Radio Muwahiddin

Kamis, 26 Januari 2012

Shahabat Bukan Munafik (Bantahan Syubhat ke- 4)


Shahabat Bukan Munafik (Bantahan Syubhat ke- 4)

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Di antara Syubhat dari kaum Syi’ah dan kaum mutasyayi’in (kaum yang terpengaruh dengan syubhat Syi’ah) adalah ucapan mereka: “Shahabat nabi itu tidak semuanya mukmin, ada pula di antara mereka yang munafik”, “Masalah iman itu kan masalah hati, bisa jadi pada lahirnya mereka seperti mukmin akan tetapi hatinya kafir”, atau ucapan: “Siapa tahu Abu Bakar dan Umar ternyata munafik”. Ucapan-ucapan syubhat dan tasykik (membikin keraguan) ini sering diucapkan oleh mereka untuk meragukan kemuliaan dan keimanan para shahabat Rasulullah, dan pada akhirnya menjatuhkan kedudukan mereka.

Sesungguhnya, jika pertanyaan mereka adalah: “Siapa tahu hati mereka?”, maka jawabannya sangat jelas. Allahlah yang maha Mengetahui hati mereka sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ

العنكبوت: 11

Dan sungguh Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman, dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (al-Ankabut: 11)

Dan Allah berjanji akan memberitahu ciri-ciri mereka secara detail. Bahkan dalam beberapa kejadian, Allah telah memisahkan siapa munafiqin dan siapa para shahabat Rasulullah yang mulia. Allah berfirman:

مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ

ال عمران: 179

Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini254, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin)… (Ali Imran: 179)

Tentang ayat ini Ibnu Katsir berkata: “…yaitu pasti Allah akan berikan suatu cobaan yang akan menampakkan wali-wali-Nya dan mempermalukan musuh-musuh-Nya dan akan diketahui siapa mukmin yang sabar dan siapa munafik yang jahat…” (Tafsir Ibnu Katsir 1/468)

Juga Allah mengancam orang-orang munafik untuk membongkar kedok mereka dalam ayat-Nya:

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ (29) وَلَوْ نَشَآءُ َلأَرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ

محمد: 29-30

Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatanmu. (Muhammad: 29-30)

Dan Allah memiliki hikmah dalam taqdir-Nya ketika Ia menguji setiap orang yang mengaku beriman dengan berbagai macam ujian, hingga terlihat siapakah di antara mereka yang benar-benar beriman dan siapakah yang berdusta (munafik).

الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

العنكبوت: 1-3

Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) berkata: "Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesung-guhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (al-Ankabut: 1-3)

Ujian pertama yang dihadapi oleh orang-orang yang beriman dari kalangan para shahabat nabi adalah gangguan dan penyiksaan dari kaumnya di Mekkah. Sebagian mereka disiksa dengan api. Sebagian lainnya diusir, dicela dan dicaci-maki dengan berbagai macam tuduhan yang keji.

Dengan demikian semua orang paham bahwa para shahabat yang masuk Islam di Mekah sebelum hijrah adalah orang-orang yang telah terbukti keislaman dan keimanannya, dan terbebas dari tuduhan munafik, karena tidak mungkin ada seorang yang berpura-pura masuk Islam ketika itu untuk dicaci-maki, dan disiksa.

Ujian berikutnya adalah perintah untuk hijrah yaitu untuk meninggalkan negeri dan tanah tumpah darahnya serta meninggalkan sanak saudaranya yang masih kafir dalam rangka mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah katakan tentang mereka:

لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

الحشر: 8

(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah 1467 yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar. (al-Hasyr: 8)

Dalam ayat ini Allah memuji para muhajirin dengan kalimat ash-Shadiqiin (orang-orang yang jujur dan benar imannya).

Demikian pula orang-orang yang beriman di Madinah, mereka menyambut dan mempersiapkan tempat bagi para muhajirin, bahkan mereka lebih mementingkan tamu-tamunya tersebut melebihi dari pada diri dan keluarganya. Maka Allah pun memuji para shahabat dari kalangan Anshar tersebut.

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَاْلإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلاَ يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

الحشر: 9

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Mu-hajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (al-Hasyr: 9)

Dalam ayat ini Allah menjuluki kaum Anshar dengan kalimat al-Muflihuun (orang-orang yang akan mendapatkan kemenangan dan kemuliaan). Merekalah yang disebut sebagai as-Saabiqunal Awwalun yaitu kaum muhajirin dan kaum Anshar.

Jihad Sebagai Tolok Ukur

Ketika kaum muslimin mulai kuat dan banyak di Madinah, muncullah orang-orang yang berpura-pura mengaku sebagai muslim, pengikut Rasulullah, namun dalam hatinya menyimpan kekufuran. Hal ini mereka lakukan agar terlindung jiwa dan harta mereka, yakni karena takut dibunuh dan dirampas hartanya sebagai pampasan perang.

Tentu saja mereka (orang-orang munafiq) itu adalah kaum yang paling tidak suka sesuatu yang akan mengorbankan diri dan hartanya. Sehingga ketika turun perintah untuk berjihad, terlihat bahwa merekalah yang paling pertama menolak dan menghindarinya dengan alasan yang dibuat-buat. Dengan perintah untuk berjihad ini terpisahlah dengan jelas antara dua golongan yaitu mereka yang lulus (mukmin) dan yang gagal (munafik).

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

محمد: 31

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kalian, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) keadaan kalian. (Muhammad: 31)

Tentang mereka yang lulus pada ujian ini, Allah katakan:

وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

الأنفال: 74

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia. (al-Anfaal: 74)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

الحجرات: 15

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (al-Hujuraat: 15)

Dalam ayat di atas, Allah kembali memuji mereka dan menggelarinya sebagai ash-Shaadiquun yaitu orang-orang yang jujur dan benar-benar beriman, bukan kaum munafik.

Adapun orang-orang yang tidak jujur alias pendusta, berpura-pura masuk Islam, tetapi memendam kekafiran dan penentangan dalam hatinya, mereka telah gagal dalam menghadapi ujian yang berat ini. Allah tampakkan kemunafiqan mereka dalam beberapa kejadian.

Setiap mereka berupaya untuk menghindari jihad dengan kedustaan-kedustaan dan sumpah-sumpah palsu, Allah menurunkan ayat-Nya yang menceritakan alasan-alasan mereka itu. Allah katakan dalam ayat-ayat tersebut dengan kalimat: “Berkata kaum munafik…” atau kalimat “Berkata dengan mulutnya yang tidak ada dalam hatinya”. Sehingga Rasulullah dan para shahabatnya mengerti tentang siapa-siapa orang-orang munafik. Bahkan kaum muslimin setelahnya dan kita semua mengetahui siapa para munafik itu satu persatu.

Allah berfirman:

وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالاً لَاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْإِيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ

ال عمران: 167

Dan supaya diketahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui peperangan, tentulah kami mengikutimu"247. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (Ali Imran: 167)

أَلَمْ تَر إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

الحشر: 11

Apakah kalian tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kalian diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kalian diperangi pasti kami akan membantu kalian." Dan Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. (al-Hasyr: 11)

يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ غَرَّ هَؤُلآءِ دِينُهُمْ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

الأنفال: 49

(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (al-Anfaal: 49)

وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّ غُرُورًا

الأحزاب: 12

Allah berfirman: Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata:"Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya". (al-Ahzaab: 12)

Selain dengan kalimat-kalimat tersebut di atas, Allah juga jelaskan mereka dengan kalimat yang semakna dan senada seperti al-Mukhalafuun (yakni orang-orang yang menghindar dari jihad), “yang tidak jujur”, atau “yang di hatinya ada penyakit” dan lain-lainnya.

Allah berfirman:

فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلَافَ رَسُولِ اللَّهِ وَكَرِهُوا أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالُوا لاَ تَنْفِرُوا فِي الْحَرِّ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ كَانُوا يَفْقَهُونَ

التوبة: 81

Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kalian berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui. (at-Taubah: 81)

سَيَقُولُ لَكَ الْمُخَلَّفُونَ مِنَ اْلأَعْرَابِ شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ قُلْ فَمَنْ يَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا بَلْ كَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

الفتح: 11

Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hati-nya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfa'at bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Fath: 11)




Ust. Muhammad Umar As Sewed
15/08/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."