Salah satu metode pembodohan umat serta
pengelabuan yang sering dipaksakan untuk melindungi kebatilan dan ahlul
bathil adalah sikap membantah kesalahan yang kemudian di”ilzam”kan
(bendera yang oleh sebagian orang getol didengung-dengungkan saat ini
untuk membela kebatilan dan para tokohnya) sebagai sebuah sikap
mencari-cari aib, memakan bangkai saudaranya dan lain-lain ucapan tak
bermutu yang intinya adalah “buruk muka cermin yang dibelah”. Berupaya
kuat untuk membela dan melindungi si pelaku (baik dirinya sendiri atau
orang lain) dengan cara memalingkan umat dari bukti-bukti kesalahan atau
penyimpangannya demi melarikan diri dari kewajiban syar’i untuk rujuk
dan bertaubat. Allahul musta’an.
Simaklah contoh di bawah ini, sebuah
forum umum whatsapp dari seorang yang “alergi” tahdzir ternyata tanpa
rasa canggung sedikitpun memamerkan kepada seluruh anggotan grupnya
sebagai ajang “tahdzir” serapah (yang tak mempunyai bobot ilmiyah sama
sekali).
Gambar 1. Sebuah pengakuan jujur,
bangkai yang dipamerkan secara terbuka dan disebarluaskan sendiri pada
segenap pembacanya guna menentang dan menantang tahdziran Masyayikh
Ahlussunnah terhadap Rodja di pelbagai penjuru dunia itu bernama [……….]
Tudingan-tudingan mereka terhadap
Ahlussunnah sebagai Jama’ah Tahdzir, Tukang Tahdzir, Majelis Ghibah,
Pecah Belah dan seabreg ucapan kotor lainnya sejatinya lebih pantas
tertuju kepada para pengucapnya, dan memang dibuktikan dengan
kenyataannya.
Teringatlah kami dengan firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ (٢)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ
تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ (٣)
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa
kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian
di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(QS. Ash Shaff: 2-3)
Walaupun dia akan
menyembunyikan/menghapus jejak bukti kejahatannya dengan seribu satu
macam hilah yang dimajukan, tetapi lihatlah kenyataan di atas! Bukankah
segenap pembaca risalah ini telah mengetahui bukti faktanya sebagai
corong Halabiyun Rodja yang tak tergoncangkan sampai saat ini?? Jadi,
silakan diwhatsappkan kepada siapa yang anda kehendaki. Dan jangan salah
sasaran lagi.
Dan jika engkau wahai Riz merasa kurang
bukti, kami telah membantu anda bahan whatsappnya, bagaimana si Ja’far
Salih ini memamerkan menu hizbi kesukaannya, dedengkot gaek Turatsiyun
Halabiyun Rodjaiyun Khalid Syamhudi, tentu saja dialog mesramu menjadi
hiasan penambah duka:
Gambar 2. Screenshot menu bangkai
hizbiyah kesukaan Ja’far Salih yang dipamerkan pada umat per Ahad, 29
September 2013. Silakan diWhatsAppkan riz, jangan ragu!!
Di sini, kami ingin menegaskan kepada pembaca risalah ini, bahwa yang salah pencet rudal tersebut benar-benar telah mengetahui dan mengakui bahwa Ja’far Salih di atas penyimpangan, dosa dan kesalahan
dalam keadaan tetap terjalinnya keakraban diantara mereka, dan bahkan
tampak seiring seirama sebagaimana dialog keakraban yang
dipertontonkannya kepada segenap grup whatsapp As-Sunnah di atas.
Allahul musta’an.
Bahkan demi mempertahankan keyakinan
bathilnya, berbohong atas nama para ulama-pun bukan sesuatu yang berat
untuk dipertontonkannya kepada kita semua yang membacanya:
Gambar 2. Syubhat like this Salafy
Goyang yang banyak penggemarnya. Lantang berteriak Anti ilzam ternyata
tanpa rasa malu gagah berani mengilzam isi hati orang yang membantah
kesalahan. Plintat plintut? Na’am.
Dan di atas prinsip Sok Tahu (baca:mengada-ada) tersebut, dia begitu PDnya memvonis :
Gambar 3. Ini kaedah Ulama (sesatnya) Adnan Ar’ur dan Ja’far Salih, bukan kaedahnya para ulama Ahlussunnah
Benarkah syubhat di atas, dimana para
ulama mensyaratkan untuk menasehati dulu sebelum membantah kesalahan?
Lalu siapa saja contoh para ulama yang terkena racun ucapannya?
Alhamdulillah, Asy Syaikh Al Albany,
Ibnu Utsaimin rahimahumallah, Asy Syaikh Robi’ hafizhahullah telah
membantah Ja’far Salih sebelum dia menyebarluaskan prinsip beracunnya di
dunia facebook!
Sebuah bantahan ilmiyah yang lebih dari
cukup untuk meluluhlantakkan syubhat-syubhat bathil yang dilontarkan
Ja’far Salih hadahullah:
Gambar 4. Kaidah yang didengung-dengungkan Jafar Salih ternyata kaidah Ulama AhlussunnahSesat Hizbi Takfiri ‘Ar’ur
Lalu bagaimana bimbingan ulama dalam
menyikapi kesalahan yang telah ter/disebarluaskan ke tengah-tengah umat?
Benarkah itu termasuk mencari-cari aib, memakan bangkai yang terlarang
di dalam dien? Berikut bimbingan dari dua ulama Ahlussunnah yang
nama-nama beliaunya tidak asing lagi bagi kita. Semoga bermanfaat.
Amien.
العلامة صالح الفوزان
يقول :أحسن الله إليكم
هل من منهج السلف أنه إذا أخطأ أحد الدُعاة وخالف نهج السلف أن يُنشر خطأؤه عبر وسائل الإعلام والرسائل ؟
الجواب:إذا كان نشر قوله على الناس فلابد من نشر الرد عليه لبيان الحق أما إذا كان ماأنتشر قوله فإنه يُناصح ويكفي هذا .نعم
Telah ditanyakan kepada Asy Syaikh DR
Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah: Ahsanallahu ilaikum, apakah
termasuk manhaj salaf apabila salah seorang da’i keliru dan menyelisihi
manhaj salaf, untuk dijelaskan kesalahannya melalui media media
informasi dan risalah risalah?
Jawaban beliau:
“Apabila ia menyebarkan perkataannya
atas khalayak manusia, maka haruslah bantahan yang ditujukan atasnya
juga disebarkan dalam rangka menjelaskan kebenaran, namun jikalau
perkataannya yang keliru tidak tersebar, maka cukup dinasehati saja dan
hal ini cukup, na’am”
Berikutnya adalah dialog antara Al
Ustadz Dzulqarnain dengan Asy Syaikh Robi’ hafizhahullah dalam tema yang
sama, bagaimana sikap Ahlussunnah terhadap kesalahan yang
di/tersebarluas(kan):
الأستاذ ذو القرنين: فالشاهد يا شيخ ربما بتر الكلام وكذا وهذا الكلام جاء من رجل يفسد بيننا هو الذي يتتبع أشرطتي.
Al-Ustadz Dzulqarnain: Ada syahid ya
Syaikh, sering ucapan itu dipotong-potong seperti ini seperti ini dan
ucapan ini datang dari seseorang yang merusak hubungan diantara kami, dialah yang suka mencari-cari kaset-kasetku.
(Catatan: Darimana beliau tahu? Apakah sudah membelah dadaku & menengok kesukaanku? Wallahi
dia telah berdusta, Allah-lah sebaik-baik saksi atas kedustaannya di
depan Asy Syaikh Robi’, Asy Syaikh Robi’, Asy Syaikh Khalid dan
asatidzah. (Jujur saja) walaupun pahit bagi sebagian orang untuk
membacanya, aku tidak suka mendengarkan (apalagi) mencari-cari
kaset/rekamannya. Aku tahu tentang fatwa karma bathilnya dari kabar
seorang ikhwah yang filenya diposting-sebarluaskan oleh seorang Sururi
Halabiyun Bali, Badrimin di situsnya: salafbali.blogspot.com)
الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: من هو؟
Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Siapa dia?
الأستاذ ذو القرنين: هذا الكلام
لقمان جاء به الآن من رجل اسمه عبد الغفور، وعبد الغفور هذا يتتبع أخطاء
إخواننا أنا وأستاذ جعفر وفلان وعلان وهذا الذي يفسد بيننا.
Al-Ustadz Dzulqarnain: Ucapan ini sekarang dibawa oleh Luqman yang berasal seseorang yang namanya Abdul Ghafur, dan Abdul Ghafur ini suka mencari-cari kesalahan para ikhwah kami, yaitu saya, ustadz Ja’far, fulan dan alan. Dia inilah yang merusak hubungan diantara kami.
الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: اسمع بارك الله فيك هذا الذي له الأخطاء تنتشر يسكت عنها يجوز السكوت عنها؟!
Asy Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Dengarkanlah
-baarakallahu fiik- orang yang dia memiliki kesalahan-kesalahan yang
masih terus menyebar, bolehkah mendiamkan kesalahan-kesalahannya?!
الأستاذ ذو القرنين: نعم يا شيخ؟
Al-Ustadz Dzulqarnain: Na’am, ya Syaikh?
الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: إذا كان له أخطاء تنتشر في الأشرطة يجب السكوت عنها؟
Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Jika dia memiliki kesalahan-kesalahan yang tersebar, apakah wajib untuk mendiamkannya?
الأستاذ ذو القرنين: لا بأس شيخي نحن نوافق في… والحمد لله…
Al-Ustadz Dzulqarnain: Tidak masalah Syaikh, kami sepakat dalam masalah ini walhamdu lillah.
الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: انتشرت الأشرطة…
Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Kaset-kaset telah tersebar…
الأستاذ ذو القرنين: بس ينقل
أشياء ما هي بسبب…من الأخطاء..الرجل جاهل وما يستطيع يحكم على هذه…و… بين
السلفيين و…فتن… وممكن تعالجها…
Al-Ustadz Dzulqarnain: Dia menukil
banyak hal yang bukan merupakan sebab dari kesalahan-kesalahan, orang
ini jahil dan tidak mampu menghukumi perkara ini… diantara salafiyin ada
fitnah-fitnah yang masih mungkin untuk diselesaikan.
الشيخ ربيع بن هادي عمير
المدخلي: …إذا فيه أخطاء بارك الله فيك ينصح المخطئ و… في الشريط، …المؤمن
لين سهل المؤمن لين سهل وعمر كان وقافا عند كتاب الله وقافا عند كتاب الله…
بسرعة وكونوا وقافين عند كتاب الله… منهج السلف الصالح بارك الله فيكم…
الحاكم ألف كتابا المدخل… الذي يخطئ يجب أن يتراجع بسهولة… اتركوا أسباب
الخلاف فيما بينكم وتآخوا فيما بينكم وإذا نشأ الخلاف… بارك الله فيكم.
Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Jika
ada kesalahan-kesalahan -baarakallahu fiik- maka yang salah dinasehati
yaitu kesalahan yang ada di kaset.. seorang mukmin itu gampang dan
mudah, seorang mukmin gampang dan mudah. Umar (sebagai contoh) beliau
adalah seorang yang selalu berhenti di hadapan Kitabullah, selalu
berhenti di hadapan Kitabullah. Cepat (bertaubat) dan jadilah kalian
orang-orang yang selalu berhenti dihadapan Kitabullah. Manhaj salafush
shalih -baarakallahu fiikum- Al Hakim menulis sebuah kitab yaitu Al
Madkhal… pihak yang salah wajib untuk rujuk dengan mudah. Tinggalkan
sebab-sebab perselisihan diantara kalian dan salinglah bersaudara
diantara kalian, dan jika terjadi perselisihan… baarakallahu fiikum.
(Sumber file: Liqa’ Ma’a Asy Syaikh
Robi’ 17 Ramadhan 1433H/ 6 Agustus 2012, direkam oleh Kafilah Al Ustadz
Dzulqarnain, mulai menit 24:34 – 26:42)
Audio:
atau download di sini
Faidah-faidah (dan ini bukan untuk membatasi):
- Harus/wajib membantah kesalahan-kesalahan yang telah tersebar di khalayak manusia.
- Hendaknya kita bisa membedakan antara mencari-cari aib (yang terlarang secara syar’i) dengan membantah “aib” yang di/tersebarluas(kan) di tengah-tengah umat manusia.
- Bersikap jujur kepada ulama manakala kita menyampaikan persoalan karena yang dikehendaki adalah mendapatkan bimbingan di atas kebenaran dan bukan mencari-cari pembenaran, apalagi sampai berkeyakinan bahwa mencari kebenaran dengan mencari pembenaran beda-beda tipis (seperti yang dilontarkan oleh Ja’far Salih). Bagaimana mungkin antara upaya untuk berjalan di atas Al Haq dengan Al Bathil beda-beda tipis?
- Tercelanya mengelabui manusia/berdusta (apalagi atas nama ulama)
- Terjadinya perselisihan tidak menjadikan bolehnya menyampaikan berita dusta/fitnahan karena bagi seorang Muslim tujuan tidak menghalalkan segala cara
- Seorang mukmin itu gampang dan cepat bertaubat dari kesalahan
- Pihak yang salah wajib untuk rujuk dengan mudah.
Seusai pertemuan di kediaman Asy Syaikh
Robi’ tersebut, Kafilah Al Ustadz Dzulqarnain melanjutkan perjalanan ke
negeri Yaman, tepatnya ke markas Ahlussunnah di Ma’bar untuk mengangkat
kembali seputar fitnah Rodja (yang baru saja dibahas bersama Asy Syaikh
Robi’ hafizhahullah yang diantara keputusan beliau adalah mentahdzirnya) kepada Asy Syaikh Al Imam hafizhahullah.
Pertanyaan yang diajukan kepada Asy Syaikh Al Imam hafizhahullah adalah:
الأستاذ عبد البر: حصل الخلاف ف ي إندونيسيا حول الإذاعة تسمى ب إذاعة «الرجاء» فيجاكرتا، والذي أشرف عليه الشيخ عبد الرزاق ال بدر، والقائمين كثير منهم من خر يج الجامعةالإسلامية، منهم من ا غتر بإحياء التراث، حصل الخلاف بيننا، بعضهم يقول: نحذر منهم ح تىيعرف الناس ما عليه إحياء الت راث، وبعض الإخوة يرى ليس من ال حكمة نحذر منهم لأن بعضالمنكرات أكبر منها مثل القبوريين، مثل تعرفون عمر بن الحفيظ مرة أو مر تين يلقي محاضرةعندنا في سنة في جاكرتا، جاء إليه رئيس وجاء إل يه أناس كثيرون بمئات ألاف يجتم عون حوله
أنتم إن شاء الله ما فيه مانع، إن رأيتم تمرون على الشيخ ربيع تجلسون معه…
Al Ustadz Abdul Barr: “Terjadi perbedaan
pendapat di Indonesia tentang stasiun radio yang dinamakan radio rodja
di Jakarta. Radio ini dibina oleh Asy Syaikh Abdurrazaq Al Badr. Dan
orang-orang yang mengelolanya banyak dari mereka yang merupakan lulusan
Al Jami’ah Al Islamiyyah yang sebagian mereka ada yang tertipu dengan
Ihya’ at Turots. Terjadi perbedaan pendapat diantara kami.
Sebagian mengatakan: “Kita tahdzir mereka agar manusia mengetahui
hakekat Ihya’ at Turots.” Sedangkan sebagian ikhwah berpendapat bahwa
bukan termasuk hikmah dengan kita mentahdzir mereka, karena
sebagian kemungkaran ada yang lebih besar darinya, seperti para
penyembah kubur, seperti yang anda ketahui Umar Al Hafizh pernah sekali
atau dua kali menyampaikan ceramah pada sebuah tahun di negeri kami di
Jakarta yang dihadiri oleh pemerintah dan manusia yang banyak yang
mencapai ratusan ribu yang datang.
الأستاذ ذو القرنين: وهذه الإذا عة تقوم بما يناظر أو يقارب من عمر بن الحفيظ، إذا جاءالشيخ عب د الرزاق مثلا يحاضر في الجامع الكبير «جامع الاستقلال» في جاك رتا، وهذا يعتبر أكبرجوامع في ش رق الآسيا.
طبعا نحن نعرف الإذاعة فيها أنا س متأثر بإحياء التراث ونحن ننك ر عليه ونحن كذا، لكن هل منالحك مة مثلا لعموم الناس الذين اغتر وا بالصوفية، نحذرهم: لا تسمعوا هذه الإذاعة وكذا؟
Al Ustadz Dzulqornain: “Dan radio ini
juga menyelenggarakan yang hampir sama atau mendekati semaraknya acara
Umar Al Hafizh jika misalnya Asy Syaikh Abdurrozaq yang datang
menyampaikan ceramah di masjid Jami’ Al Istiqlal di Jakarta, dan masjid
teranggap sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara. Tentunya kami
mengetahui radio Rodja padanya terdapat orang-orang yang terpengaruh
dengan Ihya’ at Turots dan kami mengingkarinya dan demikianlah sikap
kami, hanya saja apakah termasuk hikmah misalnya bagi keumuman
manusia yang tertipu dengan Shufiyyah kita peringatkan mereka: “Jangan
mendengar radio ini?” demikian.
Diantara jawaban dan nasehat yang sangat penting beliau hafizhahullah adalah:
أنتم إن شاء الله ما فيه مانع، إن رأيتم تمرون على الشيخ ربيع تجلسون معه…
“…Kalian insya Allah tidak ada
penghalang jika kalian memandang perlu untuk berkunjung ke Asy Syaikh
Rabi’ untuk duduk menyampaikan masalah kepada beliau.” (!!?!)
Alhamdulillah Al Ustadz Na’im (yang
merupakan salah satu anggota kafilah Al Ustadz Dzulqarnain pada jalsah
Mekah dan Ma’bar tersebut) telah memberikan penjelasan dari nasehat Asy
Syaikh Utsman As Salimi hafizhahullah bahwa hal semacam ini merupakan
sebab-sebab yang bisa mengantarkan pada perselisihan/perpecahan
(baca:adu domba antar ulama):
Audio:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar