Radio Muwahiddin

Kamis, 03 Mei 2012

Siapakah Pembunuh 'Ali bin Abi Thalib?


Siapakah Pembunuh 'Ali bin Abi Thalib? [1]



Wafatnya khalifah 'Utsman bin 'Affan bukan akhir dari musibah yang menimpa umat Islam. Rantai fitnah terus bersambung menimpa umat Islam sebagai ujian dari Allah عز وجل, sebagaimana Rasulullah صلي الله عليه و سلم kabarkan dalam sabdanya:

"Jika pedang telah dijatuhkan atas kaum muslimin, maka pedang itu tidak akan diangkat hingga hari kiamat." [1]

Berita ini terjadi seperti apa yang Rasul صلي الله عليه و سلم kabarkan. Ketika khalifah Ar-Rasyid, Amirul mukminin 'Utsman رضي الله عنه terbunuh, sejak saat itulah peperangan terus berlangsung di tengah umat Islam saat itu dan akan berlanjut hingga hari kiamat. La haula wala quwwata illa billah... [2]

Setelah wafatnya 'Utsman رضي الله عنه , menjadi besarlah dua firqah (kelompok) sesat yang paling bertolak belakang yakni Khawarij dan Rafidhah. Rafidhah sesat karena melampaui batas dalam mengagungkan 'Ali رضي الله عنه dan ahlul bait hingga mengatakan bahwa 'Ali رضي الله عنه adalah pencipta dan sesembahan. Sementara itu Khawarij, mereka sesat karena mengkafirkan sang khalifah, hingga darah beliau pun mereka halalkan.


Khawarij yang dulunya bermula dari pemikiran sebagaimana tampak dalam kisah Dzul Khuwaishirah [3], kini muncul sebagai sebuah firqah sesat yang memiliki akar dan kekuatan.

Sekilas Biografi dan Keutamaan Ali bin Abi Thalib.
Beliau adalah 'Ali bin Abi Thalib bin 'Abdil Mutthalib bin Hasyim Al-Quraisyi رضي الله عنه , putra paman Rasulullah صلي الله عليه و سلم . Sahabat yang temasuk sepuluh orang yang dijamin masuk jannah ini lahir sebelum kerasulan, tercatat sebagai sahabat pertama yang masuk Islam di masa kecilnya. [4]

Tersohor sebagai sosok pemberani, hingga Rasulullah صلي الله عليه و سلم menugaskannya tidur di rumah beliau saat hijrah ke Madinah, di tengah kepungan pemuda-pemuda Quraisy yang siap dengan pedang-pedang tajam yang terhunus.

Pada bulan Ramadhan, tahun ke 2 Hijriyah, beliau membawa panji perang Badr [5], sebuah peperangan dahsyat yang telah mengukir kejayaan Islam. Janji Allah عز وجل pun beliau رضي الله عنه raih bersama seluruh ahlu Badr, berupa jaminan ampunan-Nya. Allah berfirman tentang Ahlu Badr (para peserta perang Badr):

"Berbuatlah sekehendak kalian, sungguh telah pasti atas kalian Al-Jannah." [6]

Pada tahun 7 Hijriyah, Rasulullah صلي الله عليه و سلم kembali memberi kepercayaan kepada 'Ali رضي الله عنه untuk memegang bendera perang Khaibar. Dalam perang itu, 'Ali رضي الله عنه mendapat jaminan bahwa Allah سبحانه وتعالى dan Rasul-Nya صلي الله عليه و سلم telah mencintainya. Malam hari sebelum perang, Rasul صلي الله عليه و سلم bersabda:

"Sungguh esok hari akan aku berikan bendera perang kepada seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta Allah dan Rasul-Nya mencintainya, melalui tangannya, Allah bukakan kemenangan." [7]

'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه adalah sosok yang masyhur dalam kefasihan dan ketajaman bicara, hingga Rasulullah صلي الله عليه و سلم memercayainya untuk menyampaikan ayat-ayat dari awal surat Al-Bara'ah (At-Taubah) kepada orang-orang kafir Quraisy di musim haji tahun 9 H. [8]

'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه menyertai Rasulullah صلي الله عليه و سلم dalam semua peperangan, kecuali perang Tabuk. Beliau رضي الله عنه tidak mengikutinya karena Rasulullah صلي الله عليه و سلم memberi kepercayaan mengganti posisi Rasulullah صلي الله عليه و سلم di Madinah, suatu amanah yang besar tentunya. Sempat beliau bersedih karena tidak bisa menyertai Rasul صلي الله عليه و سلم dalam perang tersebut. Namun sekali lagi justru Rasul صلي الله عليه و سلم memberikan berita yang menyejukkan untuknya, seuntaian sabda yang menunjukkan keutamaan beliau رضي الله عنه .
Rasul صلي الله عليه و سلم berkata: "Engkau denganku seperti kedudukan Harun dan Musa, hanya saja tidak ada nabi sesudahku." [9]

Cukuplah sebagian berita di atas sebagai hujjah yang menggambarkan keutamaan beliau رضي الله عنه di sisi Allah سبحانه وتعالى .

Profil Pembunuh Khalifah 'Ali bin Abi Thalib
Gambaran kerusakan fikrah (pemikiran) Khawarij tampak dalam pertempuran Nahrawan (39 H). Peperangan besar antara Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan firqah Khawarij tersebut menyisakan api fitnah dan bara kebencian di dada-dada para khawarij.

Dalam perang ini, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه menumpas habis sebagian besar Khawarij. Apa yang beliau lakukan sesuai dengan perintah Rasulullah صلي الله عليه و سلم di masa hidup beliau. 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berkata di hari Nahrawan:

"Aku diperintah (Rasulullah) untuk memerangi al-Mariqin (orang-orang yang keluar), dan mereka adalah Al-Mariqin." [10]

Sisa-sisa para Khawarij yang berhasil melarikan diri dalam perang Nahrawan lari dengan membawa kebencian kepada Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه , hingga kemudian mereka melakukan pertemuan rahasia merancang pembunuhan terhadap 'Ali رضي الله عنه.

Demikianlah sunnatullah atas hamba-Nya yang beriman. Allah سبحانه وتعالى menetapkan cobaan sesuai kadar keimanan mereka. Allah سبحانه وتعالى telah mencatat wafatnya 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه dengan musibah yang mengangkat beliau kepada derajat tinggi dan mulia di sisi-Nya.

Kabar Dari Rasulullah صلي الله عليه و سلم dan Rencana Pembunuhan 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه
Jauh-jauh hari, Rasulullah صلي الله عليه و سلم telah mengabarkan kepada 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه tentang musibah yang akan menimpanya. Beliau صلي الله عليه و سلم bersabda:

"Orang yang paling binasa dari umat terdahulu adalah penyembelih unta (dari kaum Nabi Shalih). Dan manusia yang paling celaka dari umat ini adalah orang yang membunuhmu, wahai Ali," seraya Rasulullah menunjuk kening 'Ali, letak anggota tubuh 'Ali رضي الله عنه yang akan terkena tebasan pedang pembunuhnya nanti.

Hadits ini diriwayatkan Ibnu Sa'd dalam "Ath-Thabaqatul Kubra" (3/35) dengan sanad mursal [11], akan tetapi memiliki syawahid (penguat-penguat) dari hadits lain. (Lihat pembahasan hadits ini dalam Ash-Shahihah 3/78 no. 1088).

Hadits di atas adalah kabar akan wafatnya 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه dalam keadaan syahid, sekaligus sebagai hukum kesesatan bagi mereka yang membunuh beliau. (bersambung ke bagian 2)

--------------------------------------------
Footnotes:
[1] HR Abu Dawud no. 4252 dn Ibnu Majah no. 3952 dan dishahihkan Al-Albani dalam "Shahih Al-Jami'" no. 1773.

[2] I'anatul Mustafid (1/337) karya Asy Syaikh Shalih bin Fauzan.

[3] Kisah Dzul Khuwashirah dapat dilihat dalam "Shahih Al-Bukhari" no. 3610.

[4] Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang usia beliau saat masuk Islam, dikatakan ketika lima tahun, delapan tahun atau sepuluh tahun.

[5] "Al-Mustadrak" (3/111). Al Hakim berkata: " Hadits ini shahih sesuai syarat Syaikhain (Bukhari-Muslim)." Disepekati oleh Adz-Dzahabi dalam "At-Talkhis".

[6] Al-Bukhari dalam "Al-Adabul Mufrad" no. 438, dishahihkan Al-Albani.

[7] Muttafaqun 'alaihi dari hadits Sahl bin Sa'd رضي الله عنه

[8] Sebagaimana diriwayatkan Al-Imam Ahmad dalam "Al-Musnad" (1/156 dan 2/32), dishahihkan Asy-Syaikh Ahmad Syakir.

[9] "Shahih Muslim", kitab "Fadhail Ash-Shahabah" no. 2404.

[10] Shahih lighairihi, lihat "Fi Zhilalil Jannah" hadits no. 907 dari 'Alqamah.

[11] Terputus sanadnya antara tabi'in dan Rasulullah صلي الله عليه و سلم .



****************************************************************************

Siapakah Pembunuh 'Ali bin Abi Thalib? [2]


Jika Kesesatan Telah Masuk Ke Relung Hati
Kesesatan telah melingkupi hati-hati para Khawarij hingga timbangan kebenaran pun terbalik. Menilai manusia paling mulia di muka bumi saat itu sebagai orang yang pantas ditumpahkan darahnya.

Adalah tiga orang Khawarij yakni Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, Al-Burak bin Abdillah At-Tamimi dan 'Amr bin Bukair at-Tamimi, mereka berkumpul di Makkah membuat kesepatakan bersama dan bertekad bulat untuk membunuh tiga shahabat mulia, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه , Mu'awiyah bin Abi Sufyan رضي الله عنه, dan 'Amr bin Al-Ash رضي الله عنه.

Demikianlah ketika hati telah mengeras dan hidayah telah jauh dari seseeorang. Tidaklah mereka renungkan kemuliaan sahabat Rasulullah صلي الله عليه و سلم ? Tidak sadarkah mereka bahwa Rasulullah صلي الله عليه و سلم telah menjamin jannah bagi 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه ? Kalau memang 'Ali kafir sebagaimana yang mereka tuduh, mengapa Allah عز وجل memberikan jaminan jannah pada beliau رضي الله عنه ? Apakah Allah عز وجل tidak tahu?

"Katakanlah: 'Apakah kami yang lebih mengetahui ataukah Allah?" (Al-Baqarah: 140)

Makar busuk itu mereka mulai. Segala jalan mereka tempuh untuk menyudahi orang-orang mulia yang telah Allah عز وجل ridhai dan cintai.

Dalam pertemuan rahasia tersebut, Abdurahman bin Muljam berkata: "Serahkan pembunuhan 'Ali kepadaku."

Al-Buraq berkata," Serahkan Mu'awiyah kepadaku."

Lalu 'Amr bin Bukair berkata: Aku akan bunuh 'Amr ibnul 'Ash untuk kalian."

Demikian pembicaraan mereka di Makkah, kota Al-Haram. Kekejian telah mereka sepakati, tekad bulat telah mereka tetapkan, dan semua berjanji untuk tidak saling berkhianat dalam menuju sahabat-sahabat yang akan dibunuh hingga berhasil membunuhnya, atau harus terbunuh dalam menunaikan makar ini.

Pembaca rahimakumullah. Pembunuhan berencana itu apakah mereka anggap sebagai dosa? Ternyata tidak. Justru pembunuhan itu mereka yakini sebagai ibadah, jihad dan tawarrub kepada Allah. Maha suci Allah! Kemanakah akal-akal mereka? Dimana hati mereka? Tidakkah mereka membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang telah mereka hafal dalam dada mereka tentang keutamaan para sahabat? Tidakkah mereka cermati sabda Rasulullah صلي الله عليه و سلم dan wasiat beliau?

Namun hati telah terkunci, akal telah diliputi kesesatan. Pergilah mereka bertiga melangkahkan kaki menuju negeri kediaman tiga sahabat tersebut untuk sebuah tekad, pembunuhan orang-orang terbaik di muka bumi!

Sementara kita tinggalkan kisah Al-Burak dan 'Amr bin Bukair.... Kita ikuti perjalanan Ibnu Muljam al-Muradi.

Ibnu Muljam menginjakkan kakinya di Kufah. Dia menampakkan kebaikan dan ibadah serta menyembunyikan rencana jahatnya untuk membunuh Amirul Mukminin, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه .

Dengan sembunyi-sembunyi, dia temui kawan-kawan Khawarijnya. Dalam waktu yang cukup lama di Kufah, dia matangkan rencana, dia siapkan pedang, dia rendam dalam racun untuk menegakkan "jihad" ala nafsunya dalam membunuh Amirul Mukminin. Demikian setan membisikkan kesesatan di relung hatinya.

Detik-Detik Wafatnya 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه .
Malam Jum'at, 17 Ramdahan [12] adalah waktu yang direncanakan Ibnu Muljam untuk membunuh 'Ali رضي الله عنه . Keluarlah orang yang paling celaka ini untuk mewujudkan kebinasaannya.

Di tengah keheningan akhir malam, dia dapati Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه berjalan.

Dengan penuh ketawadhu'an kepada Allah dan penuh kecintaan pada Rabbul 'Alamin, 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه keluar menuju shalat shubuh, untuk berdiri di hadapan Allah. Wajah bersinar dan hati yang hidup tampak dari sosok manusia mulia menantu Rasulullah صلي الله عليه و سلم ini, putra paman Rasulullah صلي الله عليه و سلم . Beliau berjalan menuju saat-saat yang telah Allah سبحانه وتعالى tetapkan padanya.

Dengan tiba-tiba, Ibnu Muljam menebaskan pedangnya dengan penuh kekuatan ke arah 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, tepat mengenai kening yang pernah diisyaratkan Rasulullah صلي الله عليه و سلم dengan telunjuk beliau yang mulia. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un...!

Pedang beracun telah mengenai kening 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه . Bukan sekadar goresan, namun luka yang demikian dalam hingga mencapai ubun-ubunnya - semoga Allah سبحانه وتعالى meridhai-nya. Kening yang senantiasa bersujud kepada Allah سبحانه وتعالى. Kening yang dipandang Rasulullah صلي الله عليه و سلم dengan penuh cinta dan kasih sayang, kening yang telah penuh dengan debu jihad bersama Rasul صلي الله عليه و سلم , kening yang telah dijamin selamat dari api neraka, kini disambar pedang Ibnu Muljam.

Darah pun bersimbah.... Awan kelabu meliputi Kufah, menorehkan kepedihan dalam catatan sejarah Islam.

Allah سبحانه وتعالى tetapkan syahadah bagi beliah dan Allah سبحانه وتعالى tetapkan kecelakaan bagi Ibnu Muljam Al-khariji, sebagaimana sabda Rasulullah صلي الله عليه و سلم :
"Dan manusia yang paling celaka dari umat ini adalah orang yang membunuhmu, wahai Ali!"

Ketika pedang mengenai 'Ali رضي الله عنه , beliau berseru: "Jangan biarkan orang ini lepas!" Orang-orang yang mendengar seruan Ali bergegas menangkap Ibnu Muljam. Saat itu datanglah Ummu Kultsum, putri Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه.

Ummu Kultsum berkata: "Wahai musuh Allah, engkau telah membunuh Amirul Mukminin...!"

Ibnu Muljam menjawab: "Dia hanya sekadar bapakmu." (bukan Amirul Mukminin, pen.).

kata Ummu Kultsum: "Demi Allah, aku benar-benar berharap semoga Amirul Mukminin tidak apa-apa." Tetes tetes air mata cinta dan kesedihan pun mengalir membasahi pipi Ummu Kultsum, putri 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. Ya, tetes air mata rahmah....

Dengan ketus Ibnu Muljam berkata: "Kenapa kau menangis? Demi Allah aku telah rendam pedangku ini dalam racun selama sebulan, sungguh tidak mungkin dia akan hidup setelah aku mati, aku pasti berhasil membunuhnya!"

Malam Ahad, Sebelas hari tersisa dari bulan Ramadhan tahun 40 H, wafatlah Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه. Beliau dimandikan kedua putranya, Al-Hasan dan Al-Husain, dua cucu Rasulullah صلي الله عليه و سلم serta Abdullah bin Ja'far (keponakannya), dan dikafani dengan tiga lembar kain tanpa memakai gamis, sebagaimana Rasulullah صلي الله عليه و سلم dikafani.

'Ali رضي الله عنه dibunuh dalam keadaan menuju shalat shubuh dan dalam menggajak manusia untuk shalat. Meninggal setelah 4 tahun 8 bulan 22 hari masa kekhalifahan, di umur beliau yang ke-63. hasbunallah wa ni'mal wakil.

--------------------------------------------
Footnotes:
[12] Demikian Ibnu Sa'd menyebutkan dalam "Ath-Thabaqat" pada juz ketiga.
Faedah: Ibnu Hajar dalam "At-Tahdzib pada biografi 'Ali رضي الله عنه menyebutkan adanya perbedaan pendapat mengenai tanggal terjadinya pembunuhan. Ibnu Hajar berkata: "Dia (Ibnu Muljam) membunuh 'Ali pada malam Jum'at 13 hari berlalu, atau dikatakan 13 hari tersisa dari bulan Ramadhan tahun 40 H. Dikatakan pula awal malam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan."

[13] "Ath-Thabaqatul Kubra" (3/33), dinukil Ibnu Jauzi dalam "Talbis Iblis".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."