Radio Muwahiddin

Jumat, 27 Januari 2012

Keutamaan Al-Hasan dan Al-Husein


Keutamaan Al-Hasan dan Al-Husein (Bantahan Syubhat Syi’ah ke- 7)

-----------------------------------------------------------------------------------------
Ahlus Sunnah Mengakui Keutamaan Al-Hasan dan Al-Husein

Al-Hasan dan al-Husein adalah putera dari Ali bin Abi Thalib رضي الله عنهم, cucu Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari anak perempuannya Fathimah رضي الله عنها.

Mereka termasuk kalangan ahlul bait Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang memiliki keutamaan-keutamaan yang besar dan mendapatkan pujian-pujian Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Di antaranya beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:

أِنَّ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ هُمَا رَيْحَتَانَتَايَ مِنَ الدُّنْيَا

(أخرجه البخاري مع الفتح 7/464، 2752؛ والترمذي وأحمد عن ابن عمر)

Sesungguhnya Al-Hasan dan Al-Husein adalah kesayanganku dari dunia. (HR. Bukhari, Tirmidzi dan Ahmad dari Ibnu Umar)

Beliau صلى الله عليه وسلم juga bersabda:

الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ

(رواه الترمذي والحاكم والطبراني وأحمد وغيرهم عن أبي سعيد ورواه أيضا عشرة فى الصحابة وصححه الألباني فى الصحيحة صلى الله عليه و سلم 422، 796)

Al-Hasan dan Al-Husein adalah sayyid (penghulu) para pemuda ahlul jannah. (HR. Tirmidzi, Hakim, Thabrani, Ahmad dan lain-lain dari Abu Sa’id Al-Khudri; Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Hadits ash-Shahihah, hal. 423, hadits no. 796).


Keutamaan Al-Hasan di atas keutamaan Al-Husein

Sedangkan khusus tentang keutamaan Hasan, diriwayatkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

الْحَسَنُ مِنِّي وَالْحُسَيْنُ مِنْ عَلِيٍّ

(أخرجه أبو داود وأحمد والطبراني عن المقدام بن معد كرب؛ وصححه الألباني في الصحيحة صلى الله عليه و سلم 450، 811)

Al-Hasan dariku dan Al-Husein dari Ali (HR. Abu Dawud, Ahmad, Thabrani dari Miqdam Ibnu Ma’di Karib; dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Hadits ash-Shahihah, hal. 450, hadits no. 711)

عَنِ الْبَرَّاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ رَأَيْتُ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيِّ عَلَى عَاتِقِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَقُوْلُ: أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ

(رواه البخاري مَع الفتح 7/474، 2749، ومسلم بشرح النووي 15/189 حديث رقم 6208)

Dari Barra’ bin ‘Azib, dia berkata: Aku melihat Al-Hasan bin Ali di atas pundak Nabi صلى الله عليه وسلم dan beliau bersabda: “Ya Allah sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah dia.” (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, VII, hal. 464, hadits no. 3749 dn Muslim dengan Syarh Nawawi, jus XV, hal. 189, hadits no. 6208)

اللَّهُمَّ إِنِّي أُحِبُّهُ فَأَحِبَّهُ وَأَحِبَّ مَنْ يُحِبُّهُ

(رواه مسلم بشرح النووي 15/188 رقم 6206)

Ya Allah sesungguhnya aku mencintai dia, maka cintailah dia serta cintailah siapa yang mencintainya. (HR. Muslim dengan Syarh Nawawi, juz XV, hal. 188, hadits no. 6206)

Dan dari Anas bin Malik رضي الله عنه berkata:

لَمْ يَكُنْ أَحَدٌ أَشْبَهَ بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ

(رواه البخاري مع الفتح 7/464 رقم 2752)

Tidaklah seorang pun yang lebih mirip dengan Nabi صلى الله عليه وسلم daripada Al-Hasan bin Ali رضي الله عنهما. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, VII, hal. 464, hadits no. 3752)

Dari Al-Hasan رضي الله عنه bahwa dia mendengar Abu Bakrah berkata: “Aku mendengar Nabi صلى الله عليه وسلم di atas mimbar, sedangkan Al-Hasan berada di sampingnya, beliau melihat kepada manusia sesekali dan kepadanya sesekali yang lain dan bersabda:

ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

(رواه البخاري مع الفتح 7/462 رقم 4746)

Anakku ini adalah sayyid dan semoga Allah akan mendamaikan dengannya dua kelompok dari kalangan muslimin. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, VII, hal. 463, hadits no. 3746)

Dan benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam hadits di atas. Setelah ayah beliau Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه terbunuh, sebagian kaum muslimin membai’at beliau, tetapi bukan karena wasiat dari Ali رضي الله عنه. Syaikh Muhibbudin al-Khatib berkata bahwa diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya juz ke-1 hal. 130 –setelah disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه akan terbunuh—mereka berkata kepadanya “Tentukanlah penggantimu bagi kami.” Beliau menjawab: “Tidak, tetapi aku tinggalkan kalian pada apa yang telah ditinggalkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم…” (Lihat Ta’liq kitab al-‘Awashim Minal Qawashim, Ibnul Arabi, ha. 198-199). Akan tetapi setelah itu Al-Hasan menyerahkan ketaatannya kepada Mu’awiyyah untuk mencegah pertumpahan darah di antara kalangan muslimin.

Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Ash-Shulh dari Imam al-Hasan al-Bashri, dia berkata: “Demi Allah“ Al-Hasan bin Ali telah mengahdap Mu’awiyah bersama beberapa kelompok pasukan berkuda ibaran gunung, maka berkatalah ‘Amr bin ‘Ash : “Sungguh aku berpendapat bahwa pasukan-pasukan tersebut tidak akan berpaling melainkan setelah membunuh pasukan yang sebanding dengannya”. Berkata kepadanya Mu’awiyah dan dia demi Allah yang terbaik di antara dua orang : “Wahai ‘Amr! Jika mereka saling membunuh, maka siapa yang akan memegang urusan manusia? Siapa yang akan menjaga wanita-wanita mereka? Dan siapa yang akan menguasai tanah mereka?” Maka ia mengutus kepadanya (Al-Hasan) dua orang utusan dari Quraisy dari bani ‘Abdi Syams Abdullah bin Samurah dan Abdullah bin Amir bin Kuraiz, ia berkata: “Pergilah kalian berdua kepada orang tersebut! Bujuklah dan ucapkan kepadanya serta mintalah kepadanya (perdamaian –peny.)” Maka keduanya mendatanginya, berbicara dengannya dan memohon padanya…. Kemudian di akhir hadits, Al-Hasan رضي الله عنه meriwayatkan dari Abu Bakrah berkata: “Aku mendengar Nabi صلى الله عليه وسلم di atas mimbar, sedangkan Al-Hasan berada di sampingnya, beliau melihat kepada manusia sesekali dan kepadanya sesekali yang lain dan bersabda:

ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ، وَلَعَلَّ اللهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

(رواه البخاري مع الفتح 7/462 رقم 4746)

Anakku ini adalah sayyid dan semoga Allah akan mendamaikan dengannya dua kelompok dari kalangan muslimin. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, VII, hal. 463, hadits no. 3746)

Demikianlah keutamaan Al-Hasan رضي الله عنهما yang paling besar yang dipuji oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Beliau berhasil mempersatukan kaum muslmin, hingga tahun tersebut dikenal dengan tahun jama’ah. Kaum muslimin selamat dari pertumpahan darah antara sesamanya. Dan kekhalifahan Mu’wiyah akhirnya berlangsung dengan persatuan kaum muslimin karena Allah سبحانه وتعالى dengan sebab perngorbanan al-Hasan bin Ali رضي الله عنهما yang besar, meskipun beliau demi Allah adalah lebih berhak menjadi khalifah daripada Mu’awiyah رضي الله عنه, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakar Ibnul Arabi dan para ulama lainnya.

Namun yang mengherankan kaum syi’ah rafidlah yang mengaku pencinta ahlul bait justru menyesali kejadian ini, hingga menjuluki al-Hasan رضي الله عنهما sebagai ‘pencoreng wajah-wajah kaum mukminin’. Sebagian di antara mereka menganggapnya fasik. Bahkan sebagian yang lainnya mengkafirkannya karena hal itu. Berkata Syaikh Muhibbudin al-Khatib mengomentari ucapan syi’ah rafidlah ini sebagai berikut: “Padahal termasuk dari dasar-dasar keimanan Rafidlah, bahkan dasar keimanan yang paling utama adalah keyakinan mereka bahwa al-Hasan, ayah, saudara dan sembilan keturunannya adalah maksum. Dan dari konsekwensi kemaksuman merka, tentu mereka tidak akan berbuat kesalahan. Demikian pula, segala sesuatu yang bersumber dari mereka berarti benar dan tidak akan terbatalkan. Sedangkan apa yang bersumber dari al-Hasan bin Ali رضي الله عنهما yang paling besar adalah pembai’atan terhadap amirul mukminin Mu’awiyah, maka mestinya merekapun masuk dalam baiat ini dan beriman bahwa ini adalah hak, karena ini adalah amalan seorang yang maksum menurut mereka. (Lihat catatan kaki kitab al-Awashim minal Qawashim, hal. 197-198)

Demikianlah keculasan kaum Syi’ah Rafidlah. Mereka menyelisihi imam mereka yang mereka anggap maksum, menyalahkan, memfasikkan bahkan mengkafirkannya. Oleh karena itu handa terdapat dua kemungkinan bagi mereka:

Pertama, mereka berdusta atas ucapan mereka sendiri tentang kemaksuman dua belas imam mereka, maka hancurlah agama mereka (agama itsna ‘Asyariyah).

Kedua, jika mereka meyakini kemaksuman al-Hasan, maka mereka adalah para pengkhianat yang menyelisihi imam –yang mereka anggap maksum—dengan permusuhan dan kesombongan serta kekufuran.

Berbeda dengan ahlus sunnah yang beriman dengan kenabikan “kakek al-Hasan” صلى الله عليه وسلم berpendapat bahwa perdamaian dan bai’at al-Hasan رضي الله عنهما kepada Mu’awiyyah رضي الله عنه adalah salah satu bukti kenabian beliau صلى الله عليه وسلم dan amal terbesar al-Hasan رضي الله عنهما serta mereka bergembira dengannya, dan mengganggap al-Hasan yang memutihkan wajah kaum muslimin.


Ust. Muhammad Umar As Sewed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."