Oleh : Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah
(Pengasuh Pesantren Al-Ihsan Gowa)
Beberapa
kali kami ditanya tentang roh gentayangan. Adakah dasarnya dalam agama
bahwa mayat setelah dicabut rohnya, karena ia jahat atau sebab lainnya,
ia terkadang dapat keluar dari Alam Barzakh alias alam kubur.
Pertanyaan ini muncul disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, karena kaum
muslimin hari ini suka menonton film-film horor yang menggambarkan
adanya orang-orang mati yang kembali hidup, dalam artian rohnya kembali
ke jasad, lalu berkelana dan bebas kesana-kemari. Kedua, karena adanya
desas-desus yang dusta bahwa ada roh yang gentayangan ditemukan di
sebagian tempat, seperti di Makassar diisukan ada sebagian orang pernah
melihat roh Sumiati di Lapangan Sepak Bola
Karebosi atau tempat lainnya. Konon kabarnya, Suamiti adalah seorang
wanita yang meninggal akibat diperkosa. Ketiga, adanya keyakinan salah
yang diwarisi oleh masyarakat awam dari nenek moyang mereka yang jahil
tentang agama. Keempatnya, munculnya setan menyerupai di depan sebagian
orang dalam rupa kerabat atau orang yang mereka kenal.
Inilah beberapa sebab dan
faktor yang melatari adanya keyakinan bahwa roh dapat kembali ke dunia,
lalu gentayangan dan berkelana di dunia nyata. Subhanallah, sungguh ini
adalah hal yang aneh bin ajaib.
Keyakinan ini telah dibantah oleh Allah -Ta’ala- di dalam Al-Qur’an Al-Majid,حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100) [المؤمنون/99، 100]“Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan”.
Ayat suci ini menerangkan tentang keadaan orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar
mereka dapat beriman dan beramal sholih. Namun mereka sebentar lagi
akan menghadapi suatu kehidupan baru setelah tercabutnya roh, yaitu
kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.
Di dalam ayat ini dijelaskan
bahwa kaum kafir atau orang-orang zhalim meminta agar umur jasad dan roh
mereka ditambah. Namun Allah tak memberikan apa yang mereka minta. Adapun
roh mereka, Allah terangkan dalam ayat ini bahwa roh mereka tak dapat
kembali, karena Allah telah membuat barzakh yang merupakan hajiz
(penghalang) antara alam dunia dan alam kubur. Lantaran
itu, alam kubur biasa disebut dengan “Alam Barzakh”. Di dalamnya
seseorang tak akan keluar lagi berkelana dan gentayangan di alam dunia.
Jika ia mukmin yang sholih, maka ia akan terus diberi kenikmatan di alam
kuburnya. Akan tetapi jika ia kafir atau fajir, maka mereka akan terus
mendapatkan kiriman adzab (siksaan) dari neraka.
Al-Imam Abul Faroj Abdur Rahman bin Ali Ibnul Jawziy Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata,
البرزخ ما بين الدنيا والآخرة وكل شيء بين شيئين فهو برزخ وقال الزجاج البرزخ في اللغة الحاجز وهو هاهنا ما بين موت الميت وبعثه
“Barzakh adalah sesuatu yang
ada diantara alam dunia dan alam akhirat. Setiap sesuatu yang ada di
antara dua perkara, maka ia adalah barzakh. Az-Zajjaj berkata, “Barzakh
menurut bahasa adalah hajiz (pembatas dan penghalang), sedang barzakh
disini ada diantara kematian seorang mayat dan pembangkitannya”. [Lihat
Zaadul Masiir (5/490), oleh Ibnul Jawziy, cet. Al-Maktab Al-Islamiy,
1404 H]
Dua penafsiran bagi kata
“barzakh” dari ayat ini telah ternukil dari sejumlah salaf. Al-Imam
Mujahid bin Jabr Al-Makkiy -rahimahullah- berkata,
حجاب بين الميت والرجوع إلى الدنيا.
“(Barzakh adalah) hijab (tabir) antara kematian dan kembali kedua”. [Lihat Jami' Al-Bayan (19/71)]
Ini menjelaskan bahwa barzakh
adalah tabir yang menghalangi roh untuk kembali ke alam dunia, sehingga
ia tak bebas semaunya kembali ke jasadnya atau kembali alam dunia tanpa
jasad, lalu gentayangan kemana saja yang ia kehendaki. Andaikan bisa
mereka lakukan, maka pasti kaum kafir dan zhalim orang yang pertama kali
melakukan hal itu, sehingga mereka kembali ke dunia untuk beramal
sholih. Tentu ini batil karena akibatnya akan samalah kedudukan kaum
kafir nantinya dengan kaum beriman setelah mereka kembali ke dunia untuk
beramal sholih.
Alam Barzakh yang menjadi
dinding penghalang merupakan perkara yang keberadaannya setelah kematian
dan keluarnya roh seseorang dan antara kebangkitan manusia di Padang
Mahsyar. Jadi, alam kubur atau alam barzakh merupakan alam pertengahan
antara alam dunia dan alam akhirat.
Adh-Dhohhak bin Muzahim -rahimahullah- berkata,
البرزخ: ما بين الدنيا والآخرة.
“Barzakh antara dunia dan akhirat”. [Tafsir Ath-Thobariy (19/71)]
Kedua penafsiran dari dua ulama dan ulama lainnya tentang makna “Barzakh” dalam ayat ini adalah hampir sama.
Al-Imam Abu Abdillah Al-Qurthubiy Al-Andalusiy -rahimahullah- berkata,
وهذه الأقوال متقاربة. وكل
حاجز بين شيئين فهو برزخ. قال الجوهري: البرزخ الحاجز بين الشيئين. والبرزخ
ما بين الدنيا والآخرة من وقت الموت إلى البعث، فمن مات فقد دخل في
البرزخ. وقال رجل بحضرة الشعبي: رحم الله فلانا فقد صار من أهل الآخرة!
فقال: لم يصر من أهل الآخرة، ولكنه صار من أهل البرزخ، وليس من الدنيا ولا
من الآخرة
“Pendapat-pendapat ini adalah
saling mendekati. Setiap sesuatu yang ada di antara dua perkara, maka ia
adalah barzakh. Al-Jawhariy berkata, “Barzakh adalah penghalang antara
dua perkara, sedang Barzakh ada diantara dunia dan akhirat dari saat
kematian sampai waktu kebangkitan”. Barangsiap yang mati, maka sungguh
ia telah masuk di Alam Barzakh. Ada seorang lelaki yang berkata di sisi
Asy-Sya’biy, “Semoga Allah merahmati fulan. Sungguh ia telah termasuk
penghuni akhirat!” Beliau berkata (dalam menyanggahnya), “Ia belum
termasuk penghuni akhirat. Akan tetapi ia termasuk penghuni alam
Barzakh. Alam Barzakh bukan alam dunia dan bukan pula alam akhirat”.
[Lihat Al-Jami' li Ahkam Al-Qur'an (12/150)]
Dua
ayat suci dari Surah Al-Mu’minun ini telah membatalkan dengan tegas
bahwa roh manusia terhalang dan tak mampu menyeberang ke alam dunia,
akibat adanya Barzakh (dinding dan pembatas) yang menghalangi antara
alam kubur dan alam akhirat.
Al-Imam Syaikh Abdur Rahman Ibnu Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata,
يخبر تعالى عن حال من حضره
الموت، من المفرطين الظالمين، أنه يندم في تلك الحال، إذا رأى مآله، وشاهد
قبح أعماله فيطلب الرجعة إلى الدنيا، لا للتمتع بلذاتها واقتطاف شهواتها
وإنما ذلك يقول: { لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ } من العمل،
وفرطت في جنب الله. { كَلا } أي: لا رجعة له ولا إمهال، قد قضى الله أنهم
إليها لا يرجعون
“Allah -Ta’ala-
mengabarkan tentang kondisi orang yang didatangi ajal dari kalangan
orang-orang teledor lagi zhalim bahwa kelak ia akan menyesal dalam
kodisi seperti itu, bila ia telah melihat tempat kembalinya dan telah
menyaksikan amal-amal buruk mereka. Karenanya, ia pun meminta kembali ke
dunia, bukan untuk bersenang dengan kelezatan-kelezatan dunia dan
memetik segala kesenangan dunia. Orang itu hanyalah berkata, “… agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan, berupa amalan dan apa yang lalaikan berupa hak Allah”. Tidak,
sama sekali tidak, maksudnya tak (kesempatan) untuk kembali baginya dan
tidak penangguhan. Sungguh Allah telah memutuskan bahwa mereka tak akan
kembali lagi ke dunia”. [Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 599)
oleh As-Sa'diy, cet. Mu'assasah Ar-Risalah]
Inilah sebuah ayat yang agung
dalam menerangkan bahwa orang-orang kafir dan zhalim saat menyaksikan
ajalnya telah datang, mereka bermohon agar diberi penangguhan dan diberi
kesempatan agar roh dan jasadnya kembali beramal ketaatan. Ayat-ayat
suci yang serupa dengan ayat ini banyak kita jumpai di dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah An-Nabawiyyah.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ . وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ } [المنافقون: 10، 11]“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha mengenal apa yang kamu kerjakan.Allah -Tabaroka wa Ta’ala- berfirman,وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ [إبراهيم:44]“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab (siksaan) kepada mereka, lalu berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul”. (Kepada mereka dikatakan), “Bukankah kalian telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa?” (QS. Ibrahim : 44)
Ayat-ayat di atas menjelaskan
bahwa mereka meminta agar dikembalikan ke dunia saat mereka sudah
sekarat agar mereka diberi kesempatan beramal. Adapun ayat-ayat yang
menjelaskan bahwa mereka kelak saat berada di akhirat, maka mereka tak
akan dikembalikan lagi ke dunia, maka juga dijelaskan dalam beberapat
ayat dalam Al Qur’an.
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,هَلْ يَنْظُرُونَ إِلاَّ تَأْوِيلَهُ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ قَدْ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ [الأعراف : 53]“Tiadalah mereka menunggu-nunggu, kecuali (terlaksananya kebenaran) Al-Quran itu. pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: “Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?”. sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan”. (QS. Al-A’raaf : 53)Allah -Ta’ala- berfirman,وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ [السجدة: 12]“Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”. (QS. As-Sajdah : 12)
Di saat mereka diperhadapkan dengan neraka, mereka minta lagi, sebagaimana Allah firmankan,
وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا
عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ
رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ . بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا
يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ
وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ [الأنعام: 27، 28]
“Dan jika kamu (Muhammad)
melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata,
“Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat
Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”, (tentulah kamu
melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah
nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya.
Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada
apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan Sesungguhnya mereka
itu adalah pendusta belaka.
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ
فَمَا لَهُ مِنْ وَلِيٍّ مِنْ بَعْدِهِ وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا
رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ [الشورى :
44]
“Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada
baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat
orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab (siksaan) berkata:
“Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?” (QS. Asy-Syuro : 44)
Di ayat lain, Allah -Tabaroka wa Ta’ala- berfirman,
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا
اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا
فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ
اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ
لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ [غافر:11، 12]
“Mereka menjawab, “Ya Tuhan
kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami
dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka Adakah sesuatu
jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”. Yang demikian itu
adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya
apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada
Allah yang Maha Tinggi lagi Maha besar”. (QS. Ghofir : 11-12)
Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا
رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ
النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ } [فاطر: 37]
“Dan mereka berteriak di dalam
neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan
mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan”.
Dan apakah Kami tidak memanjangkan umur kalian dalam masa yang cukup
untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang
kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab kami) dan tidak
ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun”. (QS. Fathir : 37)
Al-Imam Al-Hafizh Abul Fidaa’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata usai mengutarakan semua ayat suci tersebut,
فذكر تعالى أنهم يسألون
الرجعة، فلا يجابون، عند الاحتضار، ويوم النشور ووقت العرض على الجبار،
وحين يعرضون على النار، وهم في غمرات عذاب الجحيم.
“Allah -Ta’ala- telah
menyebutkan bahwa mereka memohon untuk dikembalikan (ke alam dunia),
namun mereka tak disambut, saat mereka sekarat, hari kebangkitan, saat
mereka diperhadapkan dengan Al-Jabbar (yakni, Allah), ketika mereka
diperhadapkan dengan neraka, sedang mereka berada di dalam kepedihan
siksa neraka”. [Lihat Tafsir Ibni Katsir (5/493) oleh Ibnu Katsir, dengan tahqiq Sami Salamah, cet. Dar Thoybah, 1420 H]
Perhatikanlah saat-saat mereka
meminta dikembalikan ke dunia. Tak satu pun keadaan Allah memenuhi
permohonan mereka. Ini semua menguatkan kita bahwa roh manusia jika
sudah dicabut dari kandung badan, maka ia sudah tak dapat kembali lagi
ke dunia. Ini semua membatalkan sangkaan batil bahwa mayat jika telah
meninggal, maka sekali-kali ia dapat kembali ke alam dunia untuk
membantu orang lain atau membahayakan dan mengganggu orang lain. Ini
juga menghancurkan asumsi salah kaum kafir bahwa disana ada dracula,
vampire dan zombie yang merupakan gambaran tentang manusia-manusia jahat
yang telah mati, namun rohnya ke alam fana ‘dunia’ ini.
Bukan hanya ayat-ayat suci di
atas yang menjelaskan tidak bisanya roh manusia kembali ke dunia, bahkan
di dalam hadits-hadits Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- juga
disinggung perkara ini.
Di dalam sebuah riwayat, Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ
يُصْعَدُ بِرُوحِهِ إِلَى السَّمَاءِ ، فَتَأْتِيهِ أَرْوَاحُ
الْمُؤْمِنِينَ فَيَسْتَخْبِرُونَهُ عَنْ مَعَارِفِهِمْ مِنْ أَهْلِ
الأَرْضِ ، فَإِذَا قَالَ : تَرَكْتُ فُلانًا فِي الدُّنْيَا ،
أَعْجَبَهُمْ ذَلِكَ ، وَإِذَا قَالَ : إِنَّ فُلانًا قَدْ مَاتَ ، قَالُوا
: مَا جِيءَ بِهِ إِلَيْنَا ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يُجْلَسُ فِي قَبْرِهِ ،
فَيُسْأَلُ مَنْ رَبُّهُ ، فَيَقُولُ : رَبِّي اللَّهُ ، فَيَقُولُ : مَنْ
نَبِيُّكَ ؟ فَيَقُولُ : نَبِيِّي مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ :
فَمَا دِينُكَ ؟ قَالَ : دِينِي الإِسْلامُ ، فَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ فِي
قَبْرِهِ ، فَيَقُولُ أَوْ يُقَالُ : انْظُرْ إِلَى مَجْلِسِكَ ، ثُمَّ
يُرَى الْقَبْرَ ، فَكَأَنَّمَا كَانَتْ رَقْدَةً ، فَإِذَا كَانَ عَدُوُّ
اللَّهِ نَزَلَ بِهِ الْمَوْتُ ، وَعَايَنَ مَا عَايَنَ ، فَإِنَّهُ لا
يُحِبُّ أَنْ تُخْرَجَ رُوحُهُ أَبَدًا ، وَاللَّهُ يُبْغِضُ لِقَاءَهُ ،
فَإِذَا جَلَسَ فِي قَبْرِهِ أَوْ أُجْلِسَ يُقَالُ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ ؟
فَيَقُولُ : لا أَدْرِي ، فَيُقَالُ : لا دَرَيْتَ ، فَيُفْتَحُ لَهُ بَابٌ
مِنْ جَهَنَّمَ ، ثُمَّ يُضْرَبُ ضَرْبَةً يَسْمَعُ كُلُّ دَابَّةٍ إِلا
الثَّقَلَيْنِ ، ثُمَّ يُقَالُ لَهُ : نَمْ كَمَا يَنَامُ الْمَنْهُوشُ ” ،
فَقُلْتُ لأَبِي هُرَيْرَةَ : مَا الْمَنْهُوشُ ؟ قَالَ : الَّذِي
يَنْهِشُهُ الدَّوَابُّ وَالْحَيَّاتُ ، ثُمَّ يُضَيَّقُ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya seorang mukmin
diangkat rohnya ke langit. Lalu ia pun didatangi oleh roh orang-orang
beriman seraya mereka menanyainya tentang orang-orang yang mereka kenal
dari kalangan penduduk bumi. Jika ia (si mayat) berkata, “Aku tinggalkan
si fulan di dunia”, maka hal itu pun menakjubkan (menyenangkan) mereka.
Jika ia berkata, “Sesungguhnya si fulan telah mati”, maka mereka
berkata, “Ia (si fulan) tak pernah didatangkan kepada kami”.
Sesungguhnya seorang akan
didudukkan dalam kuburnya, lalu ditanya, “Siapa Robb-mu (Tuhanmu)”, lalu
ia berkata, “Tuhanku adalah Allah”. Kemudian ia (malaikat) berkata,
“Siapakah nabimu?”, lalu ia katakan, “Nabiku adalah Muhammad
-Shallallahu alaihi wa sallam-”. Kemudian ditanya lagi, “Apakah
agamamu?” Ia jawab, “Agamaku adalah Islam”. Kemudian dibukakanlah
untuknya sebuah pintu di kuburnya seraya ia (malaikat) berkata atau
dikatakan, “Lihatlah tempat dudukmu”. Lalu diperlihatkanlah alam kubur.
Seakan-akan alam kubur hanyalah sekali tidur.
Jika ia (si mayat) adalah
musuh Allah, maka kematian akan turun padanya, dan ia akan melihat apa
yang ia lihat. Sesungguhnya ia suka jika rohnya dikeluarkan (dicabut)
selama-lamanya, sedang Allah benci untuk bertemu dengannya. Jika ia di
alam kuburnya atau telah didudukkan, maka dikatakanlah kepadanya,
“Siapakah Tuhanmu?”, ia jawab, “Aku tak tahu”. Dikatakan lagi, “Engkau
tak tahu?” Karena itu, dibukakanlah sebuah pintu baginya dari Jahannam,
lalu dipukullah dengan sebuah pukulan yang didengarkan oleh semua
makhluk, kecuali dua makhluk yang diberi beban (jin dan manusia).
Kemudian dikatakanlah
kepadanya, “Tidurlah seperti tidurnya orang yang tergigit”. Aku (Abu
Hazim) katakan kepada Abu Hurairah, “Apa (maksudnya) orang tergigit?”.
Beliau jawab, “Ia adalah orang yang digigit oleh hewan-hewan dan
ular-ular, lalu disempitkan (kubur) baginya”. [HR. Al-Bazzar dalam Al-Bahr Az-Zakhkhor (no. 9760). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 2628)]
Hadits ini diperkuat oleh hadits lain dari sisi makna. Dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-, ia berkata,
“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ ،
أَوْ قَالَ : أَحَدُكُمْ ، أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ ،
يُقَالُ لأَحَدِهِمَا : الْمُنْكَرُ ، وَلِلآخَرِ : النَّكِيرُ ،
فَيَقُولاَنِ : مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ ؟ فَيَقُولُ : مَا
كَانَ يَقُولُ : هُوَ عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، فَيَقُولاَنِ
: قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ هَذَا ، ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي
قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي سَبْعِينَ ، ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ ،
ثُمَّ يُقَالُ لَهُ ، نَمْ ، فَيَقُولُ : أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي
فَأُخْبِرُهُمْ ، فَيَقُولاَنِ : نَمْ كَنَوْمَةِ العَرُوسِ الَّذِي لاَ
يُوقِظُهُ إِلاَّ أَحَبُّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ ، حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ
مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ ، وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ : سَمِعْتُ
النَّاسَ يَقُولُونَ ، فَقُلْتُ مِثْلَهُ ، لاَ أَدْرِي ، فَيَقُولاَنِ :
قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ ذَلِكَ ، فَيُقَالُ لِلأَرْضِ :
التَئِمِي عَلَيْهِ ، فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ ، فَتَخْتَلِفُ فِيهَا
أَضْلاَعُهُ ، فَلاَ يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ
مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ.
“Jika seorang mayat dikuburkan
–atau seorang diantara kalian-, maka ia akan didatangi oleh dua
malaikat yang hitam lagi biru. Dinamai salah satunya dengan “Munkar”,
dan satunya lagi dengan “Nakir”. Keduanya berkata, “Apa yang kamu
katakan tentang lelaki ini (yakni, Nabi Muhammad -Shallallahu alaihi wa
sallam-). Lalu ia pun menyatakan sesuatu yang pernah ia telah katakan
dahulu, “Ia adalah hamba dan rasul Allah. Aku bersaksi bahwa tiada ilah
(sembahan) yang haqq (benar), selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
hamba dan rasul-Nya”. Keduanya berkata, “Sungguh kami telah tahu bahwa
kamu akan menyatakan hal ini”. Kemudian dihamparkan (diluaskan) baginya
dalam kuburnya sebanyak 4900 hasta, lalu disinari untuknya di dalam
kuburnya, lalu dikatakan kepadanya, “Tidurlah”. Ia berkata, “Aku akan
kembali kepada keluargaku, lalu aku akan kabari mereka”. Keduanya
berkata, “Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tak dibangunkan
kecuali oleh keluarganya yang paling ia cintai”, sampai ia akan dibangkitkan oleh Allah dari pembaringannya itu. Jika
ia adalah orang munafiq, maka ia akan berkata, “Aku dengar manusia
mengucapkan (sesuatu), lalu aku pun mengucapkan seperti itu; aku tak
tahu”. Keduanya berkata lagi, “Sungguh kami telah tahu bahwa anda akan
mengucapkan hal itu”.
Kemudian dikatakanlah kepada
tanah, “Merapatlah”, lalu tanah pun merapat padanya sampai tulang-tulang
rusuknya bersilangan”. [HR. At-Tirmidziy (no. 1071). Di-hasan-kan oleh
Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (no. 1391)]
Apabila anda memperhatikan dua
hadits ini dengan teliti, maka kalian akan mendapati bahwa orang mukmin
akan diberi kenikmatan di alam kubur sampai ia merasakan bahwa
penantian yang lama di kubur akan dirasakan sebentar bagaikan seorang
yang tidur siang atau tidur malam, sampai ia dibangkitkan di hari kiamat
dari kuburnya.
Beda halnya dengan orang
kafir, selama ia di alam kubur, maka ia akan merasakan siksaan dari
neraka. Ia akan diberi rasa panas dan pakaian dari neraka sampai ia
dibangkitkan dari kuburnya di hari kiamat.
Inilah yang kita kenal dengan
“Nikmat Kubur” dan “Siksa Kubur”. Tak ada manusia yang akan lepas dari
dua kondisi ini, entah ia mendapatkan nikmat, karena kesholihannya, atau
entah ia merasakan siksaan, akibat ia kafir atau fajir.
Jadi, kedua golongan ini akan
merasakan sesuatu yang mereka dapatkan sampai datangnya hari kiamat di
saat Allah bangkitkan mereka dari kubur mereka. Inilah yang dikatakan
oleh Allah -Azza wa Jalla- di dalam ayat berikut,
وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100) [المؤمنون/100]“Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS. Al-Mukminun : 100)
Para pembaca yang budiman, disana ada sebuah hadits lain yang menerangkan keadaan mayat di alam kubur.
Dari Al-Bara’ bin ‘Azib -radhiyallahu ‘anhu-, dia berkata,
”Kami pernah mengiringi
jenazah seorang dari sahabat anshar. Tatkala kami tiba di kuburan,
ternyata penggalian lahat belum selesai. Akhirnya Rasulullah
-Shollallahu ‘alaihi wasallam-duduk (menghadap kiblat), dan kami pun
duduk di sekelilingnya. seolah-olah ada burung diatas kepala kami yang
hinggap (karena dalam keadaan diam dan tenang). Rasulullah -Shollallahu
‘alaihi wasallam- memegang kayu yang beliau pukulkan ke tanah.(Beliau
memandang ke langit lalu memandang ke tanah, lalu beliau mendongakkan
kepalanya dan menundukkannya tiga kali). Kemudian beliau bersabda,
اِسْتَعِيْذُوْا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
”Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur”. Diucapkan dua atau tiga kali. (Kemudian Rasulullah bersabda,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
”Ya Allah aku berlindung kepadamu dari azab kubur”).tiga kali.
Kemudian bersabda,
“Sesungguhnya seorang hamba yang mu’min apabila meninggal dunia dan
menghadapi akhirat maka turunlah para malaikat dari langit. Wajahnya
putih seakan-akan di wajah mereka itu matahari. Mereka membawa kain
kafan diantara kafan-kafan surga dan hanuth (parfum) diantara
parfum-parfum surga hingga mereka duduk dari tempat yamg jaraknya sejauh
mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut -alaihis Salam- hingga
duduk di sisi kepalanya lalu dia berkata, “Wahai jiwa yang baik (dalam
sebuah riwayat: yang tenang) keluarlah menuju kepada ampunan Allah dan
keridhoan-Nya. (Rasulullah bersabda), “Maka keluarlah ruh itu mengalir
seperti tetesan air dari wadahnya, lalu malaikat itu mengambilnya.
Apabila malaikat maut telah mengambilnya, maka para malaikat itu tidak
membiarkannya berada di tangan malaikat maut sekejap mata pun hingga
mereka mengambilnya, lalu mereka meletakkan di dalam kafan dan parfum
tersebut.(Maka itulah makna firman Allah -Ta’ala-,
تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لاَ يُفَرِّطُون [الأنعام/61]
“Dia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami; dan malaikat-malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannya”.(QS. Al An’am:61)
Semerbak bau wangi seperti
misik paling wangi yang didapati di muka bumi. Lalu mereka membawanya
naik. Tidaklah mereka melewatkan ruh itu di hadapan sekumpulan para
malaikat melainkan para malaikat itu mengatakan, Siapakah ruh yang wangi
ini? Mereka menjawab, Fulan bin Fulan -disebut dengan nama-nama terbaik
yang dulu mereka menyebutnya ketika di dunia- hingga mereka sampai di
langit dunia. Lalu mereka minta agar pintu dibukakan untuk ruh itu. Maka
dibukakan untuk mereka. Lalu para malaikat muqarrabun dari semua sisi
langit itu mengantarkannya sampai ke langit yang berikutnya hingga
berakhir di langit yang ke tujuh. Maka Allah -Ta’ala- berfirman,
“Tulislah untuk hamba-Ku di ‘Illiyyin.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ (19) كِتَابٌ مَرْقُومٌ (20) يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ (21) [المطففين/19-21]
“Tahukah kamu apakah
‘Illiyyin itu? (yaitu) Kitab yang bertulis. Yang disaksikan oleh
malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah)”. (QS. Al-Muthoffifin:19-21).
Maka ditulislah kitabnya di
Illiyyin. (Kemudian Allah berfirman lagi), ”Kembalikanlah ia ke bumi.
sesungguhmya Aku (berjanji kepada mereka bahwa) dari bumilah Aku
menciptakan mereka dan dari sana Aku kembalikan mereka, dan dari sana
pula Aku mengeluarkan mereka lagi di kali yang lain”. Maka (ia
dikembalikan ke bumi, dan) dikembalikan ruhnya itu ke dalam
jasadnya.(Kata beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, sesungguhnya ia
mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya, apabila mereka
pulang meninggalkannya). Lalu ia didatangi oleh dua malaikat (yang keras
hardikannya) seraya menghardiknya dan mendudukkannya. Lalu kedua
malaikat itu bertanya kepadanya, ”Siapa Rabbmu?” Maka ia menjawab,
”Rabbku adalah Allah”. Keduanya bertanya lagi, ”Apa agamamu?” Dia
menjawab, ”Agamaku Islam”. Lalu keduanya bertanya lagi, ”Siapakah orang
yang diutus oleh Allah kepada kalian itu?” Dia menjawab, ”Beliau adalah
utusan Allah”. Lalu keduanya bertanya lagi kepadanya, “Apa saja
amalanmu?”Dia menjawab, ”Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman
kepadanya, dan membenarkannya”. Lalu malaikat itu bertanya lagi, ”Siapa
Rabbmu? dan apa agamamu? dan siapa nabimu?” Itulah akhir fitnah (ujian)
atau pertanyaan yang diajukan kepada seorang mu’min. Maka itulah makna
firman Allah -Ta’ala-,
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ [إبراهيم/27]
(
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.(QS.Ibrahim: 27″
Lalu ia menjawab,
”Rabbku adalah Allah; agamaku Islam, dan nabiku adalah Muhammad
-Shollallahu ‘alaihi wasallam-“. Maka ada Penyeru (Allah) yang menyeru
dari langit dengan mengatakan, ”Telah benar hamba-Ku. maka
bentangkanlah permadani dari jannah (surga) dan kenakanlah untuknya dari
pakaian jannah, serta bukakanlah untuknya pintu ke jannah”. Lalu
sampai kepadanya hawa jannah dan bau wanginya, dan diluaskan kuburnya
sejauh mata memandang. Datanglah kepadanya (di dalam sebuah riwayat:
didatangkan kepadanya dalam bentuk) seorang laki-laki yang tampan
wajahnya bagus pakaiannya, dan wangi baunya, lalu orang itu mengatakan,
”Berbahagialah dengan apa yang membuatmu senang, (berbahagialah dengan
keridhan dari Allah -Ta’ala-dan jannah yang di dalamnya ada
nikmat-nikmat yang abadi). Ini adalah hari yang dijanjikan kepada
engkau”. Lalu ia mengatakan kepadanya, ”(Engkau telah diberi kabar
gembira oleh Allah dengan kebaikan) Siapakah engkau ini? wajahmu
menunjukkan wajah orang yang datang dengan kebaikan”. Orang itu menjawab,
”Aku adalah amalanmu yang shalih (Demi Allah tidaklah aku mengetahuimu,
kecuali engkau orang yang bersegera melakukan ketaatan kepada Allah.
Maka Allah membalasmu dengan yang terbaik)”. Kemudian dibukakanlah
untuknya pintu jannah dan pintu neraka. Lalu dikatakan kepadanya,
”Inilah tempat tinggalmu jika engkau durhaka kepada Allah. Kemudian
Allah menggantikanmu dengan yang itu (jannah)”. Saat ia melihat apa yang
ada di dalam jannah, ia mengatakan, ”Ya Rabbi, segerakanlah datangnya
hari kiamat agar aku pulang lagi kepada keluargaku dan hartaku”. (Lalu
dikatakan kepadanya:tenanglah).
Lanjut beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang kafir
(di dalam sebuah riwayat, “yang fajir/durhaka”) apabila ia meninggal
dunia dan menghadapi akhirat, turunlah kepadanya para malaikat dari
langit (yang keras lagi kejam) yang berwajah hitam-hitam. Mereka membawa
pakaian kasar (dari neraka). lalu mereka duduk dari tempatnya sejauh
mata memandang. kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi
kepalanya lalu ia berkata, ”Wahai jiwa yang jelek! Keluarlah menuju
kemurkaan Allah dan kemarahannya!” Maka tercerai-berai ruh itu di dalam
jasadnya, kemudian dicabut seperti dicabutnya besi berduri (banyak
cabangnya) dari bulu yang basah lalu tertarik putus bersamanya urat-urat
dan pembuluhnya. (Kemudian ia dilaknat oleh setiap malaikat yang ada di
antara langit dan bumi dan semua malaikat yang ada di langit;
ditutuplah pintu-pintu langit. Tidak ada di antara malaikat penjaga
pintu itu, kecuali mereka memohon kepada Allah agar ruh itu jangan
dinaikkan melalui tempat mereka). Lalu malaikat maut mangambilnya.
Apabila malaikat maut telah mengambilnya, maka para malaikat itu tidak
membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun hingga mereka
mengambilnya, lalu mereka meletakkannya di dalam kafan tersebut. Maka keluarlah dari ruh itu bau busuk seperti bangkai paling busuk yang didapati di muka bumi.
Kemudian mereka membawanya naik. Tidaklah mereka melewatkan ruh itu di
hadapan sekumpulan para malaikat, melainkan para malaikat itu
mangatakan, “Siapakah ruh yang sangat busuk ini?” Mereka menjawab, Fulan
bin Fulan – disebut dengan nama-nama terburuk yang dulu mereka
menyebutnya ketika di dunia– hingga mereka sampai di langit dunia. Lalu
mereka minta agar pintu dibukakan untuk ruh itu. Namun tidak dibukakan
untuknya. Kemudian Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- membaca
ayat,¨
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا
عَنْهَا لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلاَ يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ
نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ [الأعراف/40]
“Sesungguhnya orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya,
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan
tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.
Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat
kejahatan.(QS. Al-A’raf:40)
Allah berfirman, ”Tulislah
kitabnya di Sijjin, di bumi yang paling bawah”. (Kemudian Allah
berfirman lagi), ”Kembalikanlah ia ke bumi. Sesungguhmya Aku (berjanji
kepada mereka bahwa) dari bumilah Aku menciptakan mereka dan dari sana
Aku kembalikan mereka, dan dari sana pula Aku mengeluarkan mereka lagi
di kali yang lain”. Maka dilemparkan ruh (dari langit) dengan lemparan
(yang membuat ruh itu kembali ke dalam jasadnya). Kemudian Rasulullah
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- membaca,
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ
السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ
سَحِيقٍ [الحج/31]
“Barangsiapa yang
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh
dari langit, lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke
tempat yang jauh”.(QS. Al-Hajj: 31)
Lalu
dikembalikan ruh itu ke dalam jasadnya. (Kata beliau -Shollallahu
‘alaihi wasallam-, ”Sesungguhnya ia mendengar suara sandal orang-orang
yang mengantarkannya apabila mereka pulang meninggalkannya). Lalu ia
didatangi oleh dua malaikat (yang keras hardikannya), lalu keduanya
menghardiknya dan mendudukkannya. Kemudian kedua malaikat itu bertanya
kepadanya, ”Siapa Rabbmu?” Maka ia menjawab, ”Haah…hah, saya tidak
tahu”. Keduanya bertanya lagi, ”Apa agamamu?” Dia menjawab, ”Haah hah,
saya tidak tahu”. Lalu keduanya bertanya lagi, ”apa komentarmu tentang
orang yang diutus oleh Allah kepada kalian itu?” Dia tidak tahu namanya.
Lalu dikatakan kepadanya, ”Muhammad!?” Maka ia menjawab, ”Haah…hah,
saya tidak tahu (saya mendengar orang mengatakan begitu”. Lalu dikatakan
kepadanya, ”Engkau tidak tahu, dan tidak membaca?” Maka ada penyeru
yang menyeru dari langit dengan mengatakan, ”Dia dusta. Maka
bentangkanlah permadani dari neraka dan bukakanlah untuknya pintu ke
neraka”. Lalu sampailah kepadanya panas neraka dan hembusan panasnya.
Disempitkan kuburnya hingga bertautlah tulang rusuknya karenanya.
Datanglah kepadanya (di dalam sebuah riwayat: didatangkan kepadanya
dalam bentuk) seorang laki-laki yang buruk wajahnya, buruk pakaiannya
dan busuk baunya. Lalu orang itu mengatakan, ”Aku kabarkan kepadamu
tentang sesuatu yang membuatmu menderita. Inilah hari yang dijanjikan
kepadamu”. Lalu ia mengatakan kepadanya, ”(Engkau telah diberikan kabar
jelek oleh Allah)”. Siapakah engkau ini? Wajahmu menunjukkan wajah
orang yang datang dengan kejelekan”. Orang itu menjawab, ”Aku adalah
amalanmu yang buruk. (Demi Allah, tidaklah aku mengetahuimu, kecuali
engkau adalah orang yang berlambat-lambat dari melakukan ketaatan kepada
Allah dan bergegas kepada kemaksiatan kepada Allah. Maka Allah
membalasmu dengan yang terburuk)”. Kemudian didatangkan kepadanya
seorang yang buta, tuli lagi bisu dengan membawa sebuah palu besar di
tangannya! Kalau saja palu itu dipukulkan kepada gunung, tentu gunung
itu menjadi debu. maka orang itu memukulkan palu itu kepadanya hingga ia
menjadi debu. Kemudian Allah mengembalikannya lagi seperti semula. Lalu
orang itu memukulnya sekali lagi hingga ia memekik keras dengan
teriakan yang bisa didengar oleh segala yang ada, kecuali manusia dan
jin. Kemudian dibukakan pintu neraka untuknya dan dibentangkan permadani
dari neraka). Maka ia berkata:”Ya Rabbi! janganlah Engkau datangkan
hari kiamat itu!” [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4753), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (107), Ath-Thoyalisiy dalam Al-Musnad (753), dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (12059). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1630)]
Dari sejumlah dalil-dali
syariat ini menunjukkan bahwa tak ada jalan bagi roh untuk kembali ke
dunia. Oleh karena itu jika kita mendengarkan bahwa disana sekelompok
manusia pernah melihat roh manusia yang ia kenal atau selain mereka,
maka ketahuilah bahwa pengakuan ini ada dua kemungkinan: benar atau
salah. Jika ia pernah melihat roh –menurutnya-, maka ketahuilah bahwa
itu bukanlah roh manusia pada hakikat. Akan tetapi itu adalah setan yang
menyamar dalam rupa manusia, sehingga manusia menyangka bahwa rohnya
bangkit dari kubur dan gentayangan.
Itu hanyalah setan yang datang demi menyesatkan dan menakut-nakuti manusia.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menceritakan dalam kitabnya “Al-Jawab Ash-Shohih liman Baddala Dinal Masih” (2/317-322)[1]
bahwa sebagian orang didatangi oleh berbagai oleh setan dalam rupa
orang yang sudah mati, sehingga muncullah kesan batil bahwa roh dapat
kembali dan gentayangan di dunia. Kemudian hal itu dibantah oleh beliau.
Bahkan beliau menceritakan bahwa suatu kali pernah setan datang rupa
wujud Ibnu Taimiyyah. Namun beliau sanggah dan terangkan kepada orang
pernah mengakui hal bahwa itu hanyalah setan yang datang mau menyesatkan
manusia.
Kemungkinan kedua, hal itu
salah, karena ia bohong atau ia lagi mimpi atau lagi mabuk saat ia
didatangi oleh sesuatu yang ia lihat dan ia kira roh.
Jadi, itu bukan
roh manusia.
Sekian yang perlu kami
jelaskan seputar perkara ini. Semoga kaum muslimin tidak lagi
terpengaruh dengan propaganda, pengaruh dan keyakinan yang batil bahwa
roh bisa gentayangan. Tidak, sama sekali tidak demikian.
[1]
Ketika itu beliau membantah pernyataan kaum Kristen bahwa ia melihat
Al-Masih setelah meninggalnya. Namun semua ini batil, kami telah
menyanggahnya dalam sebuah artikel dengan judul : “Heboh, Kubur Nabi Isa
Terungkap”. Silakan dibaca di :
http://pesantren-alihsan.org/heboh-kubur-nabi-isa-terungkap.html
sumber: http://pesantren-alihsan.org/menyoal-roh-gentayangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar