Keutamaan Menuntut Ilmu Syar'i (Bagian
2)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary
(Bagian 2)
Hadits-hadits yang Menerangkan Keutamaan Menuntut
Ilmu dan Kedudukannya
Terdapat kitab-kitab yang mengandung beratus-ratus
hadits yang mulia, di mana dalam hadits-hadits tersebut Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam memerintahkan kepada ilmu dan menganjurkan atasnya serta
menerangkan kedudukan ulama dan kemuliaannya dan apa-apa yang selayaknya
dimiliki oleh mereka agar berakhlak dengannya dan bersemangat
atasnya.
Di dalam Shahiihul Bukhaariy, misalnya, terdapat lebih
dari seratus hadits yang menjelaskan masalah ilmu, mencarinya dan anjuran
atasnya, dan sungguh Al- Imam Al-Bukhariy telah menyendirikan pembahasan ilmu
dengan membuat satu kitab khusus,
كتاب العلم
(yaitu Kitabul 'Ilmi) dalam Shahih-nya dan beliau
tempatkan setelah Kitabul Iman.
Demikian juga kitab-kitab sunnah lainnya yang padanya
terdapat sejumlah hadits yang banyak dari hadits-hadits yang marfu' dan
atsar-atsar yang mauquf kepada shahabat dan tabi'in, yang semuanya
mengisyaratkan kepada kedudukan yang agung yang kembalinya kepada ulama, dan
kedudukan yang tinggi yang Allah muliakan penuntut ilmu
dengannya.
Di antara hadits-hadits tersebut
adalah:
1. Dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي
الدِّيْنِ
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya,
niscaya Allah akan pahamkan dia tentang agama(nya)." (Muttafaqun
'alaih)
Pemahaman terhadap agama merupakan di antara kebaikan
yang terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dan orang yang tidak
mau tafaqquh fiddiin (mempelajari dan memahami agamanya) berarti telah
diharamkan dari berbagai kebaikan.
2. Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu dari
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مثل ما بعثني الله به من الهدى والعلم كمثل الغيث الكثير
أصاب أرضا فكان منها نقية قبلت الماء فأنبتت الكلأ والعشب الكثير وكانت منها أجادب
أمسكت الماء فنفع الله بها الناس فشربوا وسقوا وزرعوا وأصابت منها طائفة أخرى إنما
هي قيعان لا تمسك ماء ولا تنبت كلأ فذلك مثل من فقه في دين الله ونفعه ما بعثني
الله به فعلم وعلم ومثل من لم يرفع بذلك رأسا ولم يقبل هدى الله الذي أرسلت
به
"Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu
adalah seperti air hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi
tersebut terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan
ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat
menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga
mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan
airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang
tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan.
Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil
manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan ilmunya
kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali
dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus
dengannya." (HR. Al-Bukhariy)
Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam agar bersemangat terhadap ilmu dan belajar, yaitu
beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan perumpamaan terhadap apa yang
beliau bawa dengan hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan
memanfaatkan air hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan
mereka.
Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
menyerupakan orang yang mendengar ilmu yang beliau bawa dengan bumi/tanah yang
bermacam-macam yang air hujan turun padanya:
- Di antara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumput- rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.
- Di antara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil manfaat darinya.
- Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air.
- Di antara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumput- rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.
- Di antara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil manfaat darinya.
- Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air.
Tidaklah dikumpulkan dalam perumpamaan tersebut antara
dua kelompok yang pertama kecuali karena kebersamaan mereka dalam kemanfaatan
dari ilmu yang mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat.
Dan disendirikanlah kelompok ketiga yang tercela karena tidak adanya kemanfaatan
darinya. (Fathul Baarii 1/177)
Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan
yang besar antara orang yang menempuh jalannya ilmu lalu dia memberikan manfaat
pada dirinya dan manusia pun mengambil manfaat darinya dan antara orang yang
rela dengan kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat
bagian sedikit pun dari warisannya para Nabi.
3. Dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا، سَلَكَ
اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ
أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ
فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ، وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ،
وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ
عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ
الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia
mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan
(menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan
sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan
dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di
bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan
sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah
seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan
sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan
dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka
barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang
sangat banyak." (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya
hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6)
Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang
pemuliaan yang besar yang akan didapatkan oleh penuntut ilmu, di mana para
malaikat meletakkan sayap- sayapnya untuknya sebagai sikap tawadhu' dan
penghormatan kepadanya, demikian juga makhluk-makhluk yang banyak baik yang di
langit, di bumi maupun di lautan dan makhluk lainnya yang tidak ada yang
mengetahui jumlahnya kecuali Allah Subhaanah, semua makhluk tadi memintakan
ampun kepada Allah untuk penuntut ilmu dan mendo'akan kebaikan
untuknya.
Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan
bahwasanya dia adalah orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya
para Nabi, dan dia meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah
dikumpulkan di atas hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan
perhiasannya dan berebutan kepadanya.
4. Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia
berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
نَضَّرَ اللهُ امْرَءًا سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ
كَمَا سَمِعَهُ، فَرُبَّ مُبَلَّغٌ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ
"Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar
sesuatu dari kami lalu dia menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang
dia dengar, maka kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami
daripada orang yang mendengarnya." (HR. At-Tirmidziy no.2659 dan isnadnya
shahih, lihat Jaami'ul Ushuul 8/18)
Keutamaan ini, tidak diragukan lagi merupakan keutamaan
yang besar bagi penuntut ilmu, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mendo'akannya dengan kemuliaan dan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari
mempelajari ilmu, menghapal hadits, mengajarkannya dan menyampaikannya kepada
yang lainnya, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang disampaikan
walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan,
karena dia telah menjaganya dan menyampaikannya dengan jujur.
5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ
ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُوْ لَهُ
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka
terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang
bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim
no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang
yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi
akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh
murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya
dan tulisan- tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai
negeri.
Dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang
berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang
telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap
ilmunya tersebut.
Wallaahu A'lam WaHuwal Muwaffiq.
Bersambung..... insya
Allah
(Diringkas dari kitab Aadaabu Thaalibil 'Ilmi, karya
Doktor Anas Ahmad Karzun, hal. 10-18)
[Dinukil dari Buletin Al Wala wal Bara, Diterbitkan oleh
Ma'had Adhwa'us Salaf Bandung, Edisi ke-20 Tahun ke-3 / 15 April 2005 M / 06
Rabi'ul Awwal 1426 H]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar