Persaksian dan Kesaksian
I. Persaksian Ustadz Muhammad Umar as-Sewed Tentang Yayasan Al-Sofwah
Untuk Allah dan karena Allah kami
menulis persaksian ini. Dengan harapan agar kaum muslimin khususnya
ahlussunnah Salafiyyin menyadari bahaya yang sedang mengancamnya.
Saya (Ustadz Muhammad Umar as-Sewed)
masih ingat ucapan Syaikh Rabi’ kepada saya, ketika saya bertanya
tentang al-Muntada (yang kemudian berganti nama dengan Al-Sofwa). “Kalau
memang yayasan tersebut sama dengan al-Muntada yang berada di London,
maka kita lihat saja , ia akan menjadi musuh paling utama Dakwah
Salafiyyah di Indonesia”, kata Syaikh Rabi’.
Dengan cara yang persis sama dengan
al-Muntada, London mereka mulai membuat gerakan makarnya, mendekati para
Ulama. Mereka meminta rekomendasi dan legitimasi bahwa yayasan ini
adalah yayasan Salafiyah, mendekati salafiyyin Indonesia dan menampilkan
diri sebagai gerakan dakwah Salafiyah, dengan menyebarkan karya-karya
Syaikh ‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baaz yang sifatnya umum yang tidak
berkaitan dengan manhaj mereka… dan seterusnya. Setelah itu dengan
halusnya mereka menyusupkan pemikiran-pemikiran Sururiyah-Ikhwaniyah
melalui berbagai macam cara.
Pemikiran khas Sururiyah-Ikhwaniyah yang paling jelas adalah menyatukan
berbagai firqoh ahli bid’ah dan berusaha mengakurkan mereka sekaligus
membawanya kepada satu “jama’ah” yang tidak saling bermusuhan.
Tentunya kelompok yang paling mereka
takuti adalah Ahlussunnah Salafiyyun. Karena mereka tetap pada jalan
generasi pendahulunya, mengajak kepada Sunnah dan memberantas bid’ah,
berwala’ (loyal) kepada Ahlussunnah dan bara’ (benci dan antipati) dari
para ahli bid’ah. Dan mereka terkenal keras dan tegas kepada ahli
bid’ah.
Ternyata apa yang telah diucapkan Syaikh
Rabi’ kini menjadi kenyataan. Karena apa yang dibawa
al-Muntada/As-Sofwa di Indonesia sama dengan apa yang dibawa Al-Muntada
di London. Yang demikian itu bisa dilihat dari beberapa bukti yang saya
saksikan atau yang saya dengar dengan yakin yaitu :
1. Mereka menebarkan majalah Al-Bayan yang diterbitkan oleh Al Muntada
Al Islami (yang didirikan Muhammad Surur, sehingga sebutan bagi
pengikutnya disebut sururi, red), London
2. Menyebarkan buku-buku terbitan Al Muntada dan lain-lain dari tulisan tokoh-tokoh sururi seperti Salman ‘Audah, Aidl Al-Qorni dan sebagainya
3. Bahkan lebih jelas lagi bahwa pendirinya, Muhammad al-Khalaf (namanya sesuai dengan manhajnya) menulis buku “Petunjuk bagi Wanita Pelajar” yang dalam bahasa aslinya (Arab) adalah Dalilut Thalibah. Dibawakan olehnya fatwa-fatwa fiqih dari syaikh Ibnu Utsaimin hafidhahullah. Sedangkan patokan-patokan dalam masalah dakwah diambil dari pemikiran Salman Al Audah. (lihat lampiran)
4. Membantu program-program ahli bid’ah baik dari kalangan pengikut tarekat sufiyah, Ikhwanul Muslimin, ataupun Negara Islam Indonesia (NII)
5. Memperkerjakan orang-orang yang tidak jelas manhajnya (IM, NII, JI dan lain-lain) di dalam yayasan Al-Sofwa
6. Yang lebih jelas dari itu adalah hubungannya dengan Anis Matta (sekarang sekjen Partai Keadilan) yang jelas-jelas tokoh Ikhwanul Muslimin Indonesia.
Saya pribadi pernah memergokinya bersama Muhammad Anis Matta (tokoh PKS, red) di Hotel Karya II, Jakarta. Maka saya menegurnya. Kemudian dia beralasan hanya membantu program khusus bahasa Arabnya.
7. Hubungan eratnya dengan Ikhwanul Muflisin (IM) bertambah jelas ketika ia menitipkan istrinya bersama akhowat IM di Madrasah IM yaitu Al-Hikmah, yang pernah melarang murid-murid wanitanya memakai cadar. Dan kami pernah menegur meraka dengan mendatangi guru-gurunya. Jawaban mereka : “Ini hasil kesepakatan guru-guru”
8. Mengadakan daurah para Da’i di Bogor. Dengan mendatangkan tokoh Sururi Dr. Ibrahim ad-Duwasy yang jelas prototypenya Salman
9. Mengadakan dakwah untuk para da’i dengan menampilkan Farid ‘Uqbah yang menjelaskan bahwa fitnah Sururiyah Indonesia tidak ada. Dan itu hanyalah problem politik Saudi.
2. Menyebarkan buku-buku terbitan Al Muntada dan lain-lain dari tulisan tokoh-tokoh sururi seperti Salman ‘Audah, Aidl Al-Qorni dan sebagainya
3. Bahkan lebih jelas lagi bahwa pendirinya, Muhammad al-Khalaf (namanya sesuai dengan manhajnya) menulis buku “Petunjuk bagi Wanita Pelajar” yang dalam bahasa aslinya (Arab) adalah Dalilut Thalibah. Dibawakan olehnya fatwa-fatwa fiqih dari syaikh Ibnu Utsaimin hafidhahullah. Sedangkan patokan-patokan dalam masalah dakwah diambil dari pemikiran Salman Al Audah. (lihat lampiran)
4. Membantu program-program ahli bid’ah baik dari kalangan pengikut tarekat sufiyah, Ikhwanul Muslimin, ataupun Negara Islam Indonesia (NII)
5. Memperkerjakan orang-orang yang tidak jelas manhajnya (IM, NII, JI dan lain-lain) di dalam yayasan Al-Sofwa
6. Yang lebih jelas dari itu adalah hubungannya dengan Anis Matta (sekarang sekjen Partai Keadilan) yang jelas-jelas tokoh Ikhwanul Muslimin Indonesia.
Saya pribadi pernah memergokinya bersama Muhammad Anis Matta (tokoh PKS, red) di Hotel Karya II, Jakarta. Maka saya menegurnya. Kemudian dia beralasan hanya membantu program khusus bahasa Arabnya.
7. Hubungan eratnya dengan Ikhwanul Muflisin (IM) bertambah jelas ketika ia menitipkan istrinya bersama akhowat IM di Madrasah IM yaitu Al-Hikmah, yang pernah melarang murid-murid wanitanya memakai cadar. Dan kami pernah menegur meraka dengan mendatangi guru-gurunya. Jawaban mereka : “Ini hasil kesepakatan guru-guru”
8. Mengadakan daurah para Da’i di Bogor. Dengan mendatangkan tokoh Sururi Dr. Ibrahim ad-Duwasy yang jelas prototypenya Salman
9. Mengadakan dakwah untuk para da’i dengan menampilkan Farid ‘Uqbah yang menjelaskan bahwa fitnah Sururiyah Indonesia tidak ada. Dan itu hanyalah problem politik Saudi.
II. Kesaksian Syaikh Abdullah bin Umar bin Mar’i Tentang Muhammad Khalaf
Mengenai pendiri Yayasan Al-Sofwa,
Muhammad Kholaf, silakan dengarkan kesaksian Syaikh Abu Abdirrahman bin
Umar bin Mar’i yang pernah mengenalinya langsung dari dekat di ‘Unaizah,
Al-Qosim, King Saudi Arabia. Persaksian itu sebagai berikut :
Beliau berkata:
Beliau berkata:
Segala pujian hanya milik Allah Ta’ala Rabb sekalian alam. Shalawat dan
salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya.
Amma ba’du.
Seorang al-akh meminta saya agar menulis tentang Muhammad Kholaf
tentunya sesuai dengan apa yang saya ketahui. Semoga Allah menunjukinya.
Maka dari itu dengan memohon pertolongan-Nya, saya akan memulainya.
Saya katakan (Syaikh Abdullah Mar’i, red):
“Saya mengetahuinya di ‘Unaizah dan ketika itu saya berjumpa dengannya di perpustakaan Maktabatul Ummah. Saya pernah mendengar tentang dirinya dari pembicaraan ikhwah Indonesia dan dari seorang yang mengetahuinya disana. Tak lama kemudian saya menanyakan tentang dirinya (juga) kepada beberapa ikhwan yang tinggal di ‘Unaizah. (Ternyata) lebih dari satu ikhwan kita yang salafy di kota Qosim memberitahukan bahwa ia adalah termasuk salah seorang yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan Salman al-‘Audah.
“Saya mengetahuinya di ‘Unaizah dan ketika itu saya berjumpa dengannya di perpustakaan Maktabatul Ummah. Saya pernah mendengar tentang dirinya dari pembicaraan ikhwah Indonesia dan dari seorang yang mengetahuinya disana. Tak lama kemudian saya menanyakan tentang dirinya (juga) kepada beberapa ikhwan yang tinggal di ‘Unaizah. (Ternyata) lebih dari satu ikhwan kita yang salafy di kota Qosim memberitahukan bahwa ia adalah termasuk salah seorang yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan Salman al-‘Audah.
Hubungan dekatnya dengan Salman
membuatnya (mudah) mendapatkan bantuan-bantuan (dana) darinya. Mayoritas
bantuan tersebut ia peroleh dari Al-Jam’iyah Ihyaut Turats (JI),
sebagian bantuan lainnya ia kumpulkan dari para syaikh Kerajaan Saudi
dengan rekomendasi dari Salman. Hubungan dekatnya dengan Syaikh
‘Utsaimin beberapa waktu (nampaknya juga) merupakan faktor yang membuat
ia mudah mengumpulkan bantuan (dana) dari Jam’iyah Ihya’ut Turots.
Ditambah lagi dia seorang penduduk Qosim dan seorang guru di Riyadl.
Saya pikir banyak yang mengetahui hal itu.
Adapun manhajnya maka ia adalah seorang
Sururi. Karena ia sangat kental hubungannya dengan Salman al-‘Audah dan
orang-orang yang sejalan dengannya.
Terdapat beberapa hal yang menunjukkan demikian antara lain:
1. Hubungan sangat kental dengan Salman Al-Audah dan orang-orang yang
sejalan dengannya di negeri Saudi ataupun di luar negeri tersebut.
2. Beberapa risalahnya yang telah dicetak semisal Dalilit Thalibah al Mukminah (petunjuk Bagi Wanita Pelajar) dan selainnya (lihat persaksian Ustadz Muhammad, red)
3. Ia mempunyai perpustakaan bernama Maktabatul Ummah yang berada di ‘Unaizah, terdapat padanya kitab dan majalah.(yang bermanhaj sururi-pent)
4. Kitab-kitab yang ia bagikan, sebarkan dan cetak mayoritas memuat keinginan pencetak dan pemikirannya (yakni Muhammad Kholaf, red)
5. Warga salafiyyin yang sedaerah dengannya yang berdomisili di ‘Unaizah menyaksikan keadannya yang demikian. Dan merekalah orang-orang yang tahu tentang dirinya dan aktivitasnya. Dr.Abdullah al-Musallam, seorang dosen pada mata kuliah Syar’iyah dan Ushuluddin di Universitas Al-Imam, Qosim, mengatakan bahwa ia seorang sururi bahkan termasuk tokohnya. Al-Ustadz Umar al-Harakan, seorang pengajar di Ma’had Ali di kota Buraidah, banyak dari kalangan ikhwan salafiyin seperti al-Akh Muhammad at-Turki (beliau datang ketika dakwah di Yogya bulan Juli 2005 –red.), Abdurrahman al-‘Amir, Umar al-Hathlani, Rafiq Zaki dan selain mereka menyaksikannya demikian. Merekalah saksi-saksi hidup. Datang dan mintalah keterangan tentang masalah ini pada mereka.
6. Salman Al-‘Audah, Jam’iyah At-Turats dan beberapa orang yang berdomisili di Riyadh adalah pendukung-pendukungnya. Hal ini menunjukkan apa yang telah disebutkan di muka (ia seorang sururi bahkan tokohnya –pent) dan inilah perkara-perkara yang dapat dipersaksikan dari kejauhan sebelum mendekatinya.
2. Beberapa risalahnya yang telah dicetak semisal Dalilit Thalibah al Mukminah (petunjuk Bagi Wanita Pelajar) dan selainnya (lihat persaksian Ustadz Muhammad, red)
3. Ia mempunyai perpustakaan bernama Maktabatul Ummah yang berada di ‘Unaizah, terdapat padanya kitab dan majalah.(yang bermanhaj sururi-pent)
4. Kitab-kitab yang ia bagikan, sebarkan dan cetak mayoritas memuat keinginan pencetak dan pemikirannya (yakni Muhammad Kholaf, red)
5. Warga salafiyyin yang sedaerah dengannya yang berdomisili di ‘Unaizah menyaksikan keadannya yang demikian. Dan merekalah orang-orang yang tahu tentang dirinya dan aktivitasnya. Dr.Abdullah al-Musallam, seorang dosen pada mata kuliah Syar’iyah dan Ushuluddin di Universitas Al-Imam, Qosim, mengatakan bahwa ia seorang sururi bahkan termasuk tokohnya. Al-Ustadz Umar al-Harakan, seorang pengajar di Ma’had Ali di kota Buraidah, banyak dari kalangan ikhwan salafiyin seperti al-Akh Muhammad at-Turki (beliau datang ketika dakwah di Yogya bulan Juli 2005 –red.), Abdurrahman al-‘Amir, Umar al-Hathlani, Rafiq Zaki dan selain mereka menyaksikannya demikian. Merekalah saksi-saksi hidup. Datang dan mintalah keterangan tentang masalah ini pada mereka.
6. Salman Al-‘Audah, Jam’iyah At-Turats dan beberapa orang yang berdomisili di Riyadh adalah pendukung-pendukungnya. Hal ini menunjukkan apa yang telah disebutkan di muka (ia seorang sururi bahkan tokohnya –pent) dan inilah perkara-perkara yang dapat dipersaksikan dari kejauhan sebelum mendekatinya.
Barangkali (insya Allah –pent) yang
telah saya sebutkan di atas sudah mencukupi. Allahu a’lam. Jika tidak
demikian maka disana masih terdapat banyak hal lain (yang masih belum
disebutkan). Namun tidak sepantasnya semua yang diketahui disebutkan.
Allahu a’lam.
Adapun mengenai ahlak dan pergaulannya dengan teman-temannya, maka inilah perkara yang sudah jelas.
Sungguh saya pernah bergaul langsung dengannya. Akan tetapi saya belum
pernah duduk-duduk bersamanya selain beberapa saat saja. Padanya ada
perkara-perkara yang tidak sepantasnya seorang muslim yang mengamalkan
keislamannya, terlebih bagi seorang thalibul ilmi dan da’i, (untuk
melakukannya). Semoga Allah menunjukinya.
Terakhir, inilah catatan yang saya
tuangkan di sini mengenai al-akh tersebut. Saya katakan dan saya
ingatkan (kepada semua pihak yang berkepentingan) bahwa haruslah bagi
seorang Salafy Sunni mempunyai hubungan (kenal) dengan para Ulama Sunnah
Salafiyah. (Saya perhatikan) ia bukanlah orang yang mempunyai sifat
demikian sekalipun dengan ulama negeri Saudi, yang mana orang-orang dari
segenap penjuru dunia, dari berbagai macam jalan dan manhaj berhubungan
dengan mereka dengan ramah dan dekat. Hal tersebut tidak terjadi pada
dirinya. Hal ini menunjukkan padamu jauhnya ia dari ilmu dan ahlinya
(ulama). Allahul musta’an.
Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla
agar mengokohkan agama kita dan memberikan ilmu tentang syariat kita
ini. Dan segala pujian hanyalah milik Allah semata.
Dammaj, Sha’dah, pagi hari, 3/2/1420 H
Diterjemahkan di Degolan pada pagi
17 Juni 1999 M.
III. Kesaksian Ustadz Muhammad as-Sewed tentang Muhammad Khalaf
Kemudian saya (Ustadz Muhammad Umar as-Sewed) menambahkan apa yang saya ketahui tentang dirinya di ‘Unaizah, Qosim yaitu :
1. Saya selama kira-kira satu tahun hampir tidak pernah absen duduk di
majelis Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, tidak pernah sekalipun Saya melihat
Muhammad khalaf di majelis tersebut. Saya hanya sekali melihatnya dalam
ceramah umum yang disampaikan Syaikh ‘Utsaimin
2. Ia memiliki toko buku Al-Ummah yang khusus menjual buku-buku kecil (kutaib) dan semua buku-buku tokoh-tokoh sururi terdapat disini, sedangkan buku-buku yang membantahnya dari tulisan Syaikh Rabi’ dan selain beliau susah didapat.
3. Pernah toko tersebut dititipi majalah oleh sales dari distributor majalah Al-Ashalah dan Salafiyah yang jelas pengasuh dan penulisnya adalah Salafiyun dan Ulama Ahlussunnah. Disinilah pertama kalinya saya mengenal majalah tersebut. Ternyata setelah saya baca, saya sangat mengaguminya. Maka saya kembali ke toko tersebut untuk memiliki lebih banyak lagi untuk dikirim ke beberapa kawan di Indonesia. Ternyata apa yang terjadi? Majalah tersebut lenyap dari etalase, saya menanyakan kepada penjaganya (waktu itu Ahmad Bahrudin) ternyata majalah tersebut disimpan dan tidak boleh dijual (dicekal). Bahkan beberapa temannya mencela (menurut persaksian dia) majalah tersebut dengan ucapan-ucapan jelek : ”Pengasuh majalah ini (Assalafiyah) adalah munafiqun”. “Ini bukan majalah Salafiyah tapi Talafiyah (kerusakan)” diganti huruf sin-nya dengan huruf ta”. Bahkan saya sendiri mendengar dari seorang yang juga merupakan groupnya (memang ternyata toko itu milik “group”) mengatakan, sambil menunjuk majalah al-Bayan,”Ini yang namanya majalah, bukan itu !” Yakni bukan majalah al-Ashalah
4. Dengan data-data yang semakin lengkap dan jelas saya berusaha untuk bertanya kepada syaikh Rabi’ tentang al-Sofwah dan Muhammad Khalaf serta al-Muntada yang ada di London. Dengan demikian lengkaplah sudah gambaran Muhammad Khalaf dan al-Sofwa. (Lihat ucapan Syaikh Rabi’ di Mukadimah)
5. Terakhir saya menemui Muhammad Khalaf sepulang dari Madinah dengan maksud menegur dan memperingatkan sekaligus melihat apakah dia bergabung dengan sururiyin dan menyebarkan paham sururiyah itu dengan sadar atau tertipu.
2. Ia memiliki toko buku Al-Ummah yang khusus menjual buku-buku kecil (kutaib) dan semua buku-buku tokoh-tokoh sururi terdapat disini, sedangkan buku-buku yang membantahnya dari tulisan Syaikh Rabi’ dan selain beliau susah didapat.
3. Pernah toko tersebut dititipi majalah oleh sales dari distributor majalah Al-Ashalah dan Salafiyah yang jelas pengasuh dan penulisnya adalah Salafiyun dan Ulama Ahlussunnah. Disinilah pertama kalinya saya mengenal majalah tersebut. Ternyata setelah saya baca, saya sangat mengaguminya. Maka saya kembali ke toko tersebut untuk memiliki lebih banyak lagi untuk dikirim ke beberapa kawan di Indonesia. Ternyata apa yang terjadi? Majalah tersebut lenyap dari etalase, saya menanyakan kepada penjaganya (waktu itu Ahmad Bahrudin) ternyata majalah tersebut disimpan dan tidak boleh dijual (dicekal). Bahkan beberapa temannya mencela (menurut persaksian dia) majalah tersebut dengan ucapan-ucapan jelek : ”Pengasuh majalah ini (Assalafiyah) adalah munafiqun”. “Ini bukan majalah Salafiyah tapi Talafiyah (kerusakan)” diganti huruf sin-nya dengan huruf ta”. Bahkan saya sendiri mendengar dari seorang yang juga merupakan groupnya (memang ternyata toko itu milik “group”) mengatakan, sambil menunjuk majalah al-Bayan,”Ini yang namanya majalah, bukan itu !” Yakni bukan majalah al-Ashalah
4. Dengan data-data yang semakin lengkap dan jelas saya berusaha untuk bertanya kepada syaikh Rabi’ tentang al-Sofwah dan Muhammad Khalaf serta al-Muntada yang ada di London. Dengan demikian lengkaplah sudah gambaran Muhammad Khalaf dan al-Sofwa. (Lihat ucapan Syaikh Rabi’ di Mukadimah)
5. Terakhir saya menemui Muhammad Khalaf sepulang dari Madinah dengan maksud menegur dan memperingatkan sekaligus melihat apakah dia bergabung dengan sururiyin dan menyebarkan paham sururiyah itu dengan sadar atau tertipu.
Saya mendapatkan beberapa catatan penting yaitu ;
a. Dia mengakui memang orang-orang Al Muntada adalah teman-temannya. Sehingga dia selalu berkonsultasi dengan mereka dalam dakwahnya di Indonesia, sedangkan kita tahu adanya hadits Rasulullah yang berbunyi : Al Mar’u ‘ala dini kholilihi “Agama seseorang itu bersama teman-teman dekatnya”.
b. Dia tidak suka dengan mahasiswa Madinah sehingga dia meminta saya mencarikan da’i untuk as-Sofwa dari mahasiswa Indonesia yang ada di Jamiatul Imam, Riyadl. Dan menjadi rahasia umum kalau Jami’atul Imam Riyadl dikuasai orang-orang hizbi, IM. Maka saya katakan, Saya memiliki banyak teman-teman salafy di Jamiah Islamiyah Madinah yang kita tahu banyak didominasi Salafiyun. Dia menjawab dengan tegas dan jelas :” Saya tidak suka dengan anak-anak(mahasiswa) Madinah”
a. Dia mengakui memang orang-orang Al Muntada adalah teman-temannya. Sehingga dia selalu berkonsultasi dengan mereka dalam dakwahnya di Indonesia, sedangkan kita tahu adanya hadits Rasulullah yang berbunyi : Al Mar’u ‘ala dini kholilihi “Agama seseorang itu bersama teman-teman dekatnya”.
b. Dia tidak suka dengan mahasiswa Madinah sehingga dia meminta saya mencarikan da’i untuk as-Sofwa dari mahasiswa Indonesia yang ada di Jamiatul Imam, Riyadl. Dan menjadi rahasia umum kalau Jami’atul Imam Riyadl dikuasai orang-orang hizbi, IM. Maka saya katakan, Saya memiliki banyak teman-teman salafy di Jamiah Islamiyah Madinah yang kita tahu banyak didominasi Salafiyun. Dia menjawab dengan tegas dan jelas :” Saya tidak suka dengan anak-anak(mahasiswa) Madinah”
Demikianlah apa yang saya ingat dengan yakin tentang Muhammad al-Khalaf.
Sedangkan yang tidak jelas dan saya masih ragu tidak perlu dituliskan disini. Wallahu a’lam.
Yogyakarta, 3 Juli 1999
Disusun oleh Ustadz Muhammad Umar as-Sewed (Cirebon)
NB.: Saya katakan: “Semestinya jika
Abdullah Taslim tidak mengetahui tentang as-Shafwa, hendaknya dia
bertanya kepada orang yang mengetahui tentangnya. Karena orang yang
mengetahui adalah hujah atas orang yang tidak mengetahui”.)
http://www.salafy.or.id/2003/09/23/persaksian-al-ustadz-muhammad-umar-as-sewed/
http://untukpencarikebenaran.wordpress.com/2012/02/05/165/#comment-31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar