Da’wah hizbiyyah Sururiyyah
-------------------------------------------------------------------------------------
Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Dakwah salafiyayah ahlussunnah wal jama’ah dan da’wah hizbiyyah Surruriyyah
(dimulai dengan khutbah hajah)
Ikhwani fiddin akromani wa akromahullahu jami’an. Pada kesempatan malam ini kita akan berbicara seputar dakwah salafiyyah ahlussunnah wal jama’ah dan dakwah hizbiyyah Surruriyyah.
Pembicaraan dakwah hizbiyyah Surruriyyah sebenarnya sudah banyak dikupas panjang lebar oleh para ulama. Akan tetapi dalam rangka munashahah dan saling mengingatkan bahaya yang ditimbulkan dari dakwah hizbiyyah Surruriyyah ini, maka tidak ada salahnya untuk kita kembali mengingatkan dan menjelaskan akan bahaya dakwah hizbiyyah Surruriyyah ini.
Ikhwani fiddiin ‘azakumullah…
Berbicara tentang dakwah hizbiyyah Surruriyyah, maka secara tak langsung kita akan bersinggungan dengan tiga pemahaman bid’ah di dalam Islam. Yaitu antara lain pemahaman Qutbiyyah yang diprakarsai oleh Sayyid Qutb. Kemudian yang kedua, pemahaman Ikhwanul Muslimin (IM) yang diprakarsai oleh Hasan al Banna, dan yang ketiga adalah Surruriyyah itu sendiri yang berafiliasi kepada pemahaman Muhammad Surrur Bin Nayif Zainal Abidin (MSBNZA).
Ikhwani fiddiin ‘azakumullah…
Pemahaman Quthbiyyah, IM dan Surruriyyah ibaratnya setali tiga uang. Masing-masing saling ada keterkaitan. Sehingga kalau kita berbicara tentang Surruriyyah, maka paling tidak akan menyinggung kelompok/ paham Quthbiyyah dan IM.
Ikhwwani fiddiin ‘azakumullah….
Perlu untuk kita pahami bersama bahwa sesungguhnya perbedaan yang terjadi, perbedaan yang ada antara dakwah Salafiyyah ASWJ dan dakwah hizbiyyah Surruriyyah adalah bukan perbedaan yang disebut ikhtilaful afham –perbedaan penafsiran-. Akan tetapi perbedaan yang ada adalah ikhtilafut thodhar –perbedaan yang kontradiksi- perbedaan yang sangat mendasar, perbedaan ynag terkait dengan hubungan manhaj, perbedaan yang dilandasi dengan berbedanya ideologi. Ini perlu kita ingatkan dan ini perlu kita sampaikan kepada umat bahwa sesungguhnya perbedaan yang ada adalah perbedaan dalam hal manhaj, bukan perbedaan penafsiran. Kenapa kita katakan demikian??
Karena akhir-akhir ini da’i-da’i Surruriyyah menebarkan kerancuan terutama kehadapan orang-orang yang jahil dan orang-orang yang jarang duduk di majlis ilmu. Yaitu mereka (da’i-da’i surruriryyah-red) mengatakan bahwa,
‘Kami dituduh sebagai da’i Surruriyyah atau berpemahaman Surruriyyah, hanyalah karena ketika kami mengambil bantuan dari sebuah lembaga yang menyalurkan dananya untuk anak yatim, faqir miskin, dan kegiatan-kegiatan dakwah islam. Buktinya apa yang kami kaji adalah kitab-kitab salaf, apa yang kami sampaikan adalah ucapan-ucapan para ulama salaf.’
Dengan demikian tertanamlah didalam benak kaum muslimin bahwa sesungguhnya mereka sama (ASWJ dan hizbiyyah Surruriyyah -red), yang berbeda adalah penafsiran saja, manhajnya sama! Nah ini yang perlu kita tekankan bahwa sesungguhnya perbedaan ini menyangkut perbedaan ideologi, menyangkut masalah manhaj.
Ikhwani fiddiin ‘azakumullah…..
Sebelum lebih lanjut kita membahas tentang dakwah hizbiyyah Surruriyyah dan juga keterkaitan da’i-da’i yang kita nyatakan sebagai dai yang berafiliasi dengan pemahaman Surruriyyah, maka alangkah baiknya kalau kita mengetahui gembong atau orang yang memprakarsai lahirnya pemahaman Surruriyyah ini yaitu Muhammad Surrur, seperti apa pemahamannya? Lalu setelah itu kita akan berbicara tentang orang-orang yang terkait dengan pemahaman dia (M Surrur –red).
Istilah Surruriyyah adalah istilah yang keluar dari lisan para ulama salaf. Merekalah orang-orang yang pertama mengistilahkan paham Surruriyyah. Disampaikan oleh Syaikh Abdul Wahab al-Wushobi hafidhahullah beberapa point yang ada kaitannya dengan pemahaman Surruriyyah, diantaranya beliau mengatakan: (bahasa kaset kemudian di transkip)
1. M Surur di dalam bukunya yang berjudul ‘minhajul ‘anbiya’ fi dakwati ilallah’ mengatakan kalimat-kalimat yang kufur diantaranya (hal 81): “Aku perhatikan buku-buku aqidah yang ada sekarang ini aku jumpai, aku dapatkan hanyalah uslub-uslub yang usang, uslub-uslub yang kuno, yang kadaluwarsa, karena didalamnya hanya nash-nash kitabullah saja dan didalamnya disebutkan seputar hukum-hukum.”
-Jadi nash-nash kitabullah dia katakan ushlub-ushlub yang usang, yang kuno yang kadaluwarsa-
(lanjut M surur -red) “O, karena itu maka banyak para syabab, para pemuda yang tak menyukai untuk mengkaji persoalan aqidah.”
Dari sini terlihat bahwa apa yang diusahakan MSZA ini bukan dalam rangka memahamkan umat dalam masalah aqidah, yang dia pahamkan ke tengah-tengah pemuda itu adalah bagaimana caranya supaya para pemuda itu lebih memahami apa yang diistilahkan dengan fiqhul waqi’ –kondisi realita yan ada-. Ini jelas mirip sekali dengan prinsip dakwah IM, karena IM juga merupakan kelompok yang memiliki pemahaman mengesampingkan dakwah kepada tauhid. Penyebab dari apa yang dilakukan oleh IM itu adalah karena mereka meyakini bahwa kesyirikan yang terjadi saat ini bukan dalam hal ibadah, akan tetapi dalam hal politik.
“Sehingga kita tidak perlu berbicara tentang masalah tauhid, yang kita butuhkan ini bicara tentang realita, kondisi saat ini.“
Tentang apa yang diucapkan oleh M Surur ini ditanyakan kepada Syaikh Utsaimin rohimahullah, maka beliau mengatakan:”kalimat yang diucapkannya ini adalah kalimat kufur.” Ketika ditanyakan juga pertanyaan M Surur ini kepada Syaikh Solih Fauzan, beliau juga mengatakan bahwa kalimat ini adalah kaliamt yang kufur, bahkan beliau bertanya, ” Siapa yang mengucapakan kalimat seperti ini? Penanya menjawab bahwa yang mengatakan adalah M Surur. Syaikh Fauzan mengatakan, ”Orang ini adalah orang yang brengsek orang yang jelek!!” demikian pula Syaikh bin Baz ditanya tentang pertanyaan M Surur ini, maka beliau mengatakan: “Ini adalah kalimat riddah, kalimat yang dapt mengeluarkan seseorang dari keislamannya, dan hal yang jelek sekali.” Beliau juga ditanya, ”Bagaiamana hukum menjual bukunya yaitu ’minhajul ‘anbiya fi da’wati ilallah’ karya M Surur itu?” Syaikh menjawab, ”Haram! Haram untuk menjual buku tersebut bahkanyang layak buku tersebut disobek-sobek sehingga tidak ada orang yang bisa membacanya.”
2. Kemudian yang berikutnya: M Surur pernah mengatakan bahwa para ulama dalam bidang aqidah –yang diamksud aadalah ulama ASWJ salafiyyah – mereka itu sesungguhnya orang-orang yang munafik, mereka itu adalah para pendusta, mereka itu adalah jasus (mata-mata – red).
Ini adalah ucapan dia – m.surur- yang juga ia ucapkan dalam kitabnya –minhajul anbiya fi da’wati ilallah- yang kemudian ucapan ini kemudian ia tuangkan dalam majalah yang disebut dengan majalah ‘as-sunnah’. Dia punya majalah namanya as-sunnah, namanya bagus, tapi pada hakikatnya sangat-sangat bertolak belakang dengan nama majalahnya. Karena justru yang ada dalam majalah tersebut adalah penghinaan, pelecehan terhadap para ulama ahlus sunnah. Ini yang kedua
3. Kemudian point yang ketiga. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushobi hafidhahullah mengatakan: ”M Surur adalah orang yang menyanjung Hasan At-Turabi. Saat Hasan Atturabi mengatakan bahwa seorang muslim dibolehkan menganut agama Yahudi dan Nasrani sebagaimana mereka dibolehkan menganut agama Islam.”
Hal itu dipuji habis-habisan oleh MSZA!!? Padahal termasuk mutaqodahnya ahlus-sunnah waljamaah adalah bahwa siapa yang tidak mengkafirkan orang-orang akfir yang tulen, yang asli maka dia kafir dan siapa yang masih ragu akan kekafiran orang-orang kafir tulen atau yang asli maka dia kafir. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat al-bayyinah ayat 6:
“Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahlul kitabdan orang-oragn musyrik masuk dalam neraka jahannam, mereka kekal didalamnya, mereka itulah sejelek-jelek makhluk.”
Sementara Hasan At-Turabi dengan lantangnya mengatakan bahwa tidak boleh kita mengatakan orang Yahudi kafir, mengatakan kepada orang nashrani kafir, karena bagaimanapun Yahudi dan Nasrani ini adalah agama samawi yang diturunkan dari langit. Oleh karena itu bagaimanapun kenyataannya pada hakikatnya kita bersaudara dengan mereka. Ini ucapan Hasan at Turabi.
Ucapan Hasan at-Turabi yang seperti ini dipuji habis-habisan oleh M Sururi.
Dalam point dua (2) dia sikat, dia habisi ulama Ahlus-sunnah, dalam point yang ketiga diangkat orang yang bejat akhlaknya, seoarnga yang bejat aqidahnya, seorang yang bejat ideologinya, mana keadilannya???!!! Padahal M Surur dan para pengikutnya itu adalah orang yang senantiasa menggembar-gemborkan ‘kita harus inshaf, kita harus adil’. Dia sendiri tidak adil!! Menghujat habis-habisan ulama ahlus-sunnah dan mengangkat habis-habisan orang yang ideologinya sesat. Dan inshaf/keadilan menurut Surruriyyah adalah kalo kita mengkritik seseorang tidak boleh kita hanya menyebutkan kesalahan-kesalahan saja, tetapi harus disertai penyebuan kebaikannya. Ini timbangaan inshaf/keadilan menurut mereka.
Tentu saja timbangan inshaf dan keadilan yang seperti ini salah!! Menyelesihi manhaj ahlus-sunnah!! Inshaf ataupun adil menurut ulama ahlus-sunnah adalah meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya. Menyatakan yang hak adalah hak dan yang bathil adalah bathil, berani mengatakan yang salah itu salah dan yang benar itu adalah benar. Sementara timbangan M Surur terbalik, entah berlandaskan di atas apa pernyataannya itu!! Hasan at-turabi juga mengatakan –seperti yang tadi telah kita singgung- bahwa seorang muslim boleh menganut agama yahudi dan nashrani. Tentu saja ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dinyatakan oleh Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Sahabat Ibnu Abbas:
”Siapa yang mengubah agamanya, siapa yang keluar dari agamanya, perangi dia, bunuh dia!”
ini malah seenak perutnya mengatakan, ”boleh-boleh saja orang islam menganut agama Yahudi dan Nashrani.”
4. kemudain point yang lain:
MSBNZA juga memuji habis-habisan orang-orang yang mencela dan melecehkan hijab islami, yang melecehkan hijab yang melecehkan cadar, yang melecehkan pakaian muslimah yang sempurna. Dimana banyak orang yang mengatakan kalo hijab islami yang sempurna, hijab mar’ah yang sempurna adalah seperti kemah (tenda –red)!!! Orang yang mengatakan seperti ini dipuji habis-habisan oleh M Surur.
Dan tentu saja kalimat yang seperti ini adalah kalimat kufur, karena persoalan seperti ini pernah disampaikan kepada Lajnah Daimah (Komisi fatwa ulama Saudi) –semoga Allah merahmati mereka semua- . Ketika ditanya tentang orang yang mencela hijab wanita muslimah dan mengatakan bahwa hijab wanita muslimah itu adalah seperti kemah, maka mereka para ulama semua mengatakan:”Ini merupakan kekufuran, siapa yang berani melecehkan, siapa yagn berani menghina wanita muslimah karena berpegang teguh dengan ajaran agama atau melecehkan seorang muslim yang berpegang teguh terhadap agama, maka dia kafir” Mereka berdalil dengan sebuah ayat yang berbunyi: (QS At-taubah 65-66) ”Katakanlah apakah terhadap Allah dan ayat-ayatnya serta rasulnya kalian melecehkan? Tidak alasan bagi kalian, sungguh kalian telah kufur setelah kalian beriman”
Kemudian para ulama juga menyebutkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hatim di dalam kitab tafsirnya. Di dalam hadist tersebut dikatakan, ”Ada seorang laki-laki di saat terjadi perang Tabuk laki-laki itu mengatakan: ’aku tidak melihat orang-oragn yang ahli Qiroahitu kecuali mereka adalah para pendusta-pendusta sunnah dan aku tak melihat keadaan mereka itukecuali sebagai orang-orang yang paling pengecut ketika berjumpa dnegan musuh-musuh Allah dan aku juga tak melihat mereka kecuali merka adalah orang-orang yang mementingkan perutnya.’ Kemudian ada laki-laki yang mendengarkan, dia berkata, ’Demi Allah, aku akan beritahukan kepada Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam dengan apa yang diucapkannya’. Diapun datang kehadapan rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam, ketika itu Allah menurunkan ayat tadi (QS At taubah:65-66). Dan ayat tersbut seolah menjadi jawaban dari kejadian yang ada saat itu.
Orang yang pertama (yaitu yang mengucapkan kalimat-kalimat yang isinya penghinaan) datang kepada rasulullah saw sambil memegangi pelana untanya dia berkata, ”Wahai rasulullah (yang saat itu sedang menunggangi unta), sesungguhnya apa yang kami katakan hanya sendaugurau saja, tidak serius, hanya main-main saja….” Namun rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam tetap menjawab dengan ayat Allah tadi.
Setelah menyampaikan hadis ini, berkata para ulama yang tergabung dalam Lajnah -Komisi Fatwa-: Allah menjadikan cemoohan, penghinaan, dan pelecehan yang ditujukan kepada kaum mukiminin adalah berarti pelecehan dan penghinaan terhadap Allah dan kepada ayat-ayat-Nya, juga terhadap rasul-Nya. Memang pada hakikatnya orang tersebut tidak mendustakan Allah, tidak menghina rasulullah, akan tetapi yang dihina hanyalah seorang ahli qiroah, seorang quro. Akan tetapi Allah menyatakan kekufuranya setelah dia beriman. Karana pada hakikatnya siapa yang menghina seorang mukmin berari dia telah menghina Allah, menghina yat-ayatnya, dan menghina rasulnya. Sehingga ucapan atau pujian yang menjurus kepada kekufuran yagn dilontarkan oleh M surur kepada para penghina hijab adalah pujian yang menjurus kepada kekufuran dan dinyatakan oleh para ulama sebagai kalimat yang kufur.
5. Point yang berikutnya: MSBNZA mengatakan tentang kaum luth:
”Andaikata mereka kaum Luth itu beriman kepada Allah maka sesungguhnya tidak akan bermanfaat keislaman itu bagi mereka, kecuali jika mereka meninggalkan perbuatan homoseksualnya”
Maknanya apa perkataan ini??? Maknanya adalah bahwa MSBNZA mengkafirkan pelaku dosa besar. Dia kafirkan!!!? Dan ini merupakan menhajnya khawarij dan bukan manhajnya ahlussunnah. Adapun aswj mereka tidak mengkafirkan seorang muslim hanya karena dia melakukan dosa besar dan pernyataan ’kafir’ –menurut ahlus sunnah- terhadap seseorang mempunyai syarat-syarat dan mempunyai ketentuan-ketentuan syar’inya. Sehingga aswj mengatakan, ”Andaikata mereka -kaum luth- beriman kepada Allah, maka sesungguhnya akan bermanfaat keimanan mereka itu, adapun perbuatan homoseksualnya –dosa besar- selam mereka tidak menganggap homoseksual tersebut sebagai sesuatu yang halal, setealh menyampaikan hujjah kepadanya, maka mereka masih tetap di atas kehendak Allah. Jika Allah berkehendak mengampuni merkea, maka mereka akan diampuni, dan jika Allah berkehendak untuk tidak mengampuni mereka, maka tidak akan diampuni. Ini merupakan mu’taqod aslussunnah. Jelas berbeda!!!! Yach berbeda 100% dengan apa yang diyakini oleh MSBNZA
6. Point yang berikutnya:
Muhammad Surrur juga memberikan pujian terhadap orang yang mencela Khilafah Usman bin Affan. Dia mengatakan bahwa Khilafah Usman adalah khilafah yang hampa, kosong, khilafah yang tidak ada artinya. Khilafah yang tidak berguna.
Dan orang-orang yang mengatakan demikian adalah Sayyid Qutb, dipuji oleh Muhammad Surrur!! Padahal Usman bin Affan adalah salah seorang yang diberi kabar gembira oleh rasulullah bahwa usman bin affan akan masuk jannah, Usmn bin Affan akan masuk jannah!!! Sementara Sayyid Qutb mencelanya! Dan Usman bin Affan dibunuh sebagai seorang syuhada, dibunuh oleh orang-orang Khawarij saat Usman bin Affan membaca Alquran. Adapun disebut dalam sejarah yang lainny saat Usman sholat tahajud didatangi oleh orang-oragn Khawarij kemudian mereka membunuh Usman, dikatakan dalam sebuah kisahada tetesn darah yang keluar dari tubuh Usman yang kemudian jatuh dalam alquran tepat pada ayat yang berbunyi ’fasayakfikahumullah’-Allah swt akan membalas kejahatan mereka- Jadi Usman bin afffan adalah salah seorang sahabat yang mulia. Jadi tidak benar kalo dikatakan khilafahnya adalah khilafah yang hampa, yang tak berguna, yang kosong.
7. Kemudian point yang lainya: M Surur memuji bahkan membela orang yang menuduh sebagian sahabat Nabi dengan tuduhan kemunafikan. Dan orang tersebut adalah Sayyid Qutb. Dia menuduh salah seorang sahabat Nabi –yaitu Amir bin Ash- dengan tuduhan kemunafikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar