Dakwah salafiyah yang bertitik pangkal
dari petunjuk para pendahulu ummat ini dari kalangan sahabat dan para
tabi’in, adalah dakwah yang menyeluruh. Dakwah yang meliputi berbagai
topik dan permasalahan. Bukan sebagaimana anggapan sebagian orang yang
mengatakan bahwa dakwah tauhid tidak mengenal kecuali hal-hal yang
sempit dan terbatas.
Ini adalah syubhat yang keliru dan
menyimpang. Dikumandangkan oleh sikap fanatik buta terhadap golongan
demi tercapainya tujuan memperbanyak anggota jama’ah yang justru
menyimpang dari manhaj salaf. Dan hal ini tersebar diseluruh dunia
islam.
Kalau tidak demikian, maka persoalannya
sangat jauh berbeda dari apa yang mereka sebarkan itu. Karena
sesungguhnya, manhaj salaf adalah dakwah yang haq. Dakwah Islam. Dakwah
yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Dakwah yang bertujuan
mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid. Dari
kegelapan syubhat dan bid’ah menuju kesatuan sunnah dan aqidah. Dari
azab kemaksiatan kepada cahaya dan luasnya ketaatan.
Persoalan dakwah ini tidaklah bergantung
kepada hawa nafsu dan ra’yu (pemikiran) tokoh tertentu. Dakwah ini
dilandasi dengan batas-batas yang telah Allah tetapkan. Dan perkara
pertama yang paling utama dan harus ditaati di dalam Kitabullah (Al
Quran) dan Sunnah Rasulullah ialah At Tauhid. Apabila dosa dan
kemungkaran yang paling besar dan nyata adalah syirik.
Maka apabila seorang da’i secara
bertahap dalam perjalanan dakwahnya memulai dari yang paling penting dan
seterusnya, sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Berarti dia
telah berjalan di atas jalan yang benar dan manhaj yang kokoh.
Kita katakan bertahap, tidaklah harus
berarti meninggalkan sikap inkar (pengingkaran, penentangan) terhadap
orang-orang yang terjatuh kepada kemaksiatan dan dosa besar. Bahkan di
dalam setiap tahap perjalanan dakwahnya itu, dia harus memperhatikan apa
yang menyebabkan terjatuhnya orang-orang tertentu dan masyarakatnya ke
dalam kemaksiatan dan dosa besar. Sehingga dia dapat mengajak mereka
meninggalkannya. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah:
مَنْ
رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ
أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
“Barangsiapa di antara kalian melihat
satu kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya, kalau tidak
mampu dengan lisannya, kalau tidak mampu dengan hatinya. Dan itulah
selemah-lemah iman.” (HR. Muslim Kitabul Iman 2/27 no 49).
Allah telah mengutus Nabi-Nya untuk
memperbaiki dunia ini, serta mewujudkan kemaslahatan bagi
hamba-hamba-Nya. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi:
إِنَّهُ
لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلاَّ كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ
أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا
يَعْلَمُهُ لَهُمْ
“Sesungguhnya tidak seorang nabipun
sebelumku melainkan wajib atasnya untuk menunjuki ummatnya kepada
kebaikan yang diketahuinya dan memperingatkan mereka dari kejahatan yang
diketahuinya.” (HR. Muslim Kitabul Imarah 12/322 no 1844)
Jelaslah, bahwa agama ini terdiri dari
perintah dan larangan. Memerintahkan kebaikan dan mencegah (melarang)
dari kejahatan. Tidak terbatas pada satu masalah tertentu. Sehingga
seorang da’i muslim, dialah yang seharusnya memperhatikan tahapan dan
hal-hal yang penting dalam dakwahnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan:
“Perintah yang Allah utus para Rasul-Nya
membawanya ialah amar ma’ruf (memerintahkan kebaikan), sedangkan an
nahyu yang Allah utus beliau membawanya ialah an nahyu ‘anil munkar
(mencegah kemunkaran).”
Dan dakwah ini meliputi seluruh aspek
yang ada, tidak terbatas pada persoalan-persoalan tertentu, sebagaimana
diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
“Dakwah dan ibadah adalah dua kata yang
masing-masing mempunyai pengertian lengkap meliputi puncak kecintaan
kepada Allah dan ketundukan kepada-Nya.”
sumber: http://www.salafy.or.id/keutuhan-pemahaman-salaf-dan-dakwah-meluruskan-penyimpangan-dalam-masyarakat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar