Wasilah dan Uslub (Metode) Manhaj Salaf Dalam Berdakwah
(Bagian 7)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Asy Syaikh Fawwaz bin Hulayil bin Rabah As
Suhaimi
Pembahasan Ketujuh -
TAMMAT
AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR DAN
PEDOMANNYA
Amar ma'ruf nahi munkar adalah wasilah besar yang Allah
Subhanahu wata'ala perintahkan, menjadikannya sebagai watak para nabi dan Rasul
Shalawatullahi wasalamuhu 'alaihim dan ciri bagi hamba-Nya yang beriman. Bahkan
sebagai dalil atas kebaikan dan keberuntungan mereka di dunia dan akhirat, di
mana Allah Subhanahu wata'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
"Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (An Nahl:
90)
Dan firman-Nya ketika menerangkan sifat
nabi-Nya,
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ
الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ
يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ
الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ
وَالأغْلالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ
وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
"(Yaitu)
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang umi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu- belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka
itulah orang-orang yang beruntung." (Al A'raaf: 157)
Dan firman-Nya,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
"Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (Ali Imaran:
110)
Melihat betapa pentingnya masalah ini, maka wajib ata
setiap Muslim -khususnya para da'i- menjadikan wasilah ini jalan bagi mereka
untuk mewujudkan peribadatan kepada Allah Ta'ala di muka bumi, peringatan bagi
orang-orang yang lalai dan orang-orang yang mau mengambil pelajaran, ancaman
bagi mereka yang melampaui batas, mempunyai alasan (melepaskan tanggung ajwab)
di hadapan Allah Rabb semesta alam dan merealisasikan keamanan serta kedamaian
di bumi kaum Muslimin.
Mengenai ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan,
"Yang sebenarnya, amar ma'ruf merupakan amalan wajib yang paling utama dan
paling baik."
Beliau juga menegaskan, "Bahkan hal itu seiring dengan
penyampaian risalah. Dan yang pertama turun ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam diutus ialah surat Yaa ayyuhal muddatstsir (Wahai orang yang
berselimut)"
Hal ini adalah syi'ar yang mulia dan terdapat celaan
besar serta ancaman hebat sebagai balasan bagi orang yang meninggalkannya dan
tidak menunaikan haknya. Allah Subhanahu wata'ala berfirman,
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى
لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا
يَعْتَدُونَ. كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا
كَانُوا يَفْعَلُونَ
"Telah
dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu." (Al
Maidah: 78-79)
Rambu-Rambu Wasilah
Barangsiapa yang memilih jalan ini berarti dia berjalan
di atas hidayah dan cahaya sunnah (Al Quran dan As Sunnah). Adapun yang tidak
mau mengambil jalan ini berarti kerusakan yang ditimbulkannya jauh lebih banyak
daripada perbaikannya. Sebagai suatu jalan yang dilalui, maka ada hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh mereka yang menapakinya. Dan di antara rambu-rambu atau
petunjuk jalan ini ialah:
Sabar dan ihtisab (mengharap
pahala)
Orang yang melalui jalan ini haruslah memiliki kesabaran
yang besar atas gangguan yang diterimanya ketika melaksanakan amar ma'ruf nahi
munkar ini. Tidak mudah mengeluh, marah dengan kemarahan yang mengeluarkannya
kepada lingkup yang tidak sesuai syari'at.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika menguraikan tentang
perkara ini, apa yang sepantasnya dipenuhi orang yang ingin melaksanakanya,
mengatakan, "Orang yang ingin melaksanakannya harus mempunyai sikap halim
(santun) dan sabar menghadapi gangguan. Karena sudah tentu dia akan
mengalaminya. Sehingga kalau dia tidak mempunyai sikap halim dan sabar
maka kerusakan yang dilakukannya jauh lebih banyak daripada
kebaikannya."
Ilmu tentang perkara yang ma'ruf dan
kemungkaran
Hal ini dimaksudkan agar dia tidak mengingkari suatu
kebaikan (ma'ruf) yang diduganya sebagai kemungkaran, atau sebaliknya. Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah menegaskan pula,
"Maka sudah semestinya dia memeiliki ilmu tentang
perkara yang ma'ruf dan hal-hal yag munkar serta mampu memisahkan dan membedakan
keduanya. Dan diapun harus pula memiliki pengetahuan tentang keadaan orang yang
diperintah kepada kebaikan atau dilarang dari suatu kemungkaran... Inilah jalan
terdekat agar tercapainya maksud dan tujuan."
Memperkirakan masahlahat dan
mafsadat
Dalam masalah ini serta pertimbangan mana yang lebh kuat
ketika tejadi pertentangan kedua hal tersebut. Dalam hal ini mencegah kerusakan
lebih utama daripada mendatangkan kemashlahatan. Hal ini karena merubah suatu
kemungkaran kalau ternyata menyebabkan kerusakan dan fitnah yang jauh lebih
hebat dari fitnah kemungkaran itu sendiri, maka kemashlahatan syar'i menuntut
ditinggalkannya amar ma'ruf nahi munkar ini demi tercapainya kemashlahatan dan
menolak kerusakan yang terjadi. Kita dapati hal ini sebagai manhaj yang jelas di
kalangan para ulama yang mengikuti salaful ummah, di mana Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah menyatakan,
"Karena itu, tidak boleh mengingkari suatu kemungkaran
dengan hal-hal yang lebih buruk lagi. Dengan alasan inilah diharamkannya
memberontak kepada para penguasa (walaupun) dengan dalih amar ma'ruf nahi
munkar... Apabila suatu kaum berada di atas kebid'ahan atau kejahatan, dan kalau
mereka dicegah dari perbuatan kejinya itu justru menyebabkan mereka terjatuh le
dalam perbuatan yang lebih buruk dari kemungkaran yang mereka lakukan
sebelumnya, maka tidak boleh mencegahnya. karena tidak terwujud kemashlahatan
yang lebih kuat dengan pengingkaran tersebut. jadi, tidak perlu
dicegah."
Maka wajib atas setiap da'i Muslim untuk menjaga
petunjuk atau rambu-rambu yang penting dalam masalah amar ma'ruf nahi munkar,
agar dia berjalan dengan wasilah yang diatur oleh syari'at sehingga akan
mencapai tujuan yang diiinginkan oleh syari'at.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan pula, "Oleh
karena itu tiga hal ini harus ada pada setiap orang yang ingin melakukan amar
ma'ruf nahi munkar, yaitu ilmu, sikap lemah lembut, dan kesabaran. Ilmu lebih
dahulu sebelum dia memerintahkan yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran, disertai
dengan sikap lemah lembut dan sesudah itu sabar."
[Dinukil dari kitab Asas Manhajus Salaf fii Da’wati
Ilallah Edisi Indonesia Manhaj Dakwah Salafiyyah, Penulis Asy Syaikh Fawwaz bin
Hulayil bin Rabah As Suhaimi, Penerbit Pustaka Al Haura, hal
245-249]
T A M M A T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar