Radio Muwahiddin

Minggu, 03 Februari 2013

Spesialis Onar bermulut Kasar (SpOKa)

Spesialis Onar bermulut Kasar (SpOKa)


top
Sore yang cerah meski bagaskara malu-malu bersembunyi di balik tumpukan awan Stratus… Sinar kuningnya yang berbalut keemasan menerobos awan, menitipkan selimut kehangatan hingga memendarkan segumpal rasa kagum dan syukurku… Tak seperti hari-hari yang berlalu dalam sepekan lalu, yang kerap murung dirundung mendung, ditingkahi tangisan anak-anak hujan dan teriakan-teriakan menggelegar sang petir…

Entah telah berapa kali sesiang ini, aku menjenguk anak-anak lele di kolam buatan… Memang bukan milikku, namun ada rasa senang dan sedih yang mulai menyusup di belahan hatiku… Senang tatkala melihat anak-anak lele itu  nampak besar-besar, dan sedih tatkala berdiri di tepian kolam sambil sesekali merenungi fitnah yang bertubi-tubi melanda Ikhwah Salafiyyin di negeri ini. Anak-anak lele itu sesekali menampakkan bayangan tubuhnya di bawah permukaan air kolam yang tak bisa dibilang jernih. Tanah dan debu yang sebelumnya larut dan mengendap, nampak bergolak-golak terkena kibasan tubuh dan sirip anak-anak lele itu. Barangkali seperti itu fitnah yang tengah terjadi… Bergolak-golak dan mengotori umat akibat ulah segelintir orang yang memuaskan dirinya dengan hawa nafsu dan mengibarkan bendera persatuan palsu di tengah-tengah umat…
Lantas jika ada perkataan seperti ini :

” na am islah yang telah dibangun oleh 2
syaikh yang mulia abdullah mar i dan salim bamuhriz telah dikoyaknya ….”

gbr1
bukankah saya sebagai mad’u layak bertanya :

” Sebenarnya siapakah yang telah mengoyak-koyak islah dengan menghembuskan kêmbali kebencian dan dan permusuhan kepada asatidzah ahlussunnah ? “

Dan jika ada perkataan seperti ini :
gbr2

maka mad’u seperti saya pun juga butuh “supaya umat tahu siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah salafiyyin saat ini? dan siapakah orang-orang yang tidak suka jika islah itu tercipta di tengah-tengah salafiyyin?”

Hmm…

Mohon pembaca tidak berlebihan dalam menilai saya berlebihan dalam memberi judul… Memang begitulah keadaannya. Jika boleh saya memberikan perumpamaan yang sederhana dalam bentuk –mohon maaf– Upil dan Ngupil, maka tak ada yang akan mengingkari bahwa tiap orang punya Upil. Saat ketahuan sedang Ngupil bisa jadi orang tersebut  malu dan segera beralih aktivitas yang lebih positif. Walaupun kadang ada yang memilih tetap melanjutkan ritual Ngupil, ada juga yang mencari tempat yang privasi untuk Ngupil… Ketahuan Ngupil lagi, cari tempat lain untuk Ngupil… Jika ketahuan lagi, apakah lantas orang tersebut akan mengatakan kata-kata seperti :

        ” Ini fitnah! Ini tuduhan keji dan dusta…! Mencari-cari kesalahan orang lain…! Membongkar aib orang lain..! Suka mentahdzir…! Membuat onar dengan tuduhan saya Ngupil, ini akan menyebabkan… “


Itu jika analogi saya yang sederhana tersebut bisa diterima. Tapi urusannya akan lain jika keonaran itu bukan disebabkan Upil, namun disebabkan pribadi-pribadi yang benar-benar membawa masalah besar bagi da’wah. Dimanapun tempat bercokol yang telah disinggahi, tak akan beda hasilnya untuk umat : Keonaran.

Dalam suatu kesempatan tanya jawab dauroh, salah seorang peserta bertanya kepada Ustadz pemberi materi : “Apakah kita sebagai penuntut ilmu boleh menyebutkan kesalahan orang yang dikenal sebagai da’i Salafi yang terang-terang melakukan kesalahan di hadapan teman-teman kita?”
Maka silahkan anda nilai sendiri setelah mendengar rekaman beliau hafidzohulloh…

(di sini http://goo.gl/ftcxq . Menit 31:19 – 33:00)
* * *
Sekira 40-an tahun yang lalu lahir jabang bayi yang mungkin tak seorang pun akan mengira dia akan tumbuh dewasa dan mempunyai tabiat seperti sekarang ini… Siapapun mungkin tak akan mengira dirinya akan menjadi setenar seperti sekarang ini. Menjadi “penemu” dan pioner dalam kancah persatuan umat. Ya.. menjadi penyeru persatuan antara hizbiyah dan ahlus-sunnah, antara mubtadi’ah dan dua’tu ilalloh. Nas’alullohal ‘aafiyah was salaamah…

Jika pembaca mempunyai kesempatan bertanya kepada Ikhwah Salafiyyin yang telah lama mengikuti kajian di Surabaya, maka hal itu akan membuat luka lama  mereka terkuak kembali. Dalam satu kesempatan ceramah di sebuah masjid, orang ini pernah membuat masyarakat resah dengan ceramahnya. Buntutnya, masyarakat menuntut bagian dalam ketakmiran masjid tersebut. Apakah terbayang di benak kita sebuah masjid yang telah dikelola sepenuhnya oleh Salafiyyin, akhirnya tergolek tak berdaya menghadapi tuntutan masyarakat? Betapa sedihnya Al Ustadz Haryadi sebagai penasihat ketakmiran masjid tersebut… Andil besar apa yang telah dilakukan orang ini selain keonaran?

Di Pekalongan orang ini telah membuat keonaran di kalangan Ikhwah Salafiyyin di sana. Hingga kini, sebagian Ikhwah Salafiyyin antipati dengan masjid ‘Umar bin Khottob yang merupakan aset da’wah Salafiyyin. Apakah kita terbayang, bagaimana mungkin Ikhwah menjadi enggan untuk sholat di masjid milik Salafiyyin tersebut? Bahkan mereka memilih sholat di musholla yang sebelumnya telah mati…

Di Yogyakarta Ikhwah Salafiyyin merasa berat dengan kehadirannya… Apakah  terbayang oleh akal sehat kita, suatu tempat yang masyarakatnya telah dibina lama oleh Ikhwah Salafiyyin, akhirnya masyarakat tersebut memberikan penilaian negatif hanya karena Jas Hujan? Dimanakah sifat rohmah orang ini untuk membiarkan orang awam tersebut menggunakan jas hujan (miliknya), sementara maslahat da’wah di tempat tersebut lebih besar dan lebih utama..?

Setelah dari Pekalongan, orang ini akhirnya bermukim di sekitar kota Solo. Dalam kesempatan yang hampir bersamaan, Asatidzah Solo mendapatkan warning cukup keras dari segenap Ikhwah di daerah lain. Ada yang memberi peringatan dalam bentuk tantangan. Bagaimana mungkin mereka berani memberikan tantangan seperti ini : “Kalau bisa bertahan akur 2 tahun, kami berikan acungan 2 jempol untuk Asatizah dan Ikhwah Solo !” Apakah mereka sekurang ajar itu, ataukah….? Walhamdulillah, ternyata Asatidzah dan Ikhwah di sana mampu bersabar dan berdamai dengan biang keonaran ini hanya 3 tahun… Mereka harus bersabar dalam urusan Da’wah dan muamalah keduniaan dengan orang ini… Sebenarnya seorang Ustadz kibaar dan dituakan  yang tidak pernah menetap di Jember telah memberikan nasihat kepada Asatidzah Solo : “Jangan bermuamalah masalah keuangan dengan orang ini, dan jangan sekali-kali dia disuruh untuk mengisi ta’lim”.

Saya sampaikan kisah seorang Ikhwah untuk menggambarkan kebenaran yang disampaikan Ustadz kibaar dan dituakan tersebut. Salah seorang Ikhwah di Solo merasa terdholimi ketika bermuamalah dengannya dalam urusan pembangunan rumahnya, yang hingga kini urusan tersebut belum selesai. Apakah terbayang di benak kita, Ikhwah tersebut harus menggadaikan sertifikat milik saudaranya sementara uangnya tidak segera dikembalikan? Dalam keadaan pembuat onar ini secara dhohir mampu menjalankan bisnisnya, pergi ke sana ke mari, bahkan menikah lagi… Bisa jadi  benar bahwa bisnis, pergi ke sana ke mari, bahkan menikah lagi tidak berhubungan langsung dengan utang. Tapi apakah semua aktivitas tersebut tidak butuh uang? Dan apakah Ikhwah tersebut juga tidak butuh uang?

Dalam sebuah kajian di Kartosuro (sekitar Solo), seorang Ikhwah yang tidak mengetahui telah adanya larangan merekam kajian meletakkan alat perekam (MP3 record) di depan orang ini. Dengan serta merta, orang ini membanting MP3 tersebut hingga rusak… Apakah terbayang di benak kita, Ikhwah yang sangat mengandalkan MP3 tersebut sebagai modal untuk belajar ilmu agama menjadi sangat sedih, sementara Alloh karuniakan Ikhwah tersebut keterbatasan fisik berupa tidak mempunyai kedua tangan seperti kita…? Dimanakah sifat rohmahnya untuk berkata lemah lembut semacam : “Mohon nanti dihapus rekamannya” atau yang semisalnya… Apakah sifat tersebut telah tertelan Sifat Onarnya…?

Di depan majelis sebuah Ma’had Salafiyyin (sekitar Solo) yang siarannya dipancarkan melalui radio, orang ini pernah berceramah menjatuhkan harga diri Asatidzah lain (dengan menyebut nama mereka) hanya karena Asatidzah Solo tersebut belum diberikan kesempatan untuk beristri lebih dari satu… Bahkan orang ini tidak hanya menjatuhkan harga diri Asatidzah di Solo saja. Di tempat lain pun dilakukannya. Orang ini telah berkata kepada beberapa Asatidzah dengan kalimat semacam ini, “Dulu ketika sebelum Ayip dan Mukhtar datang, da’wah di Solo berkembang. Tapi saat kedua orang ini datang, da’wah di Solo onar”.

Akankah terbayang oleh akal sehat kita, saat orang ini berceramah ada ummahat yang langsung mematikan radionya? Karena tutur kata yang kasar telah sering keluar dari lisan orang ini ditujukan kepada akhwat dan ummahat. Terpaksa dan berat rasanya harus saya sebutkan kata-kata yang diucapkan orang tersebut di sini, seperti kata-kata : Cangkemmu menengo!” –Mulutmu (dalam bahasa jawa yang kasar, lebih pantas untuk binatang) diamlah!–, Preman bercadar, Cocotmu–mulut (dalam bahasa jawa, maknanya lebih kasar dibandingkan (mohon maaf) “cangkem“–. Bahkan yang lebih dari hal itu pernah dilakukannya. Suatu saat seorang Ikhwah bertanya, “Dimanakah Syaikh ‘Abdulloh (Al Mar’ie Al Adani—hafidzohulloh–)? Jawab orang ini, Merat!” –dalam bahasa Jawa Timur, maknanya lebih kasar dibandingkan minggat atau kabur tanpa pamit. Pantaskah kiranya, seorang yang dianggap berilmu mengucapkan hal ini kepada seorang Syaikh?

Saya sebagai mad’u yang masih belajar kepada para Asatidzah tersenyum pahit membaca tulisan-tulisan : “supaya umat tahu siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah salafiyyin saat ini? dan siapakah orang-orang yang tidak suka jika islah itu tercipta di tengah-tengah salafiyyin?”. Tidak adakah kata-kata lain yang layak engkau tawarkan sebagaimana engkau getol menawarkan buku daganganmu hatta kepada hizbiyyin?

Sebagai mad’u saya bingung untuk bersikap sedih atau justru tertawa ketika membaca celotehnya yang paradoks, ” na am islah yang telah dibangun oleh 2 syaikh yang mulia abdullah mar i dan salim bamuhriz telah dikoyaknya ….” sementara kehormatan Syaikh-pun dikoyak-koyak olehnya… Bahkan saya menjadi teringat kisah para Ustadz yang sedang menjalani rangkaian perjalanan ‘Umroh di Madinah. Ketika itu berkumpul Al Ustadz Muhammad ‘Umar As Sewed, Al Ustadz Ahmad Khodim, Al Ustadz ‘Abdush Shomad, Al Ustadz Ayip Syafruddin bersama Asy-Syaikh ‘Abdulloh Al Mar’ie dan Asy-Syaikh Muhammad ibn Gholib –Hafidzohumulloh. Berkata Asy-Syaikh ‘Abdulloh yang mulia, “Amma ….(beliau menyebut nama orang ini dengan jelas), maa ‘indahu ‘ilm, maa ‘indahu akhlaq” – Adapun …(orang ini), tidak ada padanya ilmu dan tidak juga berakhlaq.

Kembali saya menjadi bertanya-tanya,

siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah salafiyyin saat ini?

gbr3

Jurusan Tukang Onar

Seandainya dari Indonesia Barat hingga Timur orang ini berteriak-teriak sekencang-kencangnya bahwa Ishlah yang dibangun kedua Syaikh yang mulia telah dirusak, untuk siapakah kalimat ini? Yang saya ketahui, orang ini terlibat Ishlah pada tanggal 28 Juni 2005 tersebut.

Sebagai mad’u saya bertanya-tanya, apakah orang ini masih menyimpan filenya?
gbr4
Sreenshoot salah satu hasil Ishlah   (28 Juni 2005)
gbr5

Sreenshoot salah satu hasil Ishlah   (28 Juni 2005)

Seandainya orang ini adalah orang bijak yang senantiasa mengingatkan secara langsung Asatidzah yang lain untuk ruju’ dari kesalahan, tidak menyebarluaskan permasalahan yang pelik di internet, dan tidak sedang membuat makar dan onar; tentulah dia tidak akan melakukan hal ini :

gbr6
gbr7
Bukankah hal ini melanggar hasil-hasil Ishlah di atas?

Seandainya orang ini adalah orang bijak yang senantiasa mengingatkan secara langsung Asatidzah yang lain untuk ruju’ dari kesalahan, tidak menyebarluaskan permasalahan yang pelik di internet, dan tidak sedang membuat makar dan onar; tentulah dia tidak akan melakukan hal ini :
Bukankah hal ini melanggar hasil-hasil Ishlah di atas?
Kembali saya sebagai mad’u bertanya-tanya,

siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah salafiyyin saat ini?

Yang ada di hadapan pembaca sekarang ini adalah bentuk pengingkaran terhadap apa-apa yang dia lakukan. Alhamdulillah. Dan mengingatkan teman-teman, betapa bahayanya hasil tingkah polahnya yang menyerupai preman. Tengoklah usaha dia kali ini :

gbr8
Bergaya Preman, Provokasi umat

Apakah layak seorang yang disematkan gelar padanya da’i melakukan aktivitas premanisme seperti tersebut?
Kembali saya sebagai mad’u bertanya-tanya,

siapa sebenarnya pembuat onar dan perpecahan di tengah-tengah salafiyyin saat ini?

Belum lagi kengawuran tingkat tingginya dalam menyajikan data yang sekali lagi menyebabkan : (mungkin Anda mulai bosan dengan kata ini)  

Keonaran.
gbr9

                      Kengawuran tingkat tinggi

Menuduh orang lain sebagai pembobol email, hingga Ikhwah tersebut mendustakan omongan Tukang Onar ini. Mereka yang faham setidaknya akan tersenyum kalau tidak diijinkan tertawa… Sebagai misal, siapapun yang bisa mengakses internet dan membuka Friendster akan bisa melihat data-data tersebut…

Belum lagi kengawuran tentang hal ini yang menyebabkan Keonaran:
gbr10
Kengawuran mengesankan

Bagaimana mungkin seorang yang berlabel da’i berbuat sebagaimana dukun berbuat? Orang ini bak menafsirkan sesuatu bagi orang yang ketagihan Togel. Menafsirkan SMS lalu memberikan maknanya kepada orang-orang, tanpa tabayyun terlebih dahulu kepada pengirim SMS. Bukankah ini menyelisihi igauan dia selama ini tentang Ishlah? Disertai tuduhan terhadap orang lain, tidak suka Ishlah yang tuduhan-tuduhan itu dibangun di atas asas Prasangka…

Bukankah menanyakan langsung kepada Pengirim SMS (yang engkau telah kenal no-nya) itu lebih mudah dan lebih selamat bagimu ketimbang dirimu harus mengaktifkan Facebook di hpmu kemudian memposting di hadapan teman-temanmu? Seandainya tidak begitu, untuk menghidupkan silaturahmi bukankah engkau telah tahu dimana orang yang kau maksud berdomisili, mengajar dimana dan sholat dimana? Bukankah mendatanginya pun bukan sesuatu yang sulit? Akibat dirimu tidak melakukan tabayyun, engkau tidak memuat di Facebookmu kalimat ini: 

“Semoga Alloh Ta’ala menyelesaikan masalah yang ada dengan akhir yang baik bagi semua pihak.amin.” Tentunya akan lain, jika SMS yang dikirim oleh Pengirim SMS itu kepada Ustadz Na’im dimuat secara utuh…

Namun begitulah. Dan saya merasa capek menyebutkan kata-kata itu …. Benarlah perkataan Asy-Syaikh ‘Abdulloh Al Mar’ie bahwa orang ini “… 

maa ‘indahu ‘ilm, maa ‘indahu akhlaq”.

Satu hal lagi, seorang ikhwah Solo berkisah pernah bertanya kepada orang ini tatkala dirinya mengisi dauroh di Klaten sekira 5 tahun yang lalu,”Saya mengharapkan penjelasan tentang Sururiyyah. Ketika itu, dia memberikan jawaban,” Butuh dauroh untuk menjelaskan tentang hal ini.”"

Jawaban tersebut berkesan sekali untuk ikhwah tersebut, dan saya terkesan  bahkan cemburu tatkala mengetahui orang ini mulai menjalin cinta dengan orang-orang yang dekat dengan pemikiran Sururiyyin…

Sesungguhnya tulisan ini hanyalah rangkaian kisah-kisah yang berserak, yang ikhwah salafiyin banyak mengetahuinya. Tulisan ini hanyalah mengingatkan kepada segenap salafiyyin agar tidak tertipu oleh perilaku orang ini yang berlagak menjadi pahlawan persatuan salafiyyin. Semoga Allah memperbaiki sikap perilaku kita semua (anda, saya, dia, mereka, engkau semuanya) sehingga istiqomah di atas manhaj yang haq. Amin.

Sungguh saya berdoa dan berharap, semoga Alloh menjaga diri-diri kita dari kerusakan yang dilakukan orang tersebut, yang semisalnya, yang lebih jelek ataupun lebih sedikit kejelekannya. Semoga Alloh menjaga kita dari orang-orang itu maupun yang menyerupainya. Amin.

Malam telah kelam. Taburan bintang meronai keindahan malam yang mulai berlalu menjelang pagi datang…

Abul Mubaarok

(Migrasi Januari – Februari 2013)

sumber: http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2013/02/03/spesialis-onar-bermulut-kasar-spok/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."