Radio Muwahiddin

Senin, 02 April 2012

Thoghut Demokrasi Berbuah Penyakit Jiwa (Bagian 2)


Thoghut Demokrasi Berbuah Penyakit Jiwa (Bagian 2)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Syaikh Abdul Malik Ramadhani Al Jazairi

(Bagian 2)

Melindungi Diri dari Kehancuran dengan Mengikuti Al Qur'an dan As Sunnah

Saya berharap dengan membaca judul di atas seseorang tidak hanya mengiyakan atau membenarkan begitu saja, karena sebenarnya masalah ini sudah sangat dipahami oleh kaum muslimin sekalipun sebagian dari mereka memahaminya sekedar teori. Yang saya inginkan adalah agar orang-orang Islam yang belum mau tunduk dengan ketentuan Al Qur'an dan As Sunnah, padahal mereka menyaksikan bagaimana orang-orang kafir dan orang-orang munafik bersatu padu untuk menghancurkan negeri-negeri Islam dan kawasan-kawasan yang dihuni oleh kaum muslimin. Spanyol dan Palestina telah mereka kuasai dan kini tinggal kenangan. Bosnia dan Herzegovina sekarang sedang terluka. Memang, kaum muslimin sekarang ini semakin lemah dan tidak berdaya. Ini disebabkan karena perhatian mereka terhadap sumber kekuatan mereka sendiri yaitu Al Qur'an dan As Sunnah berkurang dan menyusut. Akhirnya mereka dihinakan oleh Allah Subhanahu waTa'ala karena mereka berburuk sangka atau tidak mau mempedulikan Al Qur'an dan As Sunnah. Mereka menganggap bahwa Al Qur'an dan As Sunnah sangat lemah dan kecil pengaruhnya bagi (kebahagiaan dan ketenangan) jiwa atau diri pribadi. Mereka yang tidak menerima seruan tersebut di atas juga beranggapan bahwa dakwah yang sekarang ini ada di masjid-masjid tidak mampu menggerakkan umat atau sangat lambat dalam memobilisasi mereka serta sama sekali tidak mampu menyaingi berbagai media milik orang-orang komunis, Yahudi dan Nashrani.

Anggapan-anggapan seperti ini -jika di dalamnya ada kandungan kebenaran- cukuplah para pelakunya mendapat dosa karena mereka melalaikan perhatian para generasi muda dari kedua wahyu: Al Qur'an dan As Sunnah, menghafalnya, mempelajarinya, dan mengajarkannya. Bahkan sekalipun sebahagian dari mereka menghabiskan waktunya untuk mengajarkan agama kepada orang banyak, akan tetapi sangat jarang mereka itu mengambil satu ayat atau sepenggal hadits (sebagai dasar atau rujukan) kecuali sekedar untuk tabarruk (mengharapkan berkah). Jadi, memang anggapan dan sangkaan mereka di atas menyebabkan mereka meninggalkan Kalaamullah (ayat-ayat Allah) serta hadits-hadits Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam.

Demi Allah! Demi Allah! Demi Allah! Demi Allah! Sungguh, mereka benar-benar khusyu ketika mendengar nasyid-nasyid, tetapi mereka tidak khusyu ketika mendengar Al Qur'an. Seandainya kita gambarkan, mereka seperti seekor burung yang tunduk dan khusyu ketika mendengarkan nasyid.


Di mana orang-orang yang mengajarkan Al Qur'an dengan tafsir yang berdasar pada riwayat-riwayat hadits? Di mana mereka yang menghidupkan jalan para salaf dalam memperdengarkan hadits Nabi Shallallahu'alaihi wasallam serta tidak memperbanyak mendengarkan ucapan manusia selain Nabi Shallallahu'alaihi wasallam?

Tidaklah kalian mengetahui bahwa orang-orang kafir tidak akan mampu mengalahkan kalian selagi kalian mau membaca dua wahyu tersebut? Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ. وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikut sebagian dari orang- orang yang diberi Al Kitab, karena mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kami beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu dan Rasul-Nya pun berada diantara kalian? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (QS. Al 'Imran: 100-101)

Dalam ayat yang mulia ini terdapat dua faedah:
Pertama: Pengikut dua wahyu -Al Qur'an dan As Sunnah- terlindungi dari kekafiran. Ibnu Katsir rahimahullah berkata: "Yakni bahwa kekufuran jauh dari kalian dan kalian terhindar darinya, karena ayat-ayat Allah turun kepada Rasul-Nya, lalu Rasul membacakan serta menyampaikannya kepada kalian siang dan malam." [Tafsir Al Qur'an Al Karim (1/597) cetakan Daar Al Fikr]


Kedua: Allah Subhanahu waTa'ala menyebutkan tipu daya paling berbahaya orang- orang kafir terhadap kaum muslimin yaitu keinginan mereka untuk mengafirkan kaum muslimin. Allah Subhanahu berfirman pada ayat yang lain:
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ
"Sebagian Ahli Kitab menginginkan agar mereka mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri setelah nyata bagi mereka kebenaran." (QS. Al Baqarah: 109)

Seakan-akan Allah berkata: "Betapapun besarnya tipu daya mereka yang bisa meruntuhkan gunung, Allah Ta'ala berfirman:
وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ
"Dan sesungguhnya makar mereka itu sangat besar sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya." (QS. Ibrahim: 46)

Meskipun begitu, iman kalian tidak akan runtuh selama kalian mau membaca dan melaksanakan kandungan Al Qur'an dan As-Sunnah. Hal ini tidaklah aneh bagi orang yang meyakini bahwa Allah telah menjadikan mata air kehidupan ada di dalam wahyu. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
"Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu." (QS. Al Anfal: 24)

Dan kehidupan yang paling agung dan besar di antara dua kehidupan, lahir dan batin, adalah kehidupan batin. Dan manusia yang paling baik adalah yang paling patuh kepada wahyu. Manusia seperti itulah yang paling selamat dan akan terhindar dari kesesatan. Dengan ini semua (diharapkan) Anda memahami benar-benar sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتاَبَ اللهِ وَسُنَّتِي، وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَى الْحَوْضِ
"Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat bila selalu berpegang dengan keduanya: Kitabullah dan Sunnahku. Keduanya tidak akan terpisah sehingga keduanya menemui aku di telaga haudl. (HR. Al Hakim dan Malik. Hadits ini hasan) [Takhrijya sudah dibahas di depan]
Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu'anhu berkata: "Aku tidak pernah meningggalkan sedikitpun apa yang diamalkan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. Aku kerjakan semua yang pernah dikerjakan beliau, karena sesungguhnya aku takut jika aku meninggalkan perintahnya, aku akan binasa." (HR. Bukhari no. 3093 dan Muslim no. 1759)

Lihatlah, bagaimana seorang yang digelari ash shiddiq (yang benar) dari umat ini khawatir dan takut dirinya menyimpang dari shiraathal mustaqiim (jalan yang lurus). Dirinya takut kalau-kalau melakukan sesuatu diluar petunjuk Nabi Shallallahu'alaihi wasallam padahal ia terkenal sangat berpegang-teguh kepada sunnah Nabinya Shallallahu'alaihi wasallam dari yang yang paling kecil sampai yang paling besar. Oleh karena itu, bagaimana kalian, wahai pelaku bid'ahl Bagaimana mata kalian bisa terpejam dengan tenang?

Padahal telah diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu'anhu bahwa beliau berkata: "Ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam wafat dan Abu Bakar Radhiallahu'anhu menggantikan beliau Shallallahu'alaihi wasallam sebagai khalifah, di antara suku-suku Arab ada yang kembali menjadi kafir karena enggan membayar kewajiban zakat. Berkatalah Umar Radhiallahu'anhu kepada Abu Bakar Radhiallahu'anhu, "Bagaimana mungkin engkau akan memerangi mereka padahal Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam sendiri pernah bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِ اْلإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ
"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengatakan Laailaaha Wallah. Barangsiapa yang mengucapkan Laailaaha illallah aku lindungi harta dan jiwanya, kecuali bila ada hak-hak Islam terhadapnya; dan perhitungan amalnya terserah kepada Allah."

Abu Bakar berkata: "Demi Allah, aku akan perangi orang-orangyang membedakan antara kewajiban shalat dan zakat. Sesungguhnya zakat itu hak harta. Demi Allah, seandainya mereka tidak mau memberikan zakat walaupun seekor anak kambing (betina) yang dahulu mereka mau memberikan kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam (sewaktu beliau Shallallahu'alaihi wasallam masih hidup), niscaya aku akan perangi mereka karena penolakannya itu. Umar berkata: "Demi Allah, dalam hal ini aku melihat Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk memerangi mereka, maka akupun menyadari bahwa dialah yang benar." (HR. Bukhari no. 7284 dan Muslim no 32)

Renungkanlah perhatian dan usaha Abu Bakar yang sangat keras ini dalam rangka menegakkan kewajiban dengan seluruh rinciannya yang pernah dilaksanakan di zaman Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam sekalipun dalam hal terkecil. Para rasul 'alaihimus salaam adalah manusia yang paling mengikuti wahyu. Oleh karena itu, Allah memberi mereka kekuatan untuk menolong mereka, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala:
كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي
"Allah telah menetapkan: 'Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang. '"(QS. Al Mujadalah: 21)
وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ. إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ. وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ
"Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami pada hamba-hamba Kami yang menjadi Rasul, bahwa mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang." (QS.As Shaffaat: 171-173)
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ
"Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan hari berdirinya saksi-saksi." (QS. Al Mukmin: 51) [Lihat: Al Jawabush Shahihah liman Baddala Diinil Masiih karya Ibnu Taimiyah (2/179) cetakan Daarul 'Ashimah]

Siapa saja yang mengikuti mereka (para rasul) niscaya akan memperoleh apa yang diperoleh para rasul yaitu kekuatan dan pertolongan Allah. Allah Ta'ala berfirman kepada Musa dan Harun 'alaihimassalam dan juga para pengikut keduanya:
أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
"Kamu berdua dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang menang." (QS. Al Qashash: 35)
Dan Allah berfirman kepada 'Isa Alaihis salam dan kepada para pengikutnya:
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai 'Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu menang atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat." (QS. Ali lmron: 55)

Ibnul Qayim rahimahullah berkata: "Karena orang-orang Nasrani lebih mengikuti para rasul (yang diutus kepada mereka) maka mereka berada di atas orang-orang Yahudi sampai hari kiamat kelak. Dan karena kaum muslimin lebih mengikuti rasulnya dibanding orang-orang Nasrani, maka (derajat) mereka pun lebih tinggi dari orang-orang Nasrani sampai hari kiamat nanti." [Ighasatul Lahfan (2/197-198) dan lihat Al Jawabash Shahihah (3/178)]

Ibnu Taimiyah berkata: "Setiap orang yang mengikuti rasul, Allah akan selalu bersamanya sesuai dengan kadar Ittiba' nya kepada rasul tersebut. Allah Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
"Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan orang-orang mukmin yang mengikutimu." (QS. Al Anfal: 64)

Yakni, cukuplah (Allah) bagimu dan bagi orang-orang yang mengikutimu. Allah akan mencukupi orang-orang mukmin yang mengikuti rasul. Inilah makna dari "kebersamaan Allah dengannya. "Dan Jaminan perlindungan secara mutlak akan diperoleh dengan cara mengikuti rasul secara total. Begitu juga jaminan akan berkurang manakala seseorang berkurang dalam mengikuti rasul. Dan tatkala sebagian orang beriman yang menjadi pengikut Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari orang-orang yang memusuhi mereka, maka cukuplah Allah yang akan membela mereka. Allah akan bersama mereka dan mereka akan mendapatkan bagian dari apa yang pernah dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
"Tatkala dia berkata kepada temannya: 'janganlah kamu bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.'" (QS. At Taubah: 40)

Sesungguhnya hati mereka beserta rasul sekalipun badannya tidak menyertai. Dan yang pokok disini adalah hati, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam beliau bersabda:
وعن ابى عبداللّه جابربن عبداللّه الانصارى ّرضى اللّه عنهماقال : كنّامع النّبى ّفى غزاةفقال إنّ بالمدينةلرجالاماسرتم مسيراولاقطعتم وادياالاّكانوامعكم حبسهم المرض ، وفى روايةالاّشركوكم فى الأجر(رواه مسلم)
"Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang laki-laki manakala kalian berjalan di suatu jalan dan kalian melewati lembah-lembah, mereka ikut bersama kalian. Mereka (para sahabat) bertanya: "Apakah mereka berada di Madinah?" Beliau berkata: "Mereka berada di Madinah, karena udzur menghalangi mereka (untuk ikut bersama kalian)." [Al Bukhari (2839) dan Muslim (1911). Dalam Shahih Muslim ada tambahan: "Mereka akan menyertai kamu dalam pahalanya."]

Maksudnya, hati mereka bersama Nabi Shallallahu'alaihi wasallam dan para sahabatnya dalam peperangan, sehingga mereka terhitung menemaninya dalam peperangan. Oleh karena itu, Allah pun bersama mereka secara maknawi." [Minhajus Sunnah (8/487-488) cetakan Jami'ah Al Imam Muhammad bin Su'ud]

Sungguh benar apa yang diuraikan oleh Syaikh rahimahullah. Dalam Al Qur'an disebutkan dalil yang menunjukkan bahwa mereka menemani Nabi Shallallahu'alaihi wasallam dan para sahabatnya dengan batin mereka. Buktinya, tatkala mereka menghadap Nabi Shallallahu'alaihi wasallam lalu meminta agar beliau membawa mereka menuju peperangan, dan ditolaknya karena beliau tidak memiliki kendaraan untuk membawa mereka, merekapun kembali dengan hati berguncang dan mata menangis menerima kenyataan itu. Oleh karena itu, Allah menyebutkan mereka dengan firman-Nya:
وَلا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ
"Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.' Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan disebabkan mereka tidak akan memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan." (QS. At Taubah: 92)

Kemudian Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Seandainya ada seseorang terasing sendirian di sebuah negeri membawa kebenaran dari rasul sementara tidak ada orang yang menolongnya, maka sesungguhnya Allah akan bersamanya dan tetap memperoleh bagian dari firman-Nya:
إِلا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At Taubah: 40)


Barangsiapa menolong Rasul berarti dia menolong agama-Nya yang didatangkan kepada Rasul kapan saja dan di mana saja. Barangsiapa yang mendukung tindakan tersebut berarti dia menemaninya secara maknawi. Dan ketika ia melaksanakan agama tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu waTa'ala maka Allah Subhanahu waTa'ala akan bersamanya dan bersama ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam yang dilaksanakannya. Dan dialah yang kemudian disebut sebagai "pengikut rasul". Pelindung dari para pengikut rasul ini begitu pula rasul Shallallahu'alaihi wasallam sendiri adalah Allah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu waTa'ala:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
"Hai Nabi, cukuplah Allah (sebagai pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu." (QS. Al Anfaal: 64) [Minhajus Sunnah (8/487-488) cetakan Jami'ah Al Imam Muhammad bin Su'ud]

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud Radhiallahu'anhu, dia berkata: "Suatu ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam melaksanakan shalat 'Isya, setelah itu beliau pergi. Beliau memegang tangan 'Abdullah bin Mas'ud dan membawanya ke Bathhaa' Mekah (tempat terbuka di  Mekah). Kemudian beliau mendudukkannya dan membuat garis (di atas gundukan pasir) lalu bersabda: "Janganlah sekali kali kamu melewati garis ini karena nanti akan datang kepadamu beberapa orang laki-laki. janganlah kamu berbicara dengan mereka karena mereka juga tidak akan berbicara kepadamu. "Beliau melanjutkan: "Setelah itu Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam berlalu. Tatkala saya duduk di sisi garis tersebut tiba-tiba datang beberapa orang laki-laki yang hitam yang sepertinya mereka berasal dari suku Zuth (suatu kaum dari Sudan alau Habasyah). Rambut dan badan mereka sama hitamnya. Saya tidak mampu membedakan mana aurat dan mana kulit. Mereka terhenti di hadapan saya dan tidak mampu melewati garis yang telah dibuat oleh Nabi Shallallahu'alaihi wasallam. Mereka pun lalu pergi menyusul Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. Dan ketika malam hampir menjelang subuh (dini-hari) beliau Shallallahu'alaihi wasallam pun datang dan mendapati saya sedang duduk (di  sisi garis yang beliau buat). Beliau kemudian berkata: "Aku tidak tidur semalaman." Beliau pun lalu menghampiriku di atas garis batasku, kemudian beliau meletakkan kepala beliau di atas paha saya dan tak lama kemudian beliau pun tidur dan beliau mendengkur.


Di saat beliau masih tertidur di atas paha saya tiba-tiba datanglah beberapa orang lelaki yang berpakaian serba putih dan hanya Allah Subhanahu waTa'ala yang mengetahui kadar kecantikan atau ketampanan mereka. Mereka pun berhenti di hadapan saya, lalu beberapa orang di antara mereka duduk di dekat kepala Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dan yang lain duduk di dekat kaki beliau Shallallahu'alaihi wasallam. Kemudian mereka berkata kepada sesama mereka: "Kita tidak  pernah melihat seorang hamba yang diberikan karunia kepadanya seperti yang pernah diberikan kepada Nabi ini. Sesungguhnya kedua matanya terpejam dan tidur sedang hatinya bangun dan terjaga. Perumpamaan baginya seumpama seorang raja yang mendirikan sebuah bangunan istana kemudian ia membuat jamuan dan mengundang orang banyak untuk menikmati makanan dan minuman yang tersedia, maka barangsiapa yang memenuhi undangan tersebut maka ia (boleh) makan dari makanan yang tersedia dalam jamuan tersebut; begitu pula ia boleh minum dari minumannya. Dan barangsiapa yang tidak memenuhi undangannya maka ia akan dihukumnya atau beliau mengatakan: diazabnya."

Kemudian mereka pun terangkat naik (menghilang) dan Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam pun pada saat itu bangun dan terjaga lalu bersabda kepadaku: "Apakah engkau mendengar apa yang mereka katakan? Dan apakah engkau mengetahui siapa mereka itu?" "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui," jawabku. "Mereka itu adalah malaikat, dan apakah engkau mengetahui  apa yang mereka jadikan sebagai perumpamaan," tanya beliau kembali. "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya," jawabku. "Perumpamaan yang mereka buat itu adalah: Allah Ar Rahman Tabaraka wa Ta'ala membangun sebuah istana kemudian Dia mengundang hamba-hamba-Nya untuk datang ke istana tersebut. Barangsiapa yang memenuhi undangan-Nya ini maka la akan masuk surga dan barangsiapa yang enggan memenuhi undangan-Nya ini maka ia akan dihukum-Nya atau diazab-Nya." [Shahih Sunan At Tirmidzi karya Al Albani nomor 2296]

Nah, anda sudah melihat sendiri dalam kisah yang agung di atas ketaatan seorang Ibnu Mas'ud Radhiallahu'anhu dalam menjalankan perintah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam tatkala beliau Shallallahu'alaihi wasallam memerintahkannya untuk tidak meninggalkan tempat atau garis yang telah dibuatnya, agar beliau Radhiallahu'anhu terhindar dari kejahatan beberapa orang yang datang dalam rupa dan bentuk yang sangat buruk dan jelek. Padahal tidak ada yang menghalangi beliau Radhiallahu'anhu dengan mereka yang datang kepada beliau itu kecuali hanya sebuah garis yang jika angin datang bertiup maka pastilah garis tersebut akan hilang dan terhapus. Akan tetapi garis tersebut bukanlah sembarang garis, ia adalah garis As Sunnah. Barangsiapa yang senantiasa menjaganya maka cukuplah Allah baginya terhadap apa yang ia rasakan atau yang menimpanya. Setelah saya jelaskan dalil-dalil tentang keteguhan yang Allah berikan kepada umat yang mengikuti Rasul dan menolongnya, maka tidak mengapa kalau saya sebutkan di sini kisah yang turut menguatkan pemyataan akan kedua karunia Allah Subhanahu waTa'ala di atas. Kisah ini memuat keagungan dan kemuliaan seorang Abu Bakar Radhiallahu'anhu yang melalui tangannya Allah Subhanahu wa Ta'ala menjaga dan menolong agama-Nya setelah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam sendiri.


Abu Hurairah Radhiallahu'anhu pernah berseru: "Demi Allah yang tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Dia, seandainya bukan karena Abu Bakar yang menjadi khalifah (setelah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam wafat) maka niscaya Allah tidak disembah." Dan beliau Radhiallahu'anhu pun mengulang ucapannya. Dan tatkala beliau mengulangnya lagi untuk yang ketiga kalinya seorang sahabat pun berkata kepada beliau: "Sudahlah, wahai Abu Hurairah!" Abu Hurairah Radhiallahu'anhu dengan serta-merta berkata: "Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam memberangkatkan pasukannya di bawah pimpinan Usamah bin zaid Radhiallahu'anhu dengan kekuatan tujuh ratus pasukan ke negeri Syam, dan tatkala pasukan tersebut tiba di Dzi Khasyab Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam wafat dan suku-suku Arab yang berdiam di sekitar Madinah kembali menjadi kafir (murtad). Sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam pun sepakat menghadap Abu Bakar Radhiallahu'anhu kemudian berkata: "Wahai Abu Bakar, perintahkanlah pasukan Usamah untuk kembali ke Madinah! Mereka sedang menuju ke Syam untuk menghadapi pasukan Romawi padahal orang-orang Arab di sekitar kota Madinah ini kembali menjadi kafir (murtad dengan wafatnya Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam)."


Abu Bakar Radhiallahu'anhu pun berkata: "Demi Dzat Yang tidak ada llah selain Dia, seandainya segerombolan anjing mengitari kaki para isteri Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam maka saya tetap tidak akan mengembalikan pasukan yang telah diberangkatkan sendiri oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam. Saya tidak akan menurunkan panji-panji yang telah dipancangkan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam."

Dan beliau Radhiallahu'anhu pun tetap meneruskan pasukan Usamah. Setiap kali pasukan tersebut melewati kabilah yang ingin murtad, kabilah tersebut berkata: "Kalau kaum muslimin tidak memiliki kekuatan lagi maka pasukan seperti ini tidak akan mungkin keluar meninggalkan kota Madinah. Oleh karena itu, biarkan mereka bertemu dengan bangsa Ruum (Romawi)."

Akhirnya bertemulah dua pasukan tersebut. Setelah terjadi pertempuran sengit akhirnya pasukan Usamah dapat mengalahkannya dan menghabisi pasukan Romawi. Mereka pun kembali dengan selamat dan membawa kemenangan. Orang-orang Arab yang tadinya ingin kembali kafir tetap memeluk Islam." [7]

Demikian kuat Abu Bakar berpegang teguh dengan Sunnah dalam kondisi penuh mara bahaya setelah kematian Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam dan ancaman kemurtadan bangsa Arab. Ditambah lagi dengan usulan para sahabat yang lain yang menginginkan agar beliau memulangkan pasukan Usamah. Akan tetapi syariat telah dipelajari oleh beliau dari Nabi Shallallahu'alaihi wasallam. Itulah yang menunjukinya hingga mengantarkan beliau kepada sesuatu yang mampu memadamkan bibit-bibit kehancuran dan kerugian yang besar. Ketahuilah, bahwa yang mendorong beliau adalah ketakutan beliau mengakhirkan atau menunda apa yang telah diputuskan (dilakukan) oleh  Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam untuk diberangkatkan atau dilaksanakan. Jadi, hasil dari keteguhan berpegang dengan sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam adalah kemenangan atas musuh dan keteguhan atau ketetapan dalam menjalankan Islam.

Perhatian: Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah berkata: "Dan para 'ulama telah menyatakan bahwa kemenangan para Nabi ada dua macam: Pertama, menang dengan hujjah dan bayan (penjelasan); dan kedua, menang dengan pedang dan tombak yang hanya dikhususkan bagi orang-orang yang memang diperintahkan berperang di jalan Allah." [Lihat Adhwaa Al Bayan (1/353) dan apa yang sesudahnya.]

Oleh karena itu, para ulama pun menetapkan bahwa orang-orang beriman yang hari ini lemah dan tidak mampu serta tidak diperintahkan berperang, maka mereka hanya dibebankan atau diberi keringanan untuk menguasai hujjah-hujjah ilmiah yang (diharapkan dapat) menumbangkan semua kebatilan dan perseiisihan. Adapun orang-orang dikaruniai kekuatan (al quwwah) dan kekuasaan (as sulthan) maka diperintahkan untuk menggunakannya sehingga hujjah-hujjah ilmiah tertopang dengan pedang dan tombak. Dengan demikian hujjah ilmiah akan menang di segala zaman dan alhamdulillah atas kemenangan ini.

Ahlu Hadits adalah orang yang paling kuat hujjahnya karena mereka paling mengerti tentang Al Qur'an sebagaimana dikatakan 'Umar bin Khattab Radhiallahu'anhu. "Jika manusia mendebat kalian dengan ayat-ayat Al Qur'an yang mutasyabihat (mengandung makna yang samar), bantahlah mereka dengan Sunnah, karena sesungguhnya Ahlus Sunnah lebih mengerti tentang Al Qur'an." [Riwayat Ad Darimi (1/49) dan yang lain dalam Asy Syari'ah (93) dan Ibnu Baihah dalam Al lbanah Al lman (83) dan lainnya.]

Mereka juga orang yang paling mengetahui tentang petunjuk Nabi Shallallahu'alaihi wasallam maka mereka adalah orang yang paling mengikuti Al Qur'an dan As- Sunnah. Oleh karena itu, tidaklah asing menurutku kalau para 'ulama sepakat tentang menafsirkan Ath Thaifah Al Manshurah (golongan yang senantiasa mendapat pertolongan) dengan Ahli Hadits dalam sabdanya Shallallahu'alaihi wasallam:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
"Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, niscaya Allah akan pahamkan dia akan agamanya ....dan senantiasa akan ada saw kelompok dari umatku yang dimenangkan dalam kebenaran.'(HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037) [Lihat Al Jawabush Shahihah (2/180)]


Tidak tersembunyi lagi bagi orang yang baik dan sehat pikirannya adanya keterkaitan antara kalimat yang pertama yakni pemahaman agama dengan kalimat yang lain yakni pertolongan bagi kelompok yang dimenangkan. Hal itu termasuk sabda Rasul Shallallahu'alaihi wasallam yang jami' (ringkas, tetapi menyeluruh). [8]


[Diambil dari kitab Sittu Duror min Ushuul Ahlil Atsar, Penulis Asy Syaikh Abdul Malik Ramadhani Al Jazairi, Penerbit Maktabah Al Ilmiyah, Judul Asli: Landasan keempat - Kemuliaan Hanya Dapat Dicapai Dengan limu]
_________
Footnote

[7] Al 'Aawasim minal Qawasim karya Ibnul 'Arabi hal (63), dan lihatlah jika kamu menghendaki lebih luas dalam Tarikh Ath Thabary dan Sirah Ibnu Hisyam dan Al Imta' karya Makrizi
[8] Lihatlah: Syarhu Ashabil Hadits karya Al Khatib Al Baghdad. Hadits ini dishahihkan oleh Al Albani (270), dan Ahlul Hadits Hum Ath-Thaifah Al Manhuroh An Naajiyah karya Syaikh Rabi' bin Hadi Al Madkhali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."