Pertanyaan: Apakah dibolehkan menjama’ sholat tanpa ada udzur. Dan apakah shahih hadits yang dikatakan seseorang, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjama’ shalat tanpa sebab takut dan tanpa sakit. Saya berharap penjelasan tentang yang demikian, semoga Allah memberkahi anda.
Dijawab oleh Syeikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Jawaban: Menjama’ shalat tanpa udzur tidaklah dibolehkan dan tidak shah shalatnya, karena berarti ia shalat bukan pada waktunya tanpa ada udzur syar’i. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. an-Nisa: 103).
Dan menjama’ shalat itu dibolehkan karena udzur syar’i seperti sakit dan safar (dalam perjalanan) dan demikian juga menjama’ shalat antara shalat maghrib dan isya karena hujan dan lumpur becek, inilah udzur yang dibolehkan untuk menjama’ shalat dua shalat, adapun menjama’ shalat tanpa udzur maka ini tidak dibolehkan dan tidak shah shalatnya jika ia melakukanya, adapun hadits yang disebutkan (dalam pertanyaan) maka lafadzhnya yang benar diriwayatkan dalam dua riwayat dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, “bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjama’ shalat tanpa sebab takut dan safar” [Diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya] dan dalam riwayat lain “tanpa sebab takut dan hujan” [diriwayatkan Imam muslim dalam shahihnya].
Adapun lafadz yang disebutkan penanya maka ini tidak ada riwayatnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa menjama’ shalat tanpa takut dan tanpa sebab sakit, ini tidak ada riwayat yang menyebutkan (lafadz) sakit dalam hadits, dan yang ada diriwayatkan hanyalah “tanpa sebab takut dan tanpa safar” [Diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya]. Dan dalam riwayat lain, “Tanpa sebab takut dan tanpa sebab hujan” [Diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya].
Dan ulama’ dalam memahami hadits ini terbagi dalam beberapa jawaban (pendapat):
- Sebagian mereka (ulama) ada yang tawaquf dalam memaknai hadits tersebut dan berkata bahwa hadits tersebut tidak nampak jelas maknanya.
- Dan sebagian ulama lainnya membawa pengertian hadits tersebut kepada jama’ shuri, dan inilah yang didukung oleh asy-Syaukani dalam Nailul Authar, dan jama’ shuri maknanya adalah mengakhirkan shalat pertama kepada akhir waktunya dan menyegerakan shalat kedua pada awal waktunya kemudian dia melakukan shalat keduanya secara jama’, yang satu diakhir waktunya dan yang satu lagi diawal waktunya dan inilah yang dinamakan jama’ shuri. Dan inilah makna yang shahih dan pendapat inilah yang didukung oleh asy-Syaukani dan didukung oleh selainnya dalam memaknai hadits diatas bahwa yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah jama’ shuri.
- Dan sebagian ulama ada yang membawakan hadits “Tanpa sebab takut dan tanpa safar” [Diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya] atau hadits “Tanpa sebab takut dan tanpa hujan” [Diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya] bahwa makna hadits-hadits tersebut adalah menjama’ shalat disebabkan sakit karena udzur-udzur yang dibolehkan menjama’ shalat itu ada 4 (empat): terkadang karena takut, sakit, safar dan terkadang karena hujan. Oleh karena itu jika disebutkan “tanpa sebab takut dan tanpa sebab safar” atau “tanpa sebab takut atau tanpa sebab hujan” maka tidaklah tertinggal kecuali karena sebab sakit, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjama’ shalat karena sebab sakit, dan bagi orang yang sakit dibolehkan juga untuk menjama’ shalatnya jika ia khawatir tidak dapat memperoleh shalat berjamaah karena kesulitannya. (http://ar.islamway.com/fatwa/7912)
Teks Fatwa
السؤال: هل يجوز الجمع بين الصلوات من غير عذر. وما صحة الحديث القائل [بأن رسول الله صلى الله عليه وسلم جمع في الصلاة بدون خوف ولا مرض] أفيدوني في ذلك بارك الله فيكم؟.
الإجابة: الجمع بين الصلوات من غير عذر لا يجوز ولا تصح به الصلاة لأنه صلاها في غير وقتها من غير عذر شرعي والله تعالى يقول: {إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا } [سورة النساء: آية 103]. والجمع إنما يباح للعذر الشرعي كالمرض والسفر وكذلك بين العشائين في المطر والوحل، هذه الأعذار التي تبيح الجمع بين الصلاتين أما أن يجمع من غير عذر فهذا لا يجوز ولا تصح صلاته إذا فعل ذلك. أما الحديث فلفظه ورد بروايتين عن النبي صلى الله عليه وسلم ”أنه جمع من غير خوف ولا سفر” [رواه الإمام مسلم في صحيحه].
وفي رواية ”من غير خوف ولا مطر” [رواه الإمام مسلم في صحيحه]. وأما اللفظ الذي ذكر السائل فهذا غير وارد عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه جمع من غير خوف ولا مرض لم يرد ذكر المرض في الحديث وإنما ورد “من غير خوف ولا سفر” [رواه الإمام مسلم في صحيحه]. وفي رواية ”من غير خوف ولا مطر” [رواه الإمام مسلم في صحيحه].
وللعلماء عن هذا الحديث عدة أجوبة:
ـ منهم من توقف في معناه وقال إنه لا يظهر له معناه.
ـ ومن العلماء من حمله على الجمع الصوري وهذا الذي أيده الشوكاني في نيل الأوطار والجمع الصوري معناه أن يؤخر الصلاة الأولى إلى آخر وقتها ويقدم الصلاة الثانية في أول وقتها ثم يصليهما جميعًا هذه في آخر وقتها وهذه في أول وقتها هذا جمع صوري.
وهذا معنى صحيح وأيده الشوكاني وأيده غيره في معنى الحديث أن المراد به الجمع الصوري.
ـ ومن العلماء من حمل الحديث وهو قوله ”من غير خوف ولا سفر” [رواه الإمام مسلم في صحيحه]. أو ”من غير خوف ولا مطر” [رواه الإمام مسلم في صحيحه]. بأن معنى ذلك أنه جمع للمرض لأن الأعذار التي تبيح الجمع أربعة:
ـ إما الخوف وإما المرض وإما السفر وإما المطر.
فإذا كان ذكر أنه ”من غير خوف ولا سفر” [رواه الإمام مسلم في صحيحه]. أو ”من غير خوف ولا مطر” [رواه الإمام مسلم في صحيحه]. فلم يبق إذن إلا المرض فيكون صلى الله عليه وسلم جمع من أجل المرض فيباح للمريض أيضًا أن يجمع إذا كان يلحقه بترك الجمع مشقة
Tidak ada komentar:
Posting Komentar