HARUSKAH SETIAP MUSLIM BERPEGANG PADA SATU MADZHAB TERTENTU?
Muncul fenomena taqlid / fanatik madzhab di tengah-tengah
kaum muslimin yang mengantarkan pada kemunduran umat. Demi Allah,
sungguhnya baik al-Imam Abu Hanifah, al-Imam Malik, al-Imam asy-Syafi’i,
maupun al-Imam Ahmad tidak ada seorang pun dari mereka yang
mengajak/menyerukan umat untuk bertaqlid pada dirinya.
Lihatlah, al-Imam Malik datang setelah Abu Hanifah
mengambil ilmu dari sebagian murid Abu Hanifah, namun beliau tidak
bertaqlid pada Abu Hanifah. Asy-Syafi’i murid langsung al-Imam Malik,
apakah beliau bertaqlid pada Malik? Tidak. Al-Imam Ahmad murid langsung
al-Imam asy-Syafi’i, apakah beliau bertaqlid pada asy-Syafi’i? Tidak.
Kalau para imam tersebut bertaqlid, niscaya tidak akan sampai kepada
kita warisan agung nan mahal ini, yakni madzhab dan pendapat
masing-masing para imam tersebut.
Namun ketika muncul orang-orang jumud, menyatakan bahwa
pada masa itu pintu ijtihad sudah tertutup dan tidak boleh seorang pun
untuk keluar dari madzhab yang empat. Seorang muslim wajib berpegang
pada satu madzhab tertentu! Mereka menjadikan ini wajib. Jika ada
seorang muslim beribadah berdasarkan dalil, maka mereka katakan sebagai
orang yang main-main (dalam agamanya). Untuk ini mereka menulis
kitab-kitab tentang kewajiban untuk berpegang pada satu madzhab tertentu
atas setiap muslim! Bahkan mereka menolak dakwah salafiyyah!
Allahu akbar!! Dakwah Salafiyyah adalah manhaj Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ini adalah manhaj empat imam tersebut, yaitu tidak ada taqlid. “Apabila hadits itu shahih maka itu adalah madzhabku.”
Asy-Syaikh Muhammad Najib Ma’shumi al-Khujandi al-Bukhari
– beliau adalah syaikh para masyaikh kami, seorang ‘ulama Makkah,
mudarris di Daril Hadits al-Khairiyyah sekaligus beliau salah satu
pendirinya – beliau menulis risalah penting, “ar-Radd ‘ala ahlil Yaban” yang dicetak dengan judul, “Hal Yajib ‘alal Muslim Luzumul Madzhab Mu’ayyan?” (Apakah wajib atas setiap muslim berpegang pada satu madzhab tertentu?).
Alhasil, as-salafiyyah yang benar dan manhaj yang
benar adalah tidak jumud pada satu madzhab tertentu. Adapun
madzhab-madzhab maka itu adalah warisan ilmiyah yang sangat agung,
mewariskan kepada kita ijtihad para ‘ulama kita. Wajib kita menghormati
dan menghargainya. Namun kita tidak mengikuti kecuali apa yang shahih
dan mencocoki dalil.
Ada kitab yang ditulis oleh asy-Syaikh al-Albani, Shifat Shalat Nabi.
Beliau meletakkan muqaddimah indah sekali. Beliau menukilkan
ucapan-ucapan para imam madzhab dalam melarang umat dari bertaqlid
terhadapnya.
(faidah yang aku catat dari pelajaran al-Muhimmat al-Awwaliyah fi al-Muqaddimat al-Fiqhiyyah bersama asy-Syaikh Hani bin Braik, Dhuha Kamis 22 Syawwal 1434 H/29 Agustus 2013 M. Semoga bermanfaat bagi semua)
http://dammajhabibah.net/2013/08/29/permata-faidah-dari-dauroh-asatidzah-ix-1434-h-6/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar