Radio Muwahiddin

Senin, 05 Agustus 2013

Biarin aja, kecil-kecil nakal, besarnya jadi ‘Ulama itu



tunas-muda Apakah kalian pernah mengalami?

ketika masih sibuk membuka mushaf al quran di masjid tiba-tiba meluncur sebuah benda ke arah kalian. benda ini bukan sebuah peluru 7,62 mm dari senjata AK 47, bukan juga sebuah granat yang telah lepas kait pengamannya,akan tetapi sebuah sandal. sandal milik seorang anak Yaman yang sedang bermain lempar-lemparan di masjid ketika mereka sedang ada dars. kesal? marah? ingin membalas melempar mereka? sepertinya kalian harus mengurungkan niat itu,istighfar,sambil ngelus dada atau mereka akan menjadi jadi.

Apakah kalian pernah mengalami?



Ketika masih dikamar mandi umum, tiba-tiba mendarat sebuah gayung kaleng berisi air berasal dari kamar mandi sebelah,apesnya, air dalam gayung tumpah semua kebaju yang kalian pakai,tak lama setelah itu terdengar suara ketawa cekikikan anak-anak yaman. kesal? marah? mau membalas melempar mereka? yang ada hanyalah ngedumel sendiri di kamar mandi atau mereka akan menjadi jadi.

Itu hanya sedikit kisah nyata yang pernah di alami ikhwah indonesia di Ma’bar Yaman, dan masih banyak kisah kenakalan dan “kebrutalan” anak-anak Yaman, mulai dari berkelahi ketika dars Syaikh sedang berlangsung hingga memanjat atap sakan yang terbuat dari seng sambil berlari-larian layaknya selebrasi mencetak gol,terbayang sudah,betapa gaduhnya suasana yang tinggal didalam sakan.

Hukuman untuk mereka sepertinya juga tidak ringan, sebuah ‘asho yaitu tongkat kayu sebesar jempol orang dewasa yang selalu dipegang oleh mursyid. ‘asho bisa mendarat di tangan, badan dan kaki mereka, tapi tidak pernah di bagian kepala. itu kalau mereka tertangkap, kalau tidak, ya paling kejar2an sama mursyid. jangan salah,anak anak itu lebih gesit dan lincah. otomatis mereka lolos dengan mudahnya.

Pernah sekali aku merasakan ‘asho, pas itu mursyid tidak sengaja memukul, terkena telapak kakiku, rasanya…hmmm lumayan. cukuplah bikin pincang berjalan beberapa detik. entah terbuat dari kayu apa itu.

Tapi semua itu hanyalah kenakalan anak-anak, tak lebih dari perbuatan seorang manusia yang belum baligh. Yang tak ubahnya anak-anak pada umumnya,walaupun sudah berkelahi,jotos-jotosan,tendang-tendangan, kalo udah selesai ya selesai, tak terselip dendam dalam hatinya.besoknya lagi kita lihat sudah saling bercanda kembali.

Memang, mendidik anak-anak yaman perlu perlakuan “spesial” dengan sedikit ayunan ‘asho. tapi jangan heran, anak-anak yaman juga di beri kelebihan spesial, ini merupakan fadhilah dari Allah Azza wa Jalla berupa kekuatan hafalan dan kecerdasan yang luar biasa,membuat kita berdecak kagum sambil berucap “Masyaa Allaah”.

Akan banyak kalian temui anak-anak hafal al qur’an dalam waktu hitungan bulan saja. Asy Syaikh Al Imam sendiri menyelesaikan hafalan Al Quran dalam waktu 4 bulan saja,ada yang menyebutkan 6 bulan. Hanya dengan sekali berdiri, mereka bisa menyetor puluhan hadits kepada syaikh ketika dars,lengkap dengan sanadnya.Ingin mencoba mengetes hafalan ribuan syair Alfiyyah Ibnu Malik? mereka bisa membolak balik dari belakang ke depan. mumtaz !

Disebabkan keutamaan yang Allah berikan kepada Ahlul Yaman,Allah lembutkan qolbu mereka menerima kebenaran,di negeri dimana prinsip-prinsip ahlussunnah ditegakkan.
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله : أتاكم أهل اليمن, هم أرقّ أفئدة و ألين قلوبا, الإيمان يمان و الحكمة يمانية (متفق عليه)
Dari Abu huroiroh beliau berkata : Rosulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda : penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian, mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya, Iman itu ada pada yaman, dan hikmah ada pada yaman. [ HR. Bukhari-Muslim]

Sedikit mengulang kembali kisah shahabat Rasulullah, Abu Hurairah Abdurrahman Ibnu Shakhar,beliau berasal dari kabilah Ad Daus di Yaman yang hanya bertemu dengan Rasulullah selama 4 tahun akan tetapi beliau yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah.

Dan satu hal yang tidak terlepas dari mereka sebagai seorang anak adalah fitrah. fitrah mereka yang terjaga dan masih bersih menjadi faktor pendukung yang kuat.

Mata mereka terjaga dari penglihatan yang mengundang syahwat.bagaimana tidak,jika disini seorang wanita keluar rumah tanpa cadar saja sudah dianggap aib, aib bagi agama dan kabilahnya.

Telinga mereka terjaga dari musik dan lagu-lagu ,yang sejatinya hanya melalaikan,walaupun bersyairkan islami. mereka lebih memilih hape cina dengan soundnya yang keras agar bisa mereka tenteng kemana-kemana sambil mendengarkan murottal Maher, Ghomidy, atau Sudais.

Itulah fitrah…masih bersih.

Fitrah mereka tak teracuni dengan dongeng fiktif penuh kebohongan. Dongeng khayalan yang hanya membuat anak-anak berandai-andai bisa menghilang,bisa terbang,dan bisa melakukan hal-hal ajaib lainnya. juga cerita-cerita yang tidak jelas kebenarannya. Mereka lebih tahu kisah tentang kepemimpinan Rasulullah, kisah tentang kesetiaan Shahabat Tholhah bin Ubaidillah yang rela menerima 90 tusukan dan sasaran panah demi melindungi Rosulullah pada waktu perang Uhud. Coba tanya ke mereka siapa panglima perang termuda?mereka akan menjawab Usamah bin Zaid,yang usianya belum melebihi dua puluh tahun pada waktu itu.juga mereka lebih suka kisah tentang kesabaran dan semangat ulama Baqi bin Makhlad yang rela menempuh perjalanan ke negeri Hijaz selama 20 tahun dengan berjalan kaki demi mencari ilmu syar’i.

Fitrah mereka tak terkotori dengan cerita horor dan menyeramkan yang sejatinya hanya membuat ketakutan yang dibuat-buat sendiri,yang hanya membuat paranoid kemudian menjelma menjadi bermacam-macam pikiran absurd. kejadian seseorang yang kesurupan jin disini menjadi semacam tontonan asyik buat mereka,sampai sampai Mursyid harus turun tangan untuk membubarkan mereka.setiap ada jenazah yang selesai dimandikan dan dikafani,mereka sudah menunggu diluar dan tak sabar untuk melihatnya.mereka melewati jalan ke arah markiz ratusan meter di malam gelap gulita tanpa penerangan sama sekali tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Begitulah,hingga akhirnya mereka tumbuh dewasa dengan fitrah yang masih bersih dengan bimbingan agama yang kuat. kenakalan yang dulu ada menjadi sebuah kematangan jiwa dan keberanian. kebrutalan yang dulu ada menjadi kesetiaan dan kesabaran.

Seperti tidak berlebihan ketika ada seorang ikhwah indonesia yang saking jengkelnya dengan tingkah laku anak-anak berkata dengan guyon ” biarin aja,kecil-kecil nakal,besarnya jadi ‘Ulama itu…hehee ”

Itulah FITRAH….

- Nas alullaha assalamah wal tsabaat ‘ala rosyad.

25 Ramadhan 1434H,Ba’da Shubuh di ghurfah atas masjid, Ma’bar Yaman.

Oleh Akh Gawindra

sumber: http://adhwaus-salaf.or.id/biarin-ajakecil-kecil-nakalbesarnya-jadi-ulama-itu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."