Spesialis Onar bermulut Kasar (SpOKa)
Sore yang cerah meski bagaskara malu-malu
bersembunyi di balik tumpukan awan Stratus… Sinar kuningnya yang
berbalut keemasan menerobos awan, menitipkan selimut kehangatan hingga
memendarkan segumpal rasa kagum dan syukurku… Tak seperti hari-hari yang
berlalu dalam sepekan lalu, yang kerap murung dirundung mendung,
ditingkahi tangisan anak-anak hujan dan teriakan-teriakan menggelegar
sang petir…
Entah telah berapa kali sesiang ini, aku
menjenguk anak-anak lele di kolam buatan… Memang bukan milikku, namun
ada rasa senang dan sedih yang mulai menyusup di belahan hatiku… Senang
tatkala melihat anak-anak lele itu nampak besar-besar, dan sedih
tatkala berdiri di tepian kolam sambil sesekali merenungi fitnah yang
bertubi-tubi melanda Ikhwah Salafiyyin di negeri ini. Anak-anak lele itu
sesekali menampakkan bayangan tubuhnya di bawah permukaan air kolam
yang tak bisa dibilang jernih. Tanah dan debu yang sebelumnya larut dan
mengendap, nampak bergolak-golak terkena kibasan tubuh dan sirip
anak-anak lele itu. Barangkali seperti itu fitnah yang tengah terjadi…
Bergolak-golak dan mengotori umat akibat ulah segelintir orang yang
memuaskan dirinya dengan hawa nafsu dan mengibarkan bendera persatuan
palsu di tengah-tengah umat…
Lantas jika ada perkataan seperti ini :
” na am islah yang telah dibangun oleh 2
syaikh yang mulia abdullah mar i dan salim bamuhriz telah dikoyaknya ….”
bukankah saya sebagai mad’u layak bertanya :
” Sebenarnya siapakah yang telah mengoyak-koyak islah dengan menghembuskan kêmbali kebencian dan dan permusuhan kepada asatidzah ahlussunnah ? “
Dan jika ada perkataan seperti ini :
maka mad’u seperti saya pun juga butuh
“supaya umat tahu siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di
tengah-tengah salafiyyin saat ini? dan siapakah orang-orang yang tidak
suka jika islah itu tercipta di tengah-tengah salafiyyin?”
Hmm…
Mohon pembaca tidak berlebihan dalam
menilai saya berlebihan dalam memberi judul… Memang begitulah
keadaannya. Jika boleh saya memberikan perumpamaan yang sederhana dalam
bentuk –mohon maaf– Upil dan Ngupil, maka tak ada yang akan
mengingkari bahwa tiap orang punya Upil. Saat ketahuan sedang Ngupil
bisa jadi orang tersebut malu dan segera beralih aktivitas yang lebih
positif. Walaupun kadang ada yang memilih tetap melanjutkan ritual
Ngupil, ada juga yang mencari tempat yang privasi untuk Ngupil… Ketahuan
Ngupil lagi, cari tempat lain untuk Ngupil… Jika ketahuan lagi, apakah
lantas orang tersebut akan mengatakan kata-kata seperti :
” Ini fitnah! Ini tuduhan keji
dan dusta…! Mencari-cari kesalahan orang lain…! Membongkar aib orang
lain..! Suka mentahdzir…! Membuat onar dengan tuduhan saya Ngupil, ini
akan menyebabkan… “
Itu jika analogi saya yang sederhana
tersebut bisa diterima. Tapi urusannya akan lain jika keonaran itu bukan
disebabkan Upil, namun disebabkan pribadi-pribadi yang benar-benar
membawa masalah besar bagi da’wah. Dimanapun tempat bercokol yang telah
disinggahi, tak akan beda hasilnya untuk umat : Keonaran.
Dalam suatu kesempatan tanya jawab
dauroh, salah seorang peserta bertanya kepada Ustadz pemberi materi :
“Apakah kita sebagai penuntut ilmu boleh menyebutkan kesalahan orang
yang dikenal sebagai da’i Salafi yang terang-terang melakukan kesalahan
di hadapan teman-teman kita?”
Maka silahkan anda nilai sendiri setelah mendengar rekaman beliau hafidzohulloh…
(di sini http://goo.gl/ftcxq . Menit 31:19 – 33:00)
* * *
Sekira 40-an tahun yang lalu lahir jabang
bayi yang mungkin tak seorang pun akan mengira dia akan tumbuh dewasa
dan mempunyai tabiat seperti sekarang ini… Siapapun mungkin tak akan
mengira dirinya akan menjadi setenar seperti sekarang ini. Menjadi
“penemu” dan pioner dalam kancah persatuan umat. Ya.. menjadi penyeru
persatuan antara hizbiyah dan ahlus-sunnah, antara mubtadi’ah dan dua’tu
ilalloh. Nas’alullohal ‘aafiyah was salaamah…
Jika pembaca mempunyai kesempatan
bertanya kepada Ikhwah Salafiyyin yang telah lama mengikuti kajian di
Surabaya, maka hal itu akan membuat luka lama mereka terkuak kembali.
Dalam satu kesempatan ceramah di sebuah masjid, orang ini pernah membuat
masyarakat resah dengan ceramahnya. Buntutnya, masyarakat menuntut
bagian dalam ketakmiran masjid tersebut. Apakah terbayang di benak kita
sebuah masjid yang telah dikelola sepenuhnya oleh Salafiyyin, akhirnya
tergolek tak berdaya menghadapi tuntutan masyarakat? Betapa sedihnya Al
Ustadz Haryadi sebagai penasihat ketakmiran masjid tersebut… Andil besar
apa yang telah dilakukan orang ini selain keonaran?
Di Pekalongan orang ini telah membuat keonaran
di kalangan Ikhwah Salafiyyin di sana. Hingga kini, sebagian Ikhwah
Salafiyyin antipati dengan masjid ‘Umar bin Khottob yang merupakan aset
da’wah Salafiyyin. Apakah kita terbayang, bagaimana mungkin Ikhwah
menjadi enggan untuk sholat di masjid milik Salafiyyin tersebut? Bahkan
mereka memilih sholat di musholla yang sebelumnya telah mati…
Di Yogyakarta Ikhwah Salafiyyin merasa
berat dengan kehadirannya… Apakah terbayang oleh akal sehat kita, suatu
tempat yang masyarakatnya telah dibina lama oleh Ikhwah Salafiyyin,
akhirnya masyarakat tersebut memberikan penilaian negatif hanya karena
Jas Hujan? Dimanakah sifat rohmah orang ini untuk membiarkan orang awam
tersebut menggunakan jas hujan (miliknya), sementara maslahat da’wah di
tempat tersebut lebih besar dan lebih utama..?
Setelah dari Pekalongan, orang ini
akhirnya bermukim di sekitar kota Solo. Dalam kesempatan yang hampir
bersamaan, Asatidzah Solo mendapatkan warning cukup keras dari
segenap Ikhwah di daerah lain. Ada yang memberi peringatan dalam bentuk
tantangan. Bagaimana mungkin mereka berani memberikan tantangan seperti
ini : “Kalau bisa bertahan akur 2 tahun, kami berikan acungan 2 jempol untuk Asatizah dan Ikhwah Solo !”
Apakah mereka sekurang ajar itu, ataukah….? Walhamdulillah, ternyata
Asatidzah dan Ikhwah di sana mampu bersabar dan berdamai dengan biang
keonaran ini hanya 3 tahun… Mereka harus bersabar dalam urusan
Da’wah dan muamalah keduniaan dengan orang ini… Sebenarnya seorang
Ustadz kibaar dan dituakan yang tidak pernah menetap di Jember telah memberikan nasihat kepada Asatidzah Solo : “Jangan bermuamalah masalah keuangan dengan orang ini, dan jangan sekali-kali dia disuruh untuk mengisi ta’lim”.
Saya sampaikan kisah seorang Ikhwah untuk
menggambarkan kebenaran yang disampaikan Ustadz kibaar dan dituakan
tersebut. Salah seorang Ikhwah di Solo merasa terdholimi ketika
bermuamalah dengannya dalam urusan pembangunan rumahnya, yang hingga
kini urusan tersebut belum selesai. Apakah terbayang di benak kita,
Ikhwah tersebut harus menggadaikan sertifikat milik saudaranya sementara
uangnya tidak segera dikembalikan? Dalam keadaan pembuat onar ini
secara dhohir mampu menjalankan bisnisnya, pergi ke sana ke mari, bahkan
menikah lagi… Bisa jadi benar bahwa bisnis, pergi ke sana ke mari,
bahkan menikah lagi tidak berhubungan langsung dengan utang. Tapi apakah
semua aktivitas tersebut tidak butuh uang? Dan apakah Ikhwah tersebut
juga tidak butuh uang?
Dalam sebuah kajian di Kartosuro (sekitar Solo), seorang
Ikhwah yang tidak mengetahui telah adanya larangan merekam kajian
meletakkan alat perekam (MP3 record) di depan orang ini. Dengan serta
merta, orang ini membanting MP3 tersebut hingga rusak… Apakah
terbayang di benak kita, Ikhwah yang sangat mengandalkan MP3 tersebut
sebagai modal untuk belajar ilmu agama menjadi sangat sedih, sementara
Alloh karuniakan Ikhwah tersebut keterbatasan fisik berupa tidak
mempunyai kedua tangan seperti kita…? Dimanakah sifat rohmahnya
untuk berkata lemah lembut semacam : “Mohon nanti dihapus rekamannya”
atau yang semisalnya… Apakah sifat tersebut telah tertelan Sifat Onarnya…?
Di depan majelis sebuah Ma’had Salafiyyin
(sekitar Solo) yang siarannya dipancarkan melalui radio, orang ini
pernah berceramah menjatuhkan harga diri Asatidzah lain (dengan menyebut
nama mereka) hanya karena Asatidzah Solo tersebut belum diberikan
kesempatan untuk beristri lebih dari satu… Bahkan orang ini tidak hanya
menjatuhkan harga diri Asatidzah di Solo saja. Di tempat lain pun
dilakukannya. Orang ini telah berkata kepada beberapa Asatidzah dengan
kalimat semacam ini, “Dulu ketika sebelum Ayip dan Mukhtar datang, da’wah di Solo berkembang. Tapi saat kedua orang ini datang, da’wah di Solo onar”.
Akankah terbayang oleh akal sehat kita, saat orang ini berceramah ada ummahat yang langsung mematikan radionya? Karena tutur kata yang kasar telah sering keluar dari lisan orang ini ditujukan kepada akhwat dan ummahat. Terpaksa dan berat rasanya harus saya sebutkan kata-kata yang diucapkan orang tersebut di sini, seperti kata-kata : “Cangkemmu menengo!” –Mulutmu (dalam bahasa jawa yang kasar, lebih pantas untuk binatang) diamlah!–, “Preman bercadar“, “Cocotmu“–mulut (dalam bahasa jawa, maknanya lebih kasar dibandingkan (mohon maaf) “cangkem“–. Bahkan yang lebih dari hal itu pernah dilakukannya. Suatu saat seorang Ikhwah bertanya, “Dimanakah Syaikh ‘Abdulloh (Al Mar’ie Al Adani—hafidzohulloh–)? Jawab orang ini, “Merat!” –dalam bahasa Jawa Timur, maknanya lebih kasar dibandingkan minggat atau kabur tanpa pamit. Pantaskah kiranya, seorang yang dianggap berilmu mengucapkan hal ini kepada seorang Syaikh?
Saya sebagai mad’u yang masih belajar
kepada para Asatidzah tersenyum pahit membaca tulisan-tulisan : “supaya
umat tahu siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah
salafiyyin saat ini? dan siapakah orang-orang yang tidak suka jika islah
itu tercipta di tengah-tengah salafiyyin?”. Tidak adakah kata-kata lain
yang layak engkau tawarkan sebagaimana engkau getol menawarkan buku
daganganmu hatta kepada hizbiyyin?
Sebagai mad’u saya bingung untuk bersikap
sedih atau justru tertawa ketika membaca celotehnya yang paradoks, ” na
am islah yang telah dibangun oleh 2 syaikh yang mulia abdullah mar i
dan salim bamuhriz telah dikoyaknya ….” sementara kehormatan Syaikh-pun
dikoyak-koyak olehnya… Bahkan saya menjadi teringat kisah para Ustadz
yang sedang menjalani rangkaian perjalanan ‘Umroh di Madinah. Ketika
itu berkumpul Al Ustadz Muhammad ‘Umar As Sewed, Al Ustadz Ahmad Khodim,
Al Ustadz ‘Abdush Shomad, Al Ustadz Ayip Syafruddin bersama Asy-Syaikh
‘Abdulloh Al Mar’ie dan Asy-Syaikh Muhammad ibn Gholib –Hafidzohumulloh. Berkata Asy-Syaikh ‘Abdulloh yang mulia, “Amma ….(beliau menyebut nama orang ini dengan jelas), maa ‘indahu ‘ilm, maa ‘indahu akhlaq” – Adapun …(orang ini), tidak ada padanya ilmu dan tidak juga berakhlaq.
Kembali saya menjadi bertanya-tanya,
siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah salafiyyin saat ini?
Jurusan Tukang Onar
Seandainya dari Indonesia Barat hingga
Timur orang ini berteriak-teriak sekencang-kencangnya bahwa Ishlah yang
dibangun kedua Syaikh yang mulia telah dirusak, untuk siapakah kalimat
ini? Yang saya ketahui, orang ini terlibat Ishlah pada tanggal 28 Juni
2005 tersebut.
Sebagai mad’u saya bertanya-tanya, apakah orang ini masih menyimpan filenya?
Sreenshoot salah satu hasil Ishlah (28 Juni 2005)
Sreenshoot salah satu hasil Ishlah (28 Juni 2005)
Seandainya orang ini adalah orang bijak
yang senantiasa mengingatkan secara langsung Asatidzah yang lain untuk
ruju’ dari kesalahan, tidak menyebarluaskan permasalahan yang pelik di
internet, dan tidak sedang membuat makar dan onar; tentulah dia tidak
akan melakukan hal ini :
Bukankah hal ini melanggar hasil-hasil Ishlah di atas?
Seandainya orang ini adalah orang bijak
yang senantiasa mengingatkan secara langsung Asatidzah yang lain untuk
ruju’ dari kesalahan, tidak menyebarluaskan permasalahan yang pelik di
internet, dan tidak sedang membuat makar dan onar; tentulah dia tidak
akan melakukan hal ini :
Bukankah hal ini melanggar hasil-hasil Ishlah di atas?
Kembali saya sebagai mad’u bertanya-tanya,
siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah salafiyyin saat ini?
Yang ada di hadapan pembaca sekarang ini
adalah bentuk pengingkaran terhadap apa-apa yang dia lakukan.
Alhamdulillah. Dan mengingatkan teman-teman, betapa bahayanya hasil
tingkah polahnya yang menyerupai preman. Tengoklah usaha dia kali ini :
Bergaya Preman, Provokasi umat
Apakah layak seorang yang disematkan gelar padanya da’i melakukan aktivitas premanisme seperti tersebut?
Kembali saya sebagai mad’u bertanya-tanya,
siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah salafiyyin saat ini?
Belum lagi kengawuran tingkat tingginya
dalam menyajikan data yang sekali lagi menyebabkan : (mungkin Anda mulai
bosan dengan kata ini)
Keonaran.
Kengawuran tingkat tinggi
Menuduh orang lain sebagai pembobol email, hingga Ikhwah tersebut mendustakan omongan Tukang Onar ini. Mereka yang faham setidaknya akan tersenyum kalau tidak diijinkan tertawa… Sebagai misal, siapapun yang bisa mengakses internet dan membuka Friendster akan bisa melihat data-data tersebut…
Belum lagi kengawuran tentang hal ini yang menyebabkan Keonaran:
Kengawuran mengesankan
Bagaimana mungkin seorang
yang berlabel da’i berbuat sebagaimana dukun berbuat? Orang ini bak
menafsirkan sesuatu bagi orang yang ketagihan Togel. Menafsirkan SMS
lalu memberikan maknanya kepada orang-orang, tanpa tabayyun terlebih
dahulu kepada pengirim SMS. Bukankah ini menyelisihi igauan dia selama
ini tentang Ishlah? Disertai tuduhan terhadap orang lain, tidak suka
Ishlah yang tuduhan-tuduhan itu dibangun di atas asas Prasangka…
Bukankah menanyakan
langsung kepada Pengirim SMS (yang engkau telah kenal no-nya) itu lebih
mudah dan lebih selamat bagimu ketimbang dirimu harus mengaktifkan
Facebook di hpmu kemudian memposting di hadapan teman-temanmu?
Seandainya tidak begitu, untuk menghidupkan silaturahmi bukankah engkau
telah tahu dimana orang yang kau maksud berdomisili, mengajar dimana dan
sholat dimana? Bukankah mendatanginya pun bukan sesuatu yang sulit?
Akibat dirimu tidak melakukan tabayyun, engkau tidak memuat di
Facebookmu kalimat ini:
“Semoga Alloh Ta’ala menyelesaikan masalah yang
ada dengan akhir yang baik bagi semua pihak.amin.” Tentunya akan lain,
jika SMS yang dikirim oleh Pengirim SMS itu kepada Ustadz Na’im dimuat
secara utuh…
Namun begitulah. Dan saya
merasa capek menyebutkan kata-kata itu …. Benarlah perkataan Asy-Syaikh
‘Abdulloh Al Mar’ie bahwa orang ini “…
maa ‘indahu ‘ilm, maa ‘indahu akhlaq”.
Satu hal lagi, seorang ikhwah Solo
berkisah pernah bertanya kepada orang ini tatkala dirinya mengisi dauroh
di Klaten sekira 5 tahun yang lalu,”Saya mengharapkan penjelasan
tentang Sururiyyah. Ketika itu, dia memberikan jawaban,” Butuh dauroh
untuk menjelaskan tentang hal ini.”"
Jawaban tersebut berkesan sekali untuk ikhwah tersebut, dan saya terkesan bahkan cemburu tatkala mengetahui orang ini mulai menjalin cinta dengan orang-orang yang dekat dengan pemikiran Sururiyyin…
Sesungguhnya tulisan ini hanyalah
rangkaian kisah-kisah yang berserak, yang ikhwah salafiyin banyak
mengetahuinya. Tulisan ini hanyalah mengingatkan kepada segenap
salafiyyin agar tidak tertipu oleh perilaku orang ini yang berlagak
menjadi pahlawan persatuan salafiyyin. Semoga Allah memperbaiki sikap
perilaku kita semua (anda, saya, dia, mereka, engkau semuanya) sehingga
istiqomah di atas manhaj yang haq. Amin.
Sungguh saya berdoa dan berharap, semoga
Alloh menjaga diri-diri kita dari kerusakan yang dilakukan orang
tersebut, yang semisalnya, yang lebih jelek ataupun lebih sedikit
kejelekannya. Semoga Alloh menjaga kita dari orang-orang itu maupun yang
menyerupainya. Amin.
Malam telah kelam. Taburan bintang meronai keindahan malam yang mulai berlalu menjelang pagi datang…
Abul Mubaarok
(Migrasi Januari – Februari 2013)
sumber: http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2013/02/03/spesialis-onar-bermulut-kasar-spok/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar