Keutamaan
Menuntut Ilmu Syar'i (Bagian 3 - Tamat)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al Atsary
(Bagian 3 - Tamat)
Nasehat Salafush Shalih untuk Kaum
Muslimin
Setelah dipaparkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang
berkaitan dengan ilmu dan keutamaannya pada edisi yang lalu, sekarang akan
dibawakan beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan pentingnya ilmu
dan mempelajarinya.
Pertama: Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu,
beliau berkata:
العِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ، العِلْمُ يَحْرُسُكَ
وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ، العِلْمُ يَزْكُو عَلَى العَمَلِ وَالْمَالُ
تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ، وَمَحَبَّةُ العَالِمِ دِيْنٌ يُدَانُ بِهِ، العِلْمُ
يُكْسِبُ العَالِمَ الطَّاعَةَ فِي حَيَاتِهِ، وَجَمِيْلَ اْلأُحْدُوْثَةِ بَعْدَ
مَوْتِهِ، وَصَنِيْعَةُ الْمَالِ تَزُوْلُ بِزَوَالِهِ، مَاتَ خُزَّانُ
اْلأَمْوَالِ وَهُمْ أَحْيَاءُ وَالْعُلَمَاءُ بَاقُوْنَ مَا بَقِيَ الدَّهْرُ،
أَعْيَانُهُمْ مَفْقُوْدَةٌ وَأَمْثَالُهُمْ فِي القُلُوْبِ
مَوْجُوْدَةٌ
“Ilmu itu lebih baik daripada harta, karena ilmu akan
menjagamu sementara harta harus engkau jaga. Ilmu akan terus bertambah dan
berkembang dengan diamalkan sementara harta akan terkurangi dengan penggunaan.
Dan mencintai seorang yang berilmu adalah agama yang dipegangi. Ilmu akan
membawa pemiliknya untuk berbuat taat selama hidupnya dan akan meninggalkan nama
yang harum setelah matinya. Sementara orang yang memiliki harta akan hilang
seiring dengan hilangnya harta. Pengumpul harta itu seakan telah mati padahal
sebenarnya dia masih hidup. Sementara orang yang berilmu akan tetap hidup
sepanjang masa. Jasad-jasad mereka telah tiada, namun mereka tetap ada di hati
manusia." (dinukil dari Min Washaya As-Salaf, hal. 13-14)
Kedua: Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu
bahwasanya beliau apabila melihat para pemuda giat mencari ilmu, beliau
berkata:
"Selamat datang wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah." (Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu 'Abdil Barr, 1/52)
"Selamat datang wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah." (Jaami' Bayaanil 'Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu 'Abdil Barr, 1/52)
Yakni bahwasanya sifat mereka secara umum adalah sibuk
dengan mencari ilmu dan tinggal di rumah dalam rangka untuk mudzaakarah
(mengulang pelajaran yang telah didapatkan) dan mempelajarinya. Semuanya ini
menyibukkan mereka dari memperhatikan berbagai macam pakaian dan kemewahan dunia
secara umum demikian juga hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang kurang
manfaatnya dan hanya membuang waktu belaka seperti berputar-putar di jalan-
jalan (mengadakan perjalanan yang kurang bermanfaat atau sekedar jalan-jalan
tanpa tujuan yang jelas) sebagaimana yang biasa dilakukan oleh selain mereka
dari kalangan para pemuda.
Ketiga: Dari Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu, dia
berkata:
"Pelajarilah oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan mereka berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam; jejak-jejak mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta semua pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa senang berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya; setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun untuk mereka, demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan binatang buas yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan ampun kepada Allah untuk mereka). Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan menghidupkan hati dari kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari berbagai kegelapan. Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya." (Ibid. 1/55)
"Pelajarilah oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan mereka berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam; jejak-jejak mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta semua pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa senang berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya; setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun untuk mereka, demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan binatang buas yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan ampun kepada Allah untuk mereka). Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan menghidupkan hati dari kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari berbagai kegelapan. Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya." (Ibid. 1/55)
Keempat: Dari 'Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu,
beliau berkata:
"Sesungguhnya seseorang keluar dari rumahnya dalam keadaan dia mempunyai dosa-dosa seperti gunung Tihamah, akan tetapi apabila dia mendengar ilmu (yaitu mempelajari ilmu dengan menghadiri majelis ilmu), kemudian dia menjadi takut, kembali kepada Rabbnya dan bertaubat, maka dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak mempunyai dosa. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkan majelisnya para ulama." (Miftaah Daaris Sa'aadah, karya Al-Imam Ibnul Qayyim, 1/77)
"Sesungguhnya seseorang keluar dari rumahnya dalam keadaan dia mempunyai dosa-dosa seperti gunung Tihamah, akan tetapi apabila dia mendengar ilmu (yaitu mempelajari ilmu dengan menghadiri majelis ilmu), kemudian dia menjadi takut, kembali kepada Rabbnya dan bertaubat, maka dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak mempunyai dosa. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkan majelisnya para ulama." (Miftaah Daaris Sa'aadah, karya Al-Imam Ibnul Qayyim, 1/77)
Dan beliau juga berkata: "Wahai manusia, wajib atas
kalian untuk berilmu (mempelajari dan mengamalkannya), karena sesungguhnya Allah
Ta'ala mempunyai selendang yang Dia cintai. Maka barangsiapa yang mempelajari
satu bab dari ilmu, Allah akan selendangkan dia dengan selendang-Nya. Apabila
dia terjatuh pada suatu dosa hendaklah meminta ampun kepada-Nya, supaya Dia
tidak melepaskan selendang-Nya tersebut sampai dia meninggal." (Ibid.
1/121)
Kelima: Berkata Abud Darda` radhiyallahu 'anhu: "Sungguh
aku mempelajari satu masalah dari ilmu lebih aku cintai daripada shalat malam."
(Ibid. 1/122)
Bukan berarti kita meninggalkan shalat malam, akan
tetapi ini menunjukkan bahwa mempelajari ilmu itu sangat besar keutamaannya dan
manfaatnya bagi ummat.
Keenam: Dari Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullaah, beliau
berkata:
"Sungguh aku mempelajari satu bab dari ilmu lalu aku mengajarkannya kepada seorang muslim di jalan Allah (yaitu mempelajari dan mengajarkannya karena Allah semata) lebih aku cintai daripada aku mempunyai dunia seluruhnya." (Al- Majmuu' Syarh Al-Muhadzdzab, karya Al-Imam An-Nawawiy, 1/21)
"Sungguh aku mempelajari satu bab dari ilmu lalu aku mengajarkannya kepada seorang muslim di jalan Allah (yaitu mempelajari dan mengajarkannya karena Allah semata) lebih aku cintai daripada aku mempunyai dunia seluruhnya." (Al- Majmuu' Syarh Al-Muhadzdzab, karya Al-Imam An-Nawawiy, 1/21)
Ketujuh: Dari Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullaah, beliau
berkata: "Tidak ada sesuatupun yang lebih utama setelah kewajiban-kewajiban
daripada menuntut ilmu." (Ibid. 1/21)
Bait-bait Syair Tentang Keutamaan Menuntut Ilmu
Syar'i
Adapun bait-bait sya'ir yang menjelaskan tentang
permasalahan ilmu dan kedudukannya itu sangat banyak dan tidak bisa dihitung,
dan di sini hanya akan disebutkan dua di antaranya:
Tidak ada kebanggaan kecuali bagi ahlul ilmi
(orang-orang yang berilmu)
karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk bagi orang yang meminta dalil-dalilnya
dan derajat setiap orang itu sesuai dengan kebaikannya (dalam masalah ilmu)
sedangkan orang-orang yang bodoh adalah musuh bagi ahlul ilmi.
karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk bagi orang yang meminta dalil-dalilnya
dan derajat setiap orang itu sesuai dengan kebaikannya (dalam masalah ilmu)
sedangkan orang-orang yang bodoh adalah musuh bagi ahlul ilmi.
Dan sya'irnya Al-Imam Asy-Syafi'i:
تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا وَلَيْسَ
أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِلُ
وَإِنَّ كَبِيْرَ الْقَوْمِ لاَ عِلْمَ عِنْدَهُ صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْجَحَافِلُ
وَإِنَّ صَغِيْرَ الْقَوْمِ إِنْ كَانَ عَالِمًا كَبِيْرٌ إِذَا رُدَّتْ إِلَيْهِ الْمَحَافِلُ
وَإِنَّ كَبِيْرَ الْقَوْمِ لاَ عِلْمَ عِنْدَهُ صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْجَحَافِلُ
وَإِنَّ صَغِيْرَ الْقَوْمِ إِنْ كَانَ عَالِمًا كَبِيْرٌ إِذَا رُدَّتْ إِلَيْهِ الْمَحَافِلُ
Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang
dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang
yang bodoh.
Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu).
Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu.
Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu).
Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu.
Wallaahul Muwaffiq, Wallaahu A'lam.
TAMAT
(Diringkas dari kitab Aadaabu Thaalibil 'Ilmi, karya
Doktor Anas Ahmad Karzun, hal. 10-18)
[Dinukil dari Buletin Al Wala wal Bara, Diterbitkan oleh
Ma'had Adhwa'us Salaf Bandung, Edisi ke-20 Tahun ke-3 / 15 April 2005 M / 06
Rabi'ul Awwal 1426 H]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar