oleh : Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
.
Dunia itu ibarat seonggok bangkai, dan seekor singa tidak akan melahap onggokan bangkai!
***
Burung Hud-Hud
sungguh-sungguh di dalam menjalankan perintah Sulaiman. Sepucuk surat
yang berisi perintah agar Ratu Saba’ beserta seluruh rakyatnya untuk
tunduk dan beribadah kepada Allah telah sampai di genggaman tangan Ratu
Saba’.
“Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya:“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)”, Ratu Saba’ meminta masukan dan pertimbangan dari orang-orang kepercayaannya.
Mula-mula para pembesar kerajaan Saba’
hendak menantang dan menentang tawaran Sulaiman. Sebab mereka merasa
memiliki angkatan perang yang kuat dan tak terkalahkan. Akan tetapi sang
Ratu memilih cara lain.
Ratu Saba’ ingin menguji kebenaran dan
kejujuran Sulaiman dengan harta dunia. Ia akan mencoba mengirim berbagai
macam hadiah yang mahal dan bernilai tinggi
untuk Sulaiman. Setelah itu Ratu Saba’ ingin menilai apakah Sulaiman
tetap kokoh pendiriannya ataukah akan goyah dengan hadiah tersebut
sehingga berubah pikiran? Lalu, setelah itu bagaimanakah sikapnya dan
seluruh pasukannya?
Allah berfirman menceritakan tentang pendapat Ratu Saba’,
وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِم بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ.Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”. (QS. 27:35)
Al Hafidz Ibnu Katsir membawakan
pendapat Ibnu Abbas dan yang lain, ”Jika ia menerima hadiah tersebut,
maka ia hanyalah seorang raja oleh karena itu lawanlah dia. Akan tetapi
jika ia menolaknya, maka ia pasti seorang nabi sehingga kalian harus
mengikutinya”.
Utusan Ratu Saba’ berikut hadiah ‘dunia’
akhirnya tiba juga di hadapan Sulaiman. Seperti apakah sikap Sulaiman,
sang nabi mulia? Sulaiman mengingkari sikap Ratu Saba’. Hadiah ‘dunia’
semacam itu sama sekali tidak menggoda dan menggoyahkan sikap Sulaiman.
Sulaiman bukannya senang dengan ‘dunia’ yang dihadiahkan untuknya.
“Apakah kalian akan mencoba menggoyahkan sikapku dengan harta? Supaya aku membiarkan kalian berbuat syirik kepada Allah juga membiarkan kerajaan kalian? Harta, kerajaan dan angkatan perang yang Allah berikan untukku jauh lebih baik dari yang kalian punya! Kalianlah orang-orang yang bisa tunduk dengan hadiah dan pemberian. Adapun saya, tidak akan menerima dari kalian kecuali Islam ataukah pedang!”, demikianlah Al Hafidz Ibnu Katsir menafsirkan ayat 36 dari surat An Naml.
Subhaanallah!
Pelajaran berharga dari seorang nabi
mulia. Islam dan Iman jauh lebih bernilai dan berharga dibandingkan
harta dunia. Harta dunia hanya bersifat sementara dan fana. Bahkan harta
dunia akan menjadi sebab bala
dan siksa di akhirat kelak jika tidak disalurkan di jalan Allah.
Orang-orang yang tidak memiliki harta (kecuali seperlunya saja), akan
lebih cepat di dalam proses Hisab (perhitungan amal) nantinya.
Ya Allah, kami memohon kepada Mu agar Engkau memudahkan kami di saat Hisab nanti.
Sahabat Rasulullah, Abdullah bin Mas’ud (Siyar A’lam Nubala pada biografi beliau) menyatakan,
مَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ أَضَرَّ بِالدُّنْيَا، وَمَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا، أَضَرَّ بِالآخِرَةِ، يَا قَوْمُ فَأَضِرُّوْا بِالْفَانِيْ لِلْبَاقِيْ.“Setiap hamba yang mengharapkan akhirat pasti akan terganggu dunianya. Dan setiap hamba yang mengejar dunia pasti akhiratnya akan terganggu. Wahai kaum! Biarlah dunia fana terganggu demi kehidupan yang kekal”
Demikianlah hakikat dunia!
Tidak sedikit dari hamba yang lebih
mendahulukan kepentingan dunia. Apapun alasannya, sebab alasan bisa
dibuat-buat. Hanya saja, apakah alasan tersebut akan diterima oleh
Allah? Tidak ada yang berani memastikannya.
Dengan alasan kerja, shalat berjama’ah
ditinggalkan. Bahkan terkadang shalat ditegakkan di luar waktunya.
Dengan alasan kebutuhan ekonomi, tawaran bantuan dari pihak gereja
ditandatangani. Padahal syarat bantuan harus dipenuhi. Dengan alasan
desakan keluarga, seorang wanita muslimah menghabiskan waktu di tempat
kerjanya yang jauh dari nilai-nilai syar’i. Allahumma sallim sallim
Benar-benar agama diperjualbelikan demi kepentingan dunia! Na’udzu billah min dzalik…
Rasulullah bersabda di dalam hadits Abu Hurairah riwayat Muslim,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا.“Segeralah di dalam beramal sebelum datangnya fitnah (ujian dan cobaan agama)! Seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Di kala pagi seorang hamba masih beriman namun di sore hari telah kafir. Masih beriman di sore hari namun paginya telah kafir. Ia menjual agamanya dengan sepotong dunia”
Ah… dunia ini hanya sebentar saja!
Berapakah usia kita kini? Telah berapa tahun kita menjalani hari-hari di
dunia? Seperti mimpi saja. Seolah-olah baru saja kemarin kita masih
kecil. Cobalah mengenang masa lalu, tak terasa telah puluhan tahun
terlewatkan. Lalu, berapa tahun yang tersisa dari umur kita?
Dunia ini hanya ibarat seonggok bangkai.
Hanya anjing yang berebut bangkai.
Anjing-anjing sama bertengkar dan berkelahi demi seonggok bangkai.
Perhatikanlah kehidupan anjing! Mereka akur, bersahabat dan berteman.
Akan tetapi, di hadapan seonggok bangkai mereka menjadi bermusuhan.
Padahal apalah arti seonggok bangkai? Singa tidak akan melahap bangkai!
Begitu pula dunia! Manusia-manusia yang
tak ingin mendekat kepada Penciptanya pasti akan berebut dunia. Mereka
sama bertengkar dan berkelahi demi kepentingan dunia. Bahkan tidak
jarang darah tertumpah, hubungan persaudaraan terputus, dendam kesumat
dan kebencian menjadi akhir dari sebuah perebutan kepentingan dunia.
Harta, jabatan, wanita, kedudukan dan sebutlah apa saja dari bagian
duniawi.
Hanya anjing yang berebut bangkai! Kasarkah kata-kata ini?
Ah,tidak! Kata-kata di atas hanyalah
dimengerti dari bait-bait syair Al Imam Asy Syafi’i di dalam Diwan Al
Imam Asy Syafi’i halaman 2.
Beliau bersyair…
وَمَنْ يَذُقِ الدُّنْيَا فَإِنِّيْ طَعِمْتُهَا … وَسِيْقَ إِلَيْنَا عَذْبُهَا وَعَذَابُهَافَلَمْ أَرَهَا إِلَّا غُرُوْرًا وَبَاطِلًا … كَمَا لَاحَ فِيْ ظَهْرِ الفَلَاةِ سَرَابُهَاوَمَا هِيَ إِلَّا جِيْفَةٌ مُسْتَحِيْلَةٌ … عَلَيْهَا كِلَابٌ هَمُّهُنَّ اجْتِذَابُهَافَإِن تَجْتَنِبْهَا كُنْتَ سِلْمًا لِأَهْلِهَا … وَإِنْ تَجْتَذِبْهَا نَازَعَتْكَ كِلَابُهَا.Barangsiapa ingin merasakan dunia, sungguh aku pernah merasakannya.Pernah dialirkan untuk kami kesenangan dunia juga penderitaannya.Ternyata, aku tidak melihatnya kecuali hanya sebatas tipuan dan kebatilan belaka.Persis fatamorgana yang terpampang di padang sahara.Dunia itu tidak lain hanya bangkai tak berharga.Di atasnya hanyalah anjing-anjing yang bernafsu untuk menguasainya.Jika engkau menghindar, engkau akan selamat dari mereka.Namun jika engkau juga ingin menguasainya, anjing-anjing itu akan mengeroyokmu bersama
***
اَللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا.“Ya Allah, janganlah Engkau timpakan musibah dalam kepentingan agama kami. Janganlah engkau jadikan dunia sebagai cita-cita terbesar kami juga akhir dari ilmu kami”
Wallahu a’lam…
sumber : http://www.ibnutaimiyah.org/2014/01/dunia-itu-bangkai/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar