Radio Muwahiddin

Sabtu, 16 Juni 2012

Aqidahnya Baik, Ibadahnya Bagus, Tapi Akhlaknya Jelek, Mungkinkah?



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Seorang muslim yang hakiki adalah pengikut generasi Salaf, keyakinannya adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, ibadahnya adalah peneladanan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Tentunya, aqidah dan ibadah yang benar akan berpengaruh kepada akhlaknya untuk berlaku baik kepada manusia.

Namun kenyataannya, tidak sedikit orang yang –alhamdulillah- aqidahnya sudah baik, dia tidak pernah menyekutukan Allah ta’ala dan ibadahnya sudah bagus, dia tidak pernah melakukan bid’ah, bahkan dia menisbatkan diri kepada salafiyah dan ahlus sunnah wal jama’ah, tetapi sayang masih banyak orang yang mengeluhkan kejelekan akhlaknya, baik masyarakatnya, orang tuanya, anak dan istrinya hingga ustadznya sendiri dan ikhwan-ikhwan sepergaulannya.

Dan hal itu sesungguhnya tidaklah muncul kecuali dari kebodohan terhadap agama yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam sabda beliau,

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada, bersegerah melakukan kebaikan setelah melakukan kejelekan, niscaya kebaikan itu akan menghapus kejelekan, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia.” [HR. At-Tirmidzi dari Abu Dzar dan Mu’adz Bin Jabal radhiyallahu’anhuma, dihasankan Al-Albani dalam Shahihut Targhib, no. 3160]


Dalam hadits yang mulia ini terdapat perintah bertakwa kepada Allah ta’ala dan berakhlak mulia kepada manusia. Padahal sebenarnya, perintah bertakwa kepada Allah ta’ala sudah mencakup perintah berakhlak mulia kepada manusia. Hal ini karena beberapa sebab:

Pertama: Pentingnya berakhlak mulia kepada manusia.

Kedua: Meluruskan kesalahpahaman orang yang menyangka ketakwaan itu hanyalah menunaikan hak Allah ta’ala tanpa mempedulikan hak para hamba.

Ketiga: Mengingatkan orang yang telah menunaikan hak Allah agar jangan melupakan hak manusia.

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata,

وقوله – صلى الله عليه وسلم – : (( وخالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسن )) هذا من خصال التقوى ، ولا تَتِمُّ التقوى إلا به ، وإنَّما أفرده بالذكر للحاجة إلى بيانه ، فإنَّ كثيراً من النَّاس يظنُّ أنَّ التقوى هي القيامُ بحقِّ اللهِ دونَ حقوق عباده ، فنصَّ له على الأمر بإحسان العشرة للناس

“Dan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, “Pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” adalah bagian dari ketakwaan, tidak akan sempurna ketakwaan kecuali dengannya, Hanya saja Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkannya secara terpisah karena adanya keperluan untuk menjelaskannya, sebab banyak orang menyangka bahwa takwa itu hanyalah menunaikan hak Allah tanpa menunaikan hak para hamba, maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan perintah untuk berbuat baik dalam pergaulan bersama manusia.” [Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam, 242, Darul Aqidah 1422 H]

Beliau rahimahullah juga berkata,

وكثيراً ما يغلب على من يعتني بالقيامِ بحقوق الله ، والانعكاف على محبته وخشيته وطاعته إهمالُ حقوق العباد بالكُلِّيَّة أو التقصير فيها

“Banyak orang yang sangat memperhatikan untuk menunaikan hak Allah, senantiasa mencintai-Nya, takut kepada-Nya dan mentaati-Nya, namun menyepelekan hak para hamba, baik secara menyeluruh maupun sebagiannya.” [Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam, 243, Darul Aqidah 1422 H]

Semoga Allah ta’ala menjadikan kaum muslimin sebagai orang-orang yang bertakwa kepada Allah ta’ala dan menunaikan hak para hamba.


http://nasihatonline.wordpress.com/2012/06/15/aqidahnya-baik-ibadahnya-bagus-tapi-akhlaknya-jelek-mungkinkah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."