Kegembiraan para da`i Ponpes An Nur Al Atsary semakin bertambah, ketika dua orang stasi (tangan kanan) pendeta sekte Bethel dan Advent datang ke Ponpes An Nur Al Atsary untuk masuk Islam. Dua orang ini mengutarakan bahwa keduanya telah dijadikan para pendeta untuk “ menjaring domba-domba tuhan “ (pen : ini adalah ungkapan para pendeta ketika melakukan program kristenisasi). Selama menjalankan misi tersebut keduanya telah berhasil mengkristenkan sekitar 160 orang dan telah membangun sekitar lima gereja di wilayah kampung laut.
Sebab pertama yang membuat mereka berkeinginan untuk keluar dari agama Kristen adalah kecurangan para pendeta kepada mereka berdua dan kepada umatnya. Ketika keduanya bekerja keras mewujudkan keinginan pendeta, namun ketika ada bantuan materi yang seharusnya mereka terima ternyata “ dimakan” oleh para pendeta, dan ketika mereka diminta oleh sang pendeta utuk mengajukan proposal pengadaan mobil operasional, setelah mobil tersebut turun ternyata mobil tersebut dipakai sendiri untuk kepentingan pendeta, tapi sang stasi (tangan kanan pendeta) hanya diberikan sepeda untuk operasionalnya.
Ketika jamaah Kristen ada keperluan untuk menghadiri sebuah acara mereka di perintahkan oleh pendeta untuk iuran, agar bisa menyewa sebuah mobil, dan hal ini sering mereka alami. Kemudian mereka mengutarakan bahwa ketika melihat adanya sekelompok ummat Islam yang sedang berdakwah di kampung laut dan berhasil mengembalikan sejumlah warga yang murtad menjadi Islam kembali, mulailah mereka berfikir untuk masuk Islam. Karena mereka melihat adanya persaudaraan (ukhuwah) hakiki antar para muallaf dengan sekelompok yang berdakwah tersebut, yang mana hal ini tidak mereka dapatkan di agama Kristen.
Akhirnya mereka pun memberanikan diri untuk datang, dan pada waktu itulah mereka paham bahwa perbedaan Agama Islam dengan Kristen bukan hanya dalam hal persaudaraan namun juga dalam prinsip ketuhanan. Setelah prosesi masuk Islam selesai mereka berdua menyatakan, “ Sekarang saya tahu siapa itu Tuhan”. Alhamdulillah, kini mereka paham bahwa Robbul Alamin adalah Dzat yang Maha Esa, tidak memiliki anak dan satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi, adapun selain-Nya adalah makhluk tidak pantas diibadahi. Mereka berdua pun bertekad untuk mendakwahi orang-orang yang dulu mereka murtadkan, Alhamdulillah melalui dua orang tersebut sudah ada beberapa orang yang kembali ke islam. Semoga Allah mengokohkan keislaman mereka dan menolong perjuangan mereka.
Terkadang kisah lucu yang mengundang tawa muncul dari tingkah laku para muallaf, sebagaimana yang pernah terjadi ketika serombongan warga kampung laut datang ke Ponpes an Nur Al-Atsary dengan maksud untuk masuk Islam. Setelah mendapatkan wejangan dan bimbingan tentang Agama Islam mereka pun bersyahadat, kemudian mandi. Pada saat masuk waktu sholat mereka pun hadir dalam barisan jamaah sholat, dan ternyata mereka betul-betul belum tahu tentang tata cara sholat. Sehingga ketika sholat pandangan mereka tidak lepas dari gerakan jamaah yang lain dan mereka ikuti semua gerakannya. Ketika sujud mereka pun ikut sujud,lalu ketika jamaah bangkit dari sujud.
Sebagian mereka ikut bangkit namun sebagian lagi tetap dalam posisi sujud, maka salah satu muallaf yang bangkit dari sujud mencoba mengingatkan temannya yang tetap sujud, sambil menedang –nendang dengan kakinya ia berkata, “ kang….kang….tangi ! kang…kang …..tangi ! liane uis podo menyat “ (kang….kang…bangun! kang..kang ..bangun! yang lain sudah berdiri). Tentu saja kejadian ini membuat jamaah yang ada di samping mereka harus menahan tawa karena sedang sholat, seandainya tidak sedang sholat niscaya ia akan tertawa terbahak-bahak, sebagaimana hal ini dituturkan oleh Pak Ade Muslih, salah seorang jamaah sholat yang waktu kejadian tersebut ada disamping mereka.
Bimbingan terus menerus dilakukan, hal ini memang dibutuhkan oleh para muallaf. Kebanyakan dari mereka belum mengetahui perkara-perkara mendasar dalam Islam, apakah Aqidah, Akhlaq, ataupun Fiqh. Sampai-sampai tata cara wudlu dan sholat pun banyak yang belum mengetahuinya. Sampai-sampai ada yang melaksanakan sholat sambil dia membaca buku tata cara sholat di tangannya. Alhamdulillah saat ini, telah berjalan pengajian rutin untuk mereka selain khutbah dan sholat Jum`at. Para muallaf yang berada di daerah Solok jero mereka bisa mengikuti pengajian setiap hari jumat setelah sholat Jum`at di masjid Al-Muwahidin Solok Jero.
Untuk para Muallaf yang berada di Desa Ujung gagak (karang Anyar) bisa mengikuti kajian rutin setiap malam Jum`at di masjid Al barokah Ujung Gagak. Semangat mereka dalam tholabul Ilmi mulai nampak, segaimana hal ini terlihat ketika diadakan pengajian, mereka antusias untuk hadir dalam acara tersebut sampai bisa memenuhi masjid dan semangat ibu-ibu petani Solok Jero dalam menimba ilmu Agama tidak kalah dengan para suaminya. Setiap hari Jum`at setelah selesai sholat Jumat mereka turun dari bukit-bukit berjalan kaki sambil membawa buku tulis dan pena menuju masjid untuk mengikuti pengajian rutin.
Pada awalnya, banyak dari mereka yang tidak memggunakan kerudung. Namun sekarang, Alhamdulillah mereka sudah terbiasa mengenakan pakaian muslimah yang lebar-lebar. Pak Hasan Makarim salah seorang Tokoh MUI Cilacap ketika kunjungannya ke Kampung Laut dan melihat ibu-ibu petani Solok Jero, merasa Takjub dengan semangat mereka dalam mengenakan pakaian muslimah bahkan merasa tidak percaya kalau yang dilihatnya itu adalah muallaf. Bahkan pernah suatu ketika seorang da`i ponpes an Nur Al Atsary memberikan pengajian bagi ibu-ibu petani di Solok Jero,ia sempat kaget ketika salah seorang ibu –ibu petani sudah ada yang berani mengenakan pakaian hitam lengkap dengan cadarnya.
Dan Sekarang sebagian ibu-ibu petani belajar agama Islam secara rutin setiap bada Sholat maghrib kepada seorang istri kader da`i yang ditempatkan di masjid Solok jero. Saat menjelang waktu maghrib terlihatlah ibu-ibu petani tersebut turun dari pebukitan dengan mengenakan mukena putih dan membawa lampu obor menuju masjid. Mereka pun ikut mengerjakan sholat maghrib berjamaah, kemudian belajar hingga waktu sholat Isya. Setelah sholat isya mereka kembali ke ke rumahnya masing-masing. Sebuah Pemandangan yang sudah sangat jarang ditemukan, ternyata tinggal di hutan pun tidak menghalangi seseorang untuk menuntut ilmu agama.
Alhamdulillah, kesadaran orang tua untuk menanamkan Ilmu agama Islam bagi anak-anak pun mulai muncul di hati masyarakat kampung laut. Saat ini, sebagian anak-anak petani mengikuti program belajar khusus bagi anak-anak yang diadakan di masjid Solok Jero dari pagi hari hingga sore hari, bahkan sekitar empat anak petani telah dikirimmkan ke Ponpes An Nur Al Atsary Ciamis untuk belajar Ilmu agama, dan beberapa Ahlu Sunnah di daerah lain segera menyambut berita gembira ini. mereka menyatakan kesedian untuk menanggung biaya anak-anak tersebut selama belajar di Pesantren.
Pendidikan Agama Islam untuk putera puteri Kampung laut memang sangat penting karena Insya Allah Ta`ala merekalah yang akan menjadi penerus Dakwah Tauhid di kampung halamannya. Oleh karena itu kesempatan belajar harus dibuka lebar-lebar untuk mereka , terlebih jika mengingat para misionaris Kristen yang gencar membuka program bea siswa bagi putera-puteri kampung laut untuk disekolahkan di lembaga-lembaga pendidikan mereka seperti Yos Sudarso, Akademi Maritim Nusantara, dan yang lainnya.
`Izzatul Islam (kemulyaan Islam) mulai dirasakan oleh masyarakat Kampung Laut. Hal ini nampak ketika pada tanggal 21 April 2012 lalu, diadakanlah acara Tabligh akbar di Desa Ujung Gagak (karang Anyar) Kecamatan Kampung laut dengan tema “ Menggapai kebahagiaan Dengan Islam” dan sebagai pematerinya adalah Al ustadz Muhammad Umar As Sewwed –hafidzahullah-. Acara ini dihadiri oleh Tokoh MUI Cilacap Pak Hasan Makarim, Kepala Kecamatan Kampung laut, Kapolsek Kawunganten, dan beberapa orang anggota Marinir. Suatu hal yang luar biasa, acara ini dihadiri oleh sekitar 1500 peserta yang berasal dari luar Kecamatan kampung laut selain peserta yang berasal dari kampung laut.
Lebih dari 30 perahu yang digunakan para peserta Tabligh akbar bersandar di dermaga Ujung Gagak, sehingga sebagian nelayan menahan keberangkatannya ke laut karena merasa takjub dengan pemandangan yang baru terjadi ini. Selama hidup di Kampung laut mereka baru melihat sekitar 1500 orang hadir dalam sebuah Tabligh Akbar dalam keadaan berpakaian jubah dan gamis. Tanpa sadar salah seorang penduduk berseloroh ,” akeh banget…..” (banyak sekali…). Setelah acara selesai banyak penduduk yang mencari pakain Jubah dan gamis, mereka merasa senang dan ingin meniru para tamu peserta yang kemarin hadir di acara Tabligh Akbar. Mudah-mudahan pakaian tersebut menjadi sebuah model yang terus mereka cintai.
Laa haula wa laa quwwata illa billah, tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan kehendak Allah, itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan segala apa yang telah diperoleh Ahlu Sunnah ketika berdakwah di kampung laut. Puji dan Syukur hanya bagi Allah Rabbul Alamin yang telah memilih sebagian hambanya untuk menjadi sebab terbukanya pintu hidayah dan kebaikan bagi suatu kaum yang dianggap lemah dan tak berharga. Hal ini adalah sesuatu yang sangat berharga jauh lebih berharga dari kekayaan yang mewah , sebagaimana sabda Rasululloh –Shalallahu alaihi wa sallam- bahwa jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang dengan sebab dirimu, maka hal itu lebih baik dari pada onta-onta merah (kendaraan yang paling mewah). Kini saatnya bagi Ahlus sunnah untuk bergandeng tangan merapatkan barisan menyusun langkah yang pasti untuk mengibarkan panji Dakwah Tauhid menyongsong kemenangan yang Allah janjikan. Sungguh wajah-wajah bercahaya yang merindukan Islam kini mulai muncul,
bagaikan Matahari Terbit Di kampung laut .
Wahai Ahlus Sunnah ! Siapa lagi yang paling pantas berbelas kasih kepada manusia kalau bukan kalian ?! Dunia dan keindahannya jangan sampai memperdaya kalian, semua itu akan sirna, namun akan tetaplah amalan sholih menyertai hingga kalian berjumpa dengan Robbul `Alamin……………..
( Abu Jundi; ma’had An- Nuur Al- Atsaty Ciamis)
http://www.salafy.or.id/2012/06/14/matahari-terbit-di-kampung-laut-sepenggal-kisah-perjalanan-dakwah-bagian-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar