Radio Muwahiddin

Sabtu, 02 Maret 2013

Tanam Tekad Kuat di Dada, tuk Raih Bahagia sejak Usia Muda




Teriring puji & syukur terpuncak kepada Sang Penguasa alam semesta, Allah Rabbul ‘alamin. Di tangan Nya, hidayah dan kesesatan ditentukan. Pertolongan, perlindungan dan ampunan hanya kita harapkan dari Nya. Tidak dari yang lain.
Aku bersaksi sepenuh keyakinan di hati bahwa; tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, tidak da sekutu bagi Nya. Dan aku bersaksi sepenuh keyakinan di hati bahwa; Muhammad bin Abdillah adalah hamba dan utusan Allah. Amma ba’du :
Kaum muda yang dimuliakan Allah,
Marilah sejenak mengingat pesan penting dari Baginda tercinta, Nabi Muhammad, dalam sabda beliau, “Manfaatkanlah :
  1. Masa mudamu sebelum datang usia tua.
  2. Masa sehatmu sebelum datang sakit.
  3. Masa cukupmu sebelum datang kefakiran.
  4. Masa senggangmu sebelum datang kesibukan.
  5. Masa hidupmu sebelum datang kematian.”
Mengingat wasiat diatas, pastinya masa-masa muda adalah masa-masa yang panjang dan bergairah. Gelora cita-cita seolah tiada pernah berhenti bergolak. Masing-masing memiliki asa dan harapan. Bara api semangat seakan tidak mengenal kata ‘padam’. Namun, mau dibawa kemana cita-cita kita? Tentukanlah secara tegas, garis lurus yang harus kita tempuh dan telusuri! Mesti setinggi bintang di langit kita menggantungkan cita-cita!

Kaum muda yang penuh tekad,
Cita-cita kita harus mulia. Harapan dan permohonan kita kepada yang Maha Kuasa pun harus yang tertinggi. Keinginan kita tidak bersifat sementara dan pendek; tidak hanya sebatas dalam kehidupan dunia saja.
Di sana, nun jauh di sana. Ada sebuah kampung kebahagian nan penuh kelezatan. Kekal abadi selama-lamanya. Di dalamnya terdapat kesempurnaan nikmat; yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah di dengar oleh telinga, bahkan tidak sekalipun terbetik di dalam hati kita. Sebab, di kampung tersebut ada berlipat ganda kenikmatan, melebihi kenikmatan yang pernah kita rasakan atau yang pernah kita angan-angankan selama hidup di alam fana.
Di dalam Jannah, kampung abadi itu :
  1. Penghuninya selalu muda, tidak akan menginjak usia tua, selamanya.
  2. Penghuninya selalu sehat, tidak akan pernah merasakan sakit, selamanya.
  3. Penghuninya selalu penuh kecukupan, tidak ada yang kurang, selamanya.
  4. Penghuninya selalu penuh kesenangan, tidak ada kesibukan yang melelahkan.
  5. Penghuninya dalam kehidupan abadi, karena kematian akan’Mati’.
Kaum muda yang penuh semangat,
Tentu selalu saja ada jalan menuju ke sana. Marilah mempersiapkan diri menyambut datangnya masa kebahagian sejak usia muda. Marilah memilih dan menempatkan diri kita pada salah satu golongan yang akan memperoleh naungan dari Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan Nya. Golongan-golongan tersebut adalah :
  1. Seorang pemimpin yang adil.
  2. Seorang pemuda yang tumbuh berkembang di dalam ibadah kepada Allah.
  3. Seorang hamba yang hatinya selalu terikat dengan Masjid.
  4. Dua orang hamba yang saling mencintai karena Allah. Berpisah dan bertemu karena Nya.
  5. Seorang hamba yang digoda oleh wanita cantik dan terpandang, lalu ia bersikap; ‘sesungguhnya aku takut kepada Allah’.
  6. Seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlash. Sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya.
  7. Seorang hamba yang mencari tempat sunyi untuk mengingat Allah, lalu kedua matanya mencucurkan air tangis.
Kaum muda yang dirahmati Allah,

Sejarah telah terbentang di hadapan kita. Dalam setiap langkah perjuangan dakwah, kaum muda lah yang menempati barisan terdepan. Mereka adalah anak-anak muda yang siap berkorban dan menghadapi segala tantangan dengan dada tengadah dan langkah yang gagah.
Al-Imam ahli tafsir terkemuka, Ibnu Katsir namanya, berkata,
“Allah menyebutkan bahwa mereka adalah fityahi yaitu kaum muda. Sebab, kaum muda lebih mudah untuk menerima al-Haq dan lebih cepat menerima hidayah dibandingkan kaum tua (kaum yang telah lama hidup dan ternoda kebatilan). Oleh sebab itu, yang terbanyak menyambut seruan Allah dan Rasul Nya adalah kaum muda. Adapun golongan tua dari suku Quraisy, mereka tetap berjalan di atas agama nenek-moyangnya dan tidak ada yang masuk Islam dari golongan tua kecuali dalam jumlah yang sedikit.”

Kaum muda yang berketetapan hati menempuh Manhaj salafi,
Marilah menempa diri dan jiwa kita menjadi anak muda semisal Nabi Ibrahim. Anak muda yang begitu berani dan tegar menyuarakan Tauhid dan menentang kesyirikan kaumnya. Tidak ada yang ditakuti, tidak ada pula yang membuatnya gentar. Bahkan saat akan dilemparkan ke dalam nyala api membara, ia tetap mengucapkan, “Hasbiyallaahu wa Ni’mal Wakiil.”

Ibrahim, seorang pemuda yang memiliki ketenangan di dalam pencarian Al-Haq. Begitu tenang saat menghadapi sang raja di dalam kesempatan adu argumentasi, demi mempertahankan akidah dan keyakinan yang haq.
Ibrahim, seorang pemuda yang memiliki kesabaran tinggi. Dilandaskan hikmah dan cinta kasih, ia mengajak ayahanda untuk berserah diri kepada Allah. Dengan cara yang dipenuhi kelembutan dan kasih sayang.

Atau..

Telah siapkah kita menjadi seorang pemuda seperti Ismail, putra terkasih Nabi Ibrahim. Seorang pemuda yang tumbuh subur dan kuat di dalam raganya untuk menjadi hamba yang taat dan tunduk kepada perintah Allah. Apapun beratnya.

Ismail, seorang pemuda yang dengan lantang dan tegar mengambil sikap atas permintaan ayahnya, “Wahai anakku, aku telah bermimpi; aku menyembelihmu. Bagaimanakah pendapatmu?”. Sebab, mimpi seorang Nabi pasti benar dan wahyu.

Anak muda yang bernama Ismail itu menjawab di atas keyakinan, “Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan menemukanku sebagai bagian dari kaum yang bersabar.” Subhanallah!

Atau,,

Mampukah kita berpendirian dengan sabar dalam menghadapi godaan syahwat seperti Nabi Yusuf. Seorang anak muda yang menjadi teladan kaum muda setelahnya. Berpisah dengan orang tua dan kerabat. Diperjual-belikan sebagai seorang budak sahaya. Digoda dan dirayu untuk tunduk kepada seorang wanita cantik lagi berkedudukan. Semuanya telah disiapkan serapi dan serahasia mungkin, namun Yusuf berpaling dan menolaknya.

Atau..

Tidakkah terbesit di dalam semangat kita untuk menjadi seorang pemuda semacam Abdullah bin Abbas. Seorang pemuda yang giat dan tekun dalam olah ilmu Agama. Ia meninggalkan lingkungan kehidupan muda dan menggantinya dengan berpindah dari satu rumah sahabat Nabi ke rumah sahabat Nabi lainnya; untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi. Bahkan pernah suatu waktu beliau tertidur di depan pintu rumah seorang sahabat, hanya untuk bersabar menanti sang sahabat keluar dan memperoleh sebuah riwayat hadits.

Seharusnya kata-kata Ibnu Abbas menggoncangkan dada kita, “Aku lah yang seharusnya datang menemui anda”, saat sahabat tersebut mengatakan, “kenapa anda, wahai anak paman Rasulullah, tidak menyuruh seseorang kepadaku? Aku lah yang akan menemui engkau!.”

Atau..

Engkau, wahai sahabat muda, hendak mencontoh Zaid bin Tsabit. Seorang anak muda yang ditunjuk oleh Khalifah Abu Bakr Ash-Shidiq untuk mengumpulkan dan menghimpun ayat-ayat Al-Qur`an menjadi satu. Sebuah tugas berat yang berakhir dengan keberhasilan. Tugas yang dilaksanakan dengan baik oleh Zaid bin Tsabit, padahal saat ia menerimanya, Zaid mengatakan, “Demi Allah, seandainya aku ditugaskan untuk memindahkan gunung besar bagiku masih lebih ringan daripada mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur`an menjadi satu.”

Atau..

Kita bisa seperti Usamah bin Zaid. Seorang pemuda yang belum genap berusia 20 tahun dan telah dipercaya oleh Rasulullah untuk menjadi seorang panglima perang. Padahal di tengah-tengah pasukan tersebut terdiri dari kalangan sahabat yang turut dalam perang Badar. Sahabat-sahabat tua dan senior.

Ya Allah karuniakanlah kepada kami dan sahabat-sahabat kami, kaum muda di masa ini untuk menjadi kaum muda yang cinta beragama; cinta kepada Allah dan Rasulullah. Berikanlah kami kesempatan untuk menjadi bagian terdepan dalam Barisan Pembela Agama Mu dan Nabi Mu.

Ya Allah anugerahkanlah kepada kami :
  • Kecintaan kepada Al-Qur`an, kitab suci yang Engkau turunkan.
  • Kecintaan kepada Sunnah, warisan yang ditinggalkan Nabi Mu.
  • Kecintaan kepada Manhaj Salafi, metode hidup yang dipesankan Rasul Mu.
Dan wafatkanlah kami di atas Islam dan Sunnah.
Yaa Mujiibas Saa`iliin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."