Oleh Ustadz Mukhtar
Seribu empat ratusan tahun yang lalu,
ada seorang wanita anshar datang menemui Rasulullah untuk menawarkan
mimbar dari kayu. Kemudian Ia berkata :
”Wahai Rasulullah, berkenankah
anda jika aku membuatkan sebuah mimbar agar anda dapat duduk diatasnya,
sesungguhnya budakku seorang ahli kayu”. Rasulullah menanggapi dengan
antusias : ”Tentu,asalkan engkau mau”. Lantas bekerjalah budak tersebut
mempersiapkan mimbar,tempat duduk seorang suri tauladan umat.
Sebelumnya,Rasulullah selalu menyampaikan khutbah dan nasehat dengan bersandar pada sebatang pohon kurma,berpegang di pokoknya.
Pada hari jum’at berikutnya,
Rasulullah telah menggunakan mimbar baru pemberian wanita anshar
tersebut. Beliau duduk diatasnya, tiba-tiba pohon kurma yang biasa
digunakan Nabi untuk bersandar berteriak dan menangis seperti tangisan
anak kecil. Begitu keras tangisan pohon kurma tersebut hingga
seakan-akan pohon itu akan terbelah. Maka Rasulullah pun segera turun
dari mimbar dan langsung menuju ke arah pohon kurma,lalu pohon kurma itu
dibelai dan dipeluk oleh Nabi hingga ia pun terdiam. Nabi pun
bersabda,
“Pohon kurma itu menangis karena bersedih,tidak lagi mendengar nasehat-nasehat seperti dahulu”.
Cerita diatas diriwayatkan oleh Imam
Bukhari didalam Shahih Bukhari dari sahabat Jabir bin ‘Abdillah
radhiyallahu ‘anhu dan kita benar-benar yakin bahwa cerita itu memang
sungguh-sungguh terjadi karena banyak kejadian luar biasa yang telah
dianugrahkan Allah untuk Nabi Muhammad sebagai tanda mukjizat kenabian
beliau. Seperti terbelahnya bulan, memancarnya air dari sela jari jemari
tangan Nabi, makanan sedikit dapat mencukupi ribuan orang, batu yang
mengucapkan salam untuk Nabi, binatang pun berbicara dihadapan Nabi
serta mukjizat lainnya. Semuanya menjadi bukti bahwa Islam yang
diajarkan Nabi Muhammad adalah ajaran yang mutlak kebenarannya.
Banyak ibrah atau pelajaran
yang dapat diambil dari hadits diatas. Oleh karena itu, setiap muslim
harus mengambil pelajaran dari sabda-sabda Nabinya. Banyak atau
sedikitnya pelajaran yang dapat diambil dari sebuah hadits sangat erat
sekali kaitannya dengan fiqih (pemahaman agama) seseorang. Al
Imam Syafi’i mampu mengambil lebih dari 60 pelajaran penting dari sebuah
hadits,hanya dalam waktu semalam.Adapun kita??
Diantara pelajaran dari hadits diatas
adalah ajaran untuk tidak menyakiti hati orang lain serta berusaha
untuk menjaga perasaan orang.Lihatlah Nabi Muhammad,beliau menerima
tawaran dari wanita anshar tersebut sebagaimana beliau menerima tawaran
ataupun pemberian sahabatnya yang lain. Nabi senang dan menampakkan
rasa senangnya bila mendapatkan pemberian dari orang lain. Pernah
beliau menerima hadiah pakaian dari salah seorang sahabat,baju bagus
yang ada hiasannya. Karena merasa terganggu dengan pakaian tersebut
didalam shalat,beliau pun memerintahkan agar pakaian tersebut
dikembalikan kepada Abu Jahm (sahabat yang memberi) dan Nabi meminta
pakaian yang lain sebagai pengganti serta menjelaskan mengapa beliau
mengembalikan pakaian tersebut?
Lalu bagaimana dengan kita? Terkadang
muncul dalam hati rasa sombong dan tinggi hati saat mendapatkan
pemberian orang.”Memberi hadiah kok sedikit sekali” ”Memangnya aku tidak
mampu untuk membeli barang semacam ini” atau ungkapan-ungkapan lain
yang akan menyakitkan hati orang yang memberi. Sebagaimana kita pun
harus mencontoh Rasulullah yang senang memberi karena beliau adalah
seorang pemurah dan dermawan. Tidak berfikir egois dan hanya
mementingkan diri sendiri. Inginnya selalu diberi namun jarang berfikir
untuk gemar memberi. Seperti halnya diri kita yang senang jika
mendapatkan hadiah,demikian juga orang lain yang akan merasa berbahagia
bila mendapatkan hadiah dari kita.
Rasulullah tidak pernah menolak bila
diminta.Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
sahabat Hakim bin Hizam Rasulullah bersada,
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
Artinya,”Tangan diatas lebih baik dibandingkan tangan dibawah”.
Sungguh indah ajaran Islam. Terlebih
lagi jika memberi dalam rangka membantu kepentingan umat Islam, seperti
yang dilakukan oleh wanita anshar tersebut. Ia rela mengeluarkan biaya
dan tenaga demi menyumbangkan bantuan untuk kepentingan kaum muslimin.
Lalu bagaimanakah dengan diri kita? Jawabannya adalah kita memang
memiliki sifat kikir. Betapa berat tangan ini untuk mengulurkan bantuan
bila umat Islam membutuhkan. Berat hati untuk berinfaq dalam
pembangunan masjid, pondok pesantren, buku-buku bacaan Islam atau yang
lain. Tak sebanding dengan harta yang dihambur-hamburkan oleh seorang
caleg legislatif atau untuk membeli kembang api dalam rangka tahun baru
atau bahkan mengundang grup musik dan campursari.
Subhaanallah…mengapa kita tidak mau
berfikir?.Jawablah sebuah pertanyaan yang saya ajukan ini,”Apa yang
telah kita perbuat selama ini untuk Islam dan kaum muslimin?”.
Pelajaran lain yang tak kalah
pentingnya dari hadits diatas adalah selalu merindukan Nabi Muhammad
sebagai kekasih Allah. Coba bayangkan,sebatang pohon pun menangis dan
berteriak karena rasa rindunya kepada nasehat-nasehat Rasulullah.
Ternyata hati kita memang kaku dan kasar,telah mati mata hati
kita.Allah berfirman dalam Al Qur’an,
ثُمَّ
قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ
أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ
اْلأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا
يَشَّقَّقُ
فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءَ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ
خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Kemudian setelah itu hatimu
menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara
batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan
di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yangmeluncur jatuh, karena
takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
kamu kerjakan. (QS. 2:74)
Maha suci Allah…betapa jauhnya kita
meninggalkan jalan kebenaran.Mengapa jauh berbeda sekali antara keadaan
kita dengan keadaan para sahabat Rasulullah?.Para sahabat selalu
merindukan kebersamaan dengan Rasulullah di dunia sebagaimana besar pula
keinginan mereka untuk dapat dikumpulkan bersama Rasululah di dalam
surga. Bagaimanakah dengan kita?.Apakah kita selalu merindukan kekasih
Allah yaitu Nabi Muhammad?.Antara kejujuran dan kedustaan yang dapat
kita lakukan untuk menjawab pertanyaan ini.
Jika benar rasa rindu kita kepada
Rasulullah maka jawablah beberapa pertanyaan ini.Apakah anda telah
mengenali bentuk fisik Rasulullah? Apakah anda telah mengetahui
sifat-sifat terpuji beliau? Apakah anda mengetahui nama istri-istri dan
anak-anak beliau? Apakah anda mengetahui nama hewan tunggangan beliau?
Mampukah anda menjelaskan sejarah hidup Nabi Muhammad semenjak kecil
sampai beliau dibesarkan? Sejarah hidup beliau semenjak belum diangkat
sebagai rasul hingga beliau wafat? Sanggupkah anda menceritakan
peperangan yang pernah dialami Nabi Muhammad? Berapakah jumlah sabda
beliau yang pernah anda baca dan hafalkan? Bisakah anda menceritakan
pengalaman Nabi dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj? Dapatkah anda
bercerita tentang isi perjanjian beliau dengan orang-orang Yahudi di
kota Madinah? Siapakah orang-orang kesayangan Rasulullah?.
Masih terlalu dini untuk
menyatakan,”Aku cinta Nabi Muhammad” karena semua itu hanya sebuah
pengakuan tanpa bukti. Sungguh amat menyedihkan sekali keadaan generasi
muda umat Islam saat ini. Banyak dari mereka yang tidak kenal dengan
Nabinya kecuali hanya sebatas nama beliau saja. Padahal diantara
pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap muslim didalam kuburnya
adalah,”Siapakah Nabimu?”.
Dimasa kita ini kerinduan seorang
muslim kepada Rasulullah dapat diwujudkan dengan mempelajari dan
mengamalkan bimbingan hidup yang beliau wariskan kepada kita. Senang
membaca dan merenungkan sabda-sabda beliau,bisa juga dengan aktif dalam
pengajian-pengajian.Setiap muslim harus merasa bersedih pabila
meninggalkan majlis taklim, seakan-akan ia berpisah langsung dengan
baginda Rasul.
Betapa bersedihnya para sahabat ketika ditinggal wafat
oleh Nabi Muhammad.Hingga Umar bin Khattab pun tak dapat
mempercayai,hingga Bilal bin Rabah tak lagi ingin mengumandangkan
adzan,hingga kota Madinah dirasakan gelap gulita pada hari wafatnya
beliau.
Harapan kita,dan smoga bukan hanya
sekedar harapan belaka,kita semua dipertemukan dengan Rasulullah didalam
surga Al Firdaus bersama kekasih-kekasih Allah yang lain.Marilah
bersama tuk memperjuangkan rasa cinta dan rindu kita kepada beliau
dengan mempelajari sunnah Rasulullah. Semoga Allah senantiasa membimbing
dan mengabulkan doa kita.Amin
sumber: http://al-mamujuwy.com/2012/05/harus-merindu-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar