuuts pada Muraad, kemudian berpindah kepada Bani Ghathiif[3] di al Jurf di Saba`. Sedangkan Ya`uuq pada bani Hamadaan. Sedangkan Nasr bagi bani Dzil Kalaa` di Himyar, kelima berhala ini merupakan nama orang orang yang shoolih dari qaum Nabi Nuh `Alaihis Sholaatu was Sallaam. Setelah mereka meninggal mulailah syaithon mewahyukan kepada qaumnya untuk memancangkan pancang (sebagai tanda) di tempat tempat majlis mereka ketika mereka duduk dimajlis itu dahulu, dan setiap tanda itu dinamakan dengan nama mereka masing-masing, mereka lakukanlah bisikan syaithon itu, akan tetapi belum di`ibadati, sehingga setelah binasa generasi tadi dan `ilmu mulai hilang di`ibadatilah berhala berhala tersebut.” [4]

Berkata al Imam Ibnu Jariir at Thobariy : dari Muhammad bin Qeis berkata : “mereka adalah qaum yang shoolih dari bani Adam, dan mereka juga mempunyai para pengikut yang berqudwah dengan mereka, takkala mereka meninggal; berkata shahabat mereka : “seandainya kita buat lukisan mereka sudah tentu akan membuat kita bersemangat untuk ber`ibadah ketika kita mengingat mereka!” Dibuatlah lukisan mereka, setelah generasi tersebut meninggal maka datanglah generasi setelah itu; menyelusuplah iblis kepada mereka, berkatalah iblis : “sesungguhnya generasi sebelum kalian ini meng`ibadati mereka, dan meminta hujan kepada mereka, kemudian merekapun meng`ibatinya.” [5]

Pada awalnya yang mereka lakukan hanya memancangkan kayu atau batu, yang ditanam hanya sebagai tanda ditempat majlis-majlis yang pernah mereka duduk, dengan tujuan untuk mengenang mereka (Suwaa’,Yaghuust,Ya’uug, Wadd serta Nasr). Sehingga ketika mereka mendatangi pancang-pancang tersebut terasa seolah-olah mereka itu masih ada di hadapan mereka dan terasa dekat sekali dengan mereka. Ini merupakan permainan syaithon kepada kaum Nuh `Alaihis Sallaam sebelum beliau diutus Allah Tabaaraka wa Ta`aala.

Kalau kita memperhatikan riwayat dari Ibnu `Abbas radhiallahu `anhuma di atas, nampak dan jelas sekali bagaimana cara syaithon untuk menyesatkan manusia dari sisi bentuk peng-agungan terhadap orang-orang yang sholih. Pertama-tama dibisikan oleh syaithon kepada mereka untuk meletakan tanda tanda di majlis mereka, kemudian dibisikan untuk membuat lukisan-lukisan mereka, setelah itu mulailah dibisikan bahwa orang-orang sholih ini sanggup untuk menurunkan hujan. Setelah itu mulailah mereka meng`ibadatinya; berdo’a, meminta rizki, bernadzar, menyembelih mendatangi kuburan mereka untuk memohon kepada mereka agar hajat-hajat mereka disampaikan kepada Allah `Azza wa Jalla, dengan dalih bahwa sebagai wasilah (perantara) antara mereka dengan Allah Jalla wa `Alaa dan untuk mendekatkan mereka kepada Allah Subhaana wa Ta`aala sebetul betul dekat.

Allah Tabaaraka wa Ta`aala berkata tentang mereka :

(أَلاَ لِلّهِ الدّينُ الْخَالِصُ وَالّذِينَ اتّخَذُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَآءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاّ لِيُقَرّبُونَآ إِلَى اللّهِ زُلْفَىَ إِنّ اللّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنّ اللّهَ لاَ يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَـفّارٌ) سورة الزمر (3).

Artinya : Ingatlah, hanya kepunyaan Allah lah ad Din yang bersi dari kesyirikan. Dan orang-orang mengambil penolong selain Allah mereka berkata : “Kami tidaklah meng`ibadati mereka melainkan supaya mereka betul-betul mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan padanya. Sesungguhnya Allah tidak akan menunjuki orang-orang pendusta dan sangat ingkar.” (QS. Az Zumar : 3).

Berkata asy Syaikh `Abdurrahman as Sa`diy rahimahullahu Ta`aala : “ Ini merupakan bentuk perintah untuk ikhlash, dan penjelasan bahwa sebagaimana Allah-lah yang memiliki sifat yang Maha Sempurna, memiliki seluruh keutamaan atas seluruh hamba hamba-Nya dari segala sisi, demikian juga maka bagi-Nya-lah ad Diinul Khaalish (Agama yang sangat bersih dari syirik), bersih dari seluruh kotoran. Inilah Din (Agama) yang telah diridhoi-Nya, dan diridhoi-Nya untuk makhluq pilihan-Nya, lalu Dia perintahkan kepada mereka untuk berpegang dengan Din tersebut; karena terkandung dalamnya peng-`ubudiyah-an hanya semata-mata kepada Dia saja, dalam bentuk cinta, takut, pengharapan, taubat, dalam mencapai apa-apa yang diinginkan oleh hamba hamba-Nya.

Demikian itulah yang akan memperbaiki hati, membersihkannya dan mensucikannya, tanpa kesyirikan sedikitpun dalam bentuk per`ibadatan. Sesungguhnya Allah Tabaaraka wa Ta`aala berlepas darinya, sedikitpun Allah Subhaana wa Ta`aala tidak butuh padanya, Dia sangat tidak butuh dengan segala bentuk persekutuan tersebut. Sebab kesyirikan itu sebagai perusak terhadap hati dan arwah, mencelakakan di dunia dan akhirat, mengantarkan jiwa-jiwa tersebut kelembah kecelakaan. Oleh karena itu takkala Allah memerintahkan untuk mentauhidkan-Nya dan mengikhlashkan seluruh per`ibadatan kepada-Nya saja, juga Dia melarang dari seluruh bentuk kesyirikan, dan Allah Jalla wa `Ala telah mengkhabarkan tercelanya orang-orang yang mempersekutukannya, maka Allah Tabaaraka wa Ta`aala berkata :

((والذين اتخذوا من دونه أولياء)).

Artinya : “Dan orang orang yang mengambil penolong selain daripada Allah.”

Asy Syaikh `Abdurrahman as Sa`diy berkata : Maksudnya : “Mencintai mereka dengan ber`ibadat dan berdo`a kepada mereka, sementara mereka minta `udzur tentang diri mereka sambil berkata :

((ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى)).

Artinya : “Tidaklah kami ber`ibadat kepada mereka melainkan mereka betul betul mendekatkan diri kami kepada Allah sebetul betul dekat.”

Berkata asy Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy : Maksudnya : “Supaya mereka menyampaikan hajat-hajat kami kehadapan Allah, dan menolong kami dihadapan-Nya. Sebenarnya kami mengetahui bahwa mereka tersebut tidak mampu untuk menciptakan, tidak memberi rezqi, dan juga tidak memiliki sedikitpun urusan ini.” [6]

Berkata asy Syaikh Sholih al Fauzaan : “Adapun bangsa `Arab terbagi kepada dua golongan : Golongan yang pertama mereka mengikuti agama-agama terdahulu seperti agama Yahudi, Nashraniy dan al Majuusiyah. Sedangkan golongan yang kedua adalah mereka yang berada di atas al Hanafiyyah (Din/Agama yang lurus), Din/Agama Nabi Ibraahim `Alaihis Sholaatu was Salaam, apalagi di negeri al Hijaaz di bumi Makkatul Mukarramah.

Sampai muncul dikalangan mereka seorang lelaki dikatakan namanya : `Amr bin Luhay al Khuzaa`iy, dia penguasa di al Hijaaz, menampakan keta`atan, `ibadah dan kesholehan, lalu dia berangkat kenegeri Syam untuk berobat, disana dia dapatkan penduduk negeri tersebut meng`ibadati berhala, lantas dia menganggap baik hal itu, sekembalinya dari Syam dia bawa beberapa berhala, kemudian dia cari-cari berhala-berhala yang telah terkubur di bumi setelah qaum Nuh `Alaihis Sholaatu was Salaam, “Wadd, Suwaa`, Yaghuuts, Ya`uuq dan Nasr, dan selainnya, sesungguhnya taufaan telah membinasakan dan menguburnya, dan datanglah syaithon menunjukkan tempat berhala tersebut, lalu dia bongkar dan dia keluarkan berhala-berhala itu, kemudian dia bagikan kepada setiap qabilah `Arab dan dia perintahkan untuk di`ibadati; merekapun menerima yang demikian darinya, maka masuk dan menyebarlah kesyirikan dibumi al Hijaz dan selainnya dari negeri-negeri `Arab, dialah yang merobah-robah Din (Agama) Nabi Ibrahim `Alaihis Sholaatu was Salaam, dialah yang mengorbankan sembelihan dari binatang ternak untuk berhala-berhala tersebut; oleh karena itu Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam telah menyaksikannya menarik-narik ususnya di neraka. [7]

Maka dari sini kita ketahui bahwa pertempuran antara syirik dan Tauhid dari zaman dahulu, dan itu selalu diperangi oleh para Anbiya` (para Nabi dan Rosul) `Alaihimus Sholaatu was Salaam, dengan pengertian bahwa da`wah para Nabi dan Rosul adalah memerangi seluruh bentuk kesyirikan dan rentetan dibawahnya, dalam bentuk bid’ah, khurafat, serta tahyul. Sampai hari inipun, para `Ulama Ahlus Sunnah tetap mengimbarkan bendera Tauhid untuk memerangi kesyirikan, bid`ah dan seluruh bentuk khurafat dan tahyul.

Da`wah Tauhid adalah da`wah yang sangat berkah, kita lihat da`wah al Imam al Mujaddid; asy Syaikh Muhammad bin `Abdul Wahhab, yang mana dengan da`wahnya telah mengembalikan umat ini kepada Tauhid yang telah dibawa para Rosul. Dimana pada masa beliau hidup, di Jazirah `Arab sudah larut dengan kesyirikan, akan tetapi al Hamdulillah berkat da`wah beliau yang mengajak umat kepada Tauhid, memerangi kesyirikan, sampai hari ini Subhanallah! diberbagai belahan dunia telah merasakan ni`matnya da`wah Tauhid tersebut.

——————————————————-
[1] Berkata Ishaaq : Kalb bin Wabrah bin Qudhaa`ah, berkata al Haafzh : “Wabrah adalah ibnu Taghlab bin `Imraan bin Ilhaaf bin Qudhaa`ah.” (al Fath : 8/536), cetakan Daarur Rayyaan Litturaats al Qaahirah.

[2] Dumatul Jandal adalah satu kota di negeri Syaam sebelum `Iraaq. (al Fath : 8/536).

[3] Ghathiif bin `Abdillah bi Naajiyyah bin Muraad. (al Fath : 8/537).

[4] Diriwayatkan oleh al Imam al Bukhariy di “shohihnya” (5/382 no.4920).

[5] Lihat : “Jaami`ul Bayaan `an Ta`wiil Aay al Quraan” (15/29 hal. 98-99), karya Abu Ja`far Muhammad bin Jariir at Thobariy, cetakan Daarul Fikri.

[6] “Taisiirul Kariimir Rahmaan fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan,” oleh asy Syaikh `Abdurrahmaan as Sa`diy.

[7] Sesungguhnya telah datang riwayat yang shohih dari Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata beliau :

“رأيت عمرو بن لحي الخزاعي يجر قصبه في النار، وكان أول من سيب السوائب.”

Artinya : “Saya telah melihat `Amr bin Luhaiy al Khuzaa`iy menarik-narik ususnya di neraka, dan dialah yang pertama kali mengorbankan sembelihan binatang ternak untuk berhala.” Hadist ini dikeluarkan oleh al Bukhariy (3521), Muslim (2856). “Syarh Masaailul Jaahiliyyah”, oleh Syaikhul Islam al Mujaddid asy Syaikh Muhammad bin `Abdul Wahhaab, disyarahkan oleh asy Syaikh Sholih al Fauzaan, hal. 11-12.

Sumber : Buletin Jum’at Ta’zhim As-Sunnah Edisi 8 Jumadi Tsani 1428 H; URL sumber: http://tazhimussunnah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=20&Itemid=30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."