Thoghut Demokrasi Berlumuran Darah (Bagian
3)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Aqil
Hafizhahullah
(Bagian 3)
Akan tetapi yang menjadi permasalahan, kita melihat
tauladan kita Nabi Shalallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan sisa
sedikit pun bagi kita, yakni Nabi Shalallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri
berkhutbah, kemudian menyebutkan segala sesuatu di dekat hari kiamat. Akan
mengetahui orang yang mengetahuinya dan tidak mengetahui orang yang tidak
mengetahuinya. Maka inilah wasiat yang agung, yang wajib diketahui oleh umat,
beliau berwasiat:
وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً
كَثِيْرًا،
"Aku wasiatkan
agar kalian bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat". Dan sesungguhnya
barangsiapa hidup di antara kalian, maka akan melihat perselisihan yang
banyak."
Ikhtilaf yang terjadi sekarang banyak sekali. Bukankah
begitu wahai saudara- saudaraku?! Perselisihan yang terjadi di antara kita,
apakah dalam masalah aqidah ataupun politik, beliau bersabda,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ
الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ
"Wajib atas
kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang
mendapat petunjuk setelahku".
Maka generasi muda sekarang tertimpa kerancuan/kerusuhan
dan kegilaan, demi yang tidak adaTuhan yang berhak disembah kecuali Dia, sungguh
mereka ditimpa keadaan yang menyerupai kegilaan, generasi umat ini tertimpa
dengannya. Mereka lupa makna Laailaha illallah, mereka lupa makna Muhammad
Rasulullah, mereka lupa mempelajari makna-makna iman, menghapal Al Qur’an.
Padahal kaum salaf rahimahumullah, memulai dengan menghapal Al Qur’an. Bahkan
ada seseorang di antara mereka tidak melangkahi 10 ayat sampai dia mempelajari
apa yang ada padanya dan mengamalkannya. Mereka berkata: "Seseorang dari kami
menghapal satu hadits atau dua hadits, kemudian terlihat aplikasinya pada
keadaannya, ketenangannya, ketawadluannya dan kekhusyukannya." Dia hanya
menghapal satu hadits, kemudian tawadlu kepada Allah, khusyu kepada Allah. Hanya
satu hadits. Sedangkan kita sekarang, semakin bertambah ilmunya semakin takabur.
Ilmunya tidak terbangun di atas kaidah-kaidah salaf rahimahumullahu.
Kaidah-kaidah salaf terkenal sebagai rahmat bagi umat ini. Sedangkan Mereka:
"kami mencobanya," 600 jiwa terbunuh. Mereka berkata: "Kami mencobanya" Hatinya
keras, tidak punya perasaan. Apakah dia mencoba-coba?
Nabi Shalallaku ‘alaihi wa sallam pernah berdiri semalam
suntuk berdo’a kepada Allah sambil menangis:
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ
"Jika engkau
mengadzab mereka maka sesungguhnya mereka adalah hamba- hamba-Mu." (Al Maidah :
118)
Sebagai rasa kasih sayang beliau,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
"Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu” (Ali Imran:159).
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ
عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ
رَحِيمٌ
"Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorangRasul dari kalanganmu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (At Taubah:
128).
Beliau pernah meninggalkan amalan yang disyariatkan
karena takut. Jika diwajibkan atas umat ini. Beliau berbolak-balik antara Allah
dan Musa, hingga Allah ‘Azza wa Jalla meringankan waktu sholat untuk kita.
Bagaimanakah dengan hati yang keras yang menimpa umat ini. Hanya pembunuhan,
kekacauan, kehancuran. Padahal - demi Allah yang tidak ada sembahan yang hak
kecuali Dia– ini adalah bentuk perbuatan-perbuatan orang-orang Khawarij, yang di
hati mereka tidak ada sedikitpun rasa kasih sayang terhadap umat Nabi
Shalallallahu ‘alaihi wa sallam. Walaupun mereka membaca Al Qur’an, tetapi tidak
melebihi tenggorokan mereka.
Bapak mereka [7] berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam: "Berbuat adillah! Berbuat adillah wahai Muhammad!" Ketika bapak
mereka berpaling/pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Akan
keluar dari generasi orang ini beberapa kaum, kalian menganggap remeh bacaan
kalian dibanding bacaan mereka, shalat kalian dibanding shalat mereka, puasa
kalian disbanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an tidak melebihi
tenggorokan-tenggorokan mereka, mereka keluar dari Islam sebagaimana keluarnya
anak panah dari busurnya.[8]" (HR. Muslim No. 1066)
Keras, kasar, ketus, tidak ada kasih sayang, tidak ada
kelembutan terhadap kaum muslimin. Awal pertama terjadinya fitnah, mereka sudah
memasukinya. Apa yang kalian inginkan? Apakah kalian ingin memperbaiki umat ini?
Perbaikilah dirimu terlebih dahulu, mulailah memperbaiki dirimu dan berdoa
kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Berkata salah seorang salaf pada tahun 400 H: "Hari ini
adalah hari berdoa untuk umat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
bersabar."
Padahal baru tahun 400 H, sedangkan kita pada hari ini
–demi Allah– jika engkau menginginkan kebaikan untuk umat ini, berdoalah kepada
Allah meminta kebaikan untuk umat ini dan bersabarlah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada para
sahabat –padahal beliau mengetahui bahwa mereka memiliki kemuliaan-: "Walaupun
kalian dipimpin oleh hamba/budak Habsyi, seakan-akan kepala mereka adalah kismis
[9]," Mereka adalah shahabat, sedangkan pimpinannya orang-orang Habsyi yang
rendah?!. Dengarkanlah dalam sabda lain,
اسْمَعْ وَأَطِعْ وَإِنْ أُخَذَ مَالُكَ وَضُرِبَ
ظَهْرُكَ
"Dengarkanlah
dan taatlah, meskipun dia memukul punggungmu dan mengambil hartamu." (HR. Muslim
no. 1847 dari Hudzaifah lbnul Yaman radliyallahu ‘anhu)
Hingga walaupun dia mengambil harta kita, kita mendengar
dan taat, selama mereka membiarkan engkau shalat. Mendengarlah dan taatlah
selama mereka menegakkan shalat. Sebagian pemuda beralasan, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits, "Kecuali jika kalian melihat kekufuran
yang nyata, dan engkau mempunyai bukti di sisi Allah." (HR. Muslim no. 1709 dari
‘Ubadah bin Shamit radliyallahu ‘anhu)
Kita katakan benar. Ini adalah ucapan benar, akan tetapi
padanya ada dua hal penting:
Pertama: "Kecuali kalian melihat kekufuran yang nyata". Pembicaraan ini kepada siapa? Apakah arah pembicaraan kepada kalian wahai orang awam; yang kalian tidak mengetahui rukun-rukun wudlu’? Pembicaraan kepada siapa? Pembicaraan kepada shahabat radliyallahu ‘anhum dan bagi orang yang memiliki ilmu seperti ilmunya para shahabat. Kecuali kalian melihat kekufuran yang nyata, wahai ulama, wahai Rabbaniyyin. Jika para ulama Rabbaniyyun melihat bahwa ini adalah kufur yang nyata. Inilah hal pertama. Kufur yang nyata. Kufur yang nyata, dan kalian mempunyai bukti di sisi Allah. Tidak diterima, kecuali dilihat oleh para ulama rabbani yang memiliki kasih sayang terhadap umat, bahwa apa yang dilakukan oleh penguasa benar-benar kufur yang nyata dan mereka punya bukti di sisi Allah.
Yakni, saya tidak peduli jika engkau mengatakan 70% dari
dunia Islam mengkafirkan Salafiyyin. Baiklah, negeri kami ini adalah negara
Salafiyyah. Jika datang seorang Asy’ari dan berkata bahwa negara kalian adalah
negara kafir. Apakah kita membenarkannya? Dan jika datang seorang Syi’ah Rafidli
dan berkata negeri kalian adalah negeri kafir. Apakah kita membenarkannya?
Tidak! Wahai saudaraku!
Mereka berkata :"Kami telah berziarah kepada penguasa
kalian dan kami jumpai mereka mengatakan bahwa Allah memiliki tangan. Ini adalah
tasybih. Dan yang mentasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) adalah
kafir." Dan juga orang-orang Rafidli mengatakan bahwa penguasa kalian adalah
orang-orang kafir. Dan juga orang-orang Khawarij mengatakan bahwa penguasa
kalian adalah orang kafir. Apakah kita membenarkannya? Tidak! Kita katakan:
"Kalian adalah ahli bid’ah". Ucapan kalian jelek padahal Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: "Kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata".
Kita katakan: "Dilihat oleh para Ulama Rabbani, yang ilmu mereka dibangun di
atas pemahaman Kitabullah dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
pemahaman Salafus Shalih rahimahullah". Inilah kekufuran yang nyata. Inilah
masalah pertama. Kalian melihat kekufuran yang nyata dan kalian mempunyai bukti
di sisi Allah.
Kedua, masalah Maslahat dan Mafsadah. Di sana ada
mashlahat sebelum Islam yang ditaqrir (disetujui) oleh Agama Islam. Beliau
bersabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ
اْلأَخْلاَقِ
"Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia [10]." (Dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam As Shahihah no. 45 dan Shahih Al Jami’ no.
2349)
Wahai saudaraku, demikian pula Islam datang untuk
menolak kerusakan. Tidak ada seorangpun yang berakal. Seorang berakal di dunia
ini berkata kepada kaum muslimin di Amerika : "Berontaklah!" Padahal jumlah
mereka tidak sampai sejuta orang? Apakah ada orang berakal di dunia ini yang
mengucapkan hal seperti itu? Dia tidak berakal. Karena jika mereka memberontak,
orang-orang kafir akan membinasakannya, karena Sunnatullah Al Kauniyah belum
tegak [11]. Wahai saudaraku, mereka semua itu –termasuk para da’inya yang
mengharuskan memberontak di negeri-negeri Islamiyah– jika pergi ke Britania
(Inggris), mereka tidak berbicara walaupun satu kalimat. Mereka pergi ke Amerika
dalam keadaan diam, tidak berbicara satu kalimat pun. Orang-orang yang
memberontak di Somalia, saya melihat dengan mata kepala sendiri, mereka di
Britania diam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Seakan-akan darah
(orang-orang) Britania suci dan darah kaum muslimin Somalia najis, sehingga
harus dibunuh?
Permasalahan maslahat dan mafsadah –wahai saudaraku–
adalah permasalahan berbahaya. Syaikhul Islam rahimahullah dalam Iqtidla’
Shirathal Mustaqim berkata, "Maslahat dan mafsadah ini tidak diketahui kecuali
oleh ulama-ulama besar".
Ulama-ulama besar berkata, "Sesungguhnya urusan ini, ada
tiga perkara: manusia menyangka hanya ada maslahat dan mafsadah saja. Tidak!"
perkara ini ada tiga perkara:
1. Maslahat yang rajih/kuat
2. Mafsadah yang rajih/kuat
Perkara ini jelas, maslahat yang kuat jelas dan mafsadah yang kuat jelas.
3. Akan tetapi ada perkara yang ketiga yang terkumpul padanya maslahat di satu sisi dan mafsadah di sisi lain.
Apakah engkau memerintahkan dengannya karena maslahat ataukah engkau melarangnya karena mafsadah? Beliau berkata : "Ini adalah perkara yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama rabbani".
Perkara maslahat dan mafsadah, Wahai saudaraku! Bukankah
mati syahid termasuk maslahat? Tetapi mengapa Allah tidak mengijinkan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memerangi penduduk Makkah, padahal mati
syahid adalah mashlahat? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencintai mati
syahid dan seluruh shahabat radliyallahu ‘anhum juga mencintai mati syahid.
Bahkan shahabat minta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
mengorbankan kemuliaannya [12] agar tidak dibunuh, dan Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengizinkan mereka. Dan turunlah firman Allah
Ta’ala,
إِلا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ
بِالإيمَانِ
"Kecuali
orang-orang yang dipaksa padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak
berdosa)" (An Nahl: 106).
Demi Allah, wahai saudaraku, bukankah mati syahid itu
maslahat? Akan tetapi dakwah ketika itu baru tumbuh. Maslahat yang lebih kuat
adalah dakwah terus berlangsung. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikat
perjanjian bersama para penyembah berhala. Padahal mereka bukan ahli kitab
(seperti) Yahudi dan Nashara. Tetapi bersama para penyembah
berhala.
Dalam beberapa perkara mafsadah dan maslahat, akalnya
Umar radliyallahu ‘anhu kacau/bimbang. Bagaimana dengan akal-akai kita yang
bodoh. Pemuda-pemuda yang tidak mengetahui rukun-rukun wudlu berani mengatakan:
Tidak. Ini adalah maslahat yang kuat. Padahal akal Umar radliyallahu ‘anhu yang
digelari Al Muhaddatsul Mulham (Yang diberi Ilham), pemikirannya goncang dalam
permasalahan maslahat dan mafsadah. Nah, .. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: "Pegangilah ikatanmu"! (Tahanlah dirimu!).
Wahai saudaraku, ingat syarat yang jahat. Seorang
menyerahkan diri (sebagai muslim) harus dikembalikan kepada orang-orang kafir?
[13] Bagaimana dengan perbuatan semacam ini? Ini adalah kejahatan. Demi Yang
tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia, sesungguhnya ini adalah kejahatan.
Meskipun demikian, ketika Umar mengeluh, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, "Pegangilah ikatanmu (tahanlah dirimu), sesungguhnya aku adalah utusan
Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan aku".
Karena akalmu terbatas, wahai Umar. Adapun Nabi, tidak
berbicara menuruti kemauan hawa nafsunya. Ucapannya tidak lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan kepadanya. Jika engkau menyangka wahai Umar, bahwa ini adalah
maslahat yang kuat, maka Allah lebih mengetahui dibanding
kamu.
Oleh karena itu Umar berkata: "Wahai manusia curigailah
akal (kalian) dengan agama ini, seandainya kalian melihat aku pada hari Abi
Jandal [14]. Aku hampir binasa, aku hampir menolak kitab Allah dengan akalku."
(Disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (4/242) dan beliau berkata hadits
ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam beberapa tempat dan Muslim dan Nasa’i dari
jalan lain dari Abi Wa’il Sufyan bin Salamah dari Sahl bin Hanif)
[15]
Umar radliyallahu anhu memegang ikatannya dan
menyerahkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak takabbur
seperti kita.
Ketika kita mengatakan: "Wahai saudaraku para pemuda!
Bertaqwalah kepada Allah, pegangilah ikatan kalian, ini adalah Kalamullah, dan
ini ucapan Rasul-Nya". Mereka takabbur. oleh karena itu mereka menyia-nyiakan
umat ini, mereka membunuh 500 ribu jiwa di Somalia dan 500 ribu jiwa di Suria
dan semisalnya di Aljazair, Mesir dan Turki. Wahai saudaraku siapa yang
mendapatkan faedah dengan darah yang mengalir ini?
Antara Bangladesh dan Pakistan, mereka saling berperang
kemudian memisahkan diri, Masya Allah! Daulah Islamiyyah yang tadinya satu,
menjadi kaum muslimin Bangladesh yang menyerang dan kaum muslimin Pakistan,
hingga terbunuhlah ratusan ribu jiwa, siapakah yang mendapatkan faedah…? Yang
mendapatkan faedah adalah India, akhirnya Bangladesh mengikuti India. Tidak ada
akal, tidak ada naql (dalil) tidak pula ada kasih sayang, inilah yang menimpa
kaum muslimin pada hari ini. La haula wal quwwata illa
billah.
Umar radliyallahu ‘anhu dalam perkara maslahat dan
mafsadah tidak mengatakan kepada manusia, bahwa "Sesungguhnya saya alim." Umar
adalah muhaddats mulham, meskipun demikian dalam perkara maslahat dan mafsadah,
nampaklah ilmu Allah dan ilmu Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,
selamatlah Umar. Maka dia memejamkan mata dari permasalahan Abu Jandal demi
maslahat Islam. Demi maslahat dan mafsadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengadakan perdamaian dengan orang-orang kafir Makkah, dengan syarat-syarat yang
keji itu. Walaupun demikian, berdasarkan pendapat yang paling benar dari ulama,
bahwa ini adalah kemenangan (al fath). Yang Allah ‘Azza wa Jalla
firmankan,
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا
مُبِينًا
“Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (Al- Fath:
1)
Bukan Fathu Makkah, melainkan perjanjian ini. Karena
manusia masuk berbondong- bondong ke dalam Islam bukan sebab Fathu Makkah,
tetapi sebab perjanjian ini [16]. Maka manusia jadi aman. Jika keamanan datang
maka tersebarlah dakwah ini. Manusia merasa aman pada diri-diri mereka, darah
mereka dan harta mereka, maka tersebarlah dakwah ini.
Apakah kalian mengetahui kenapa disyari’atkan jihad?
Jihad hanya disyari’atkan untuk mengamankan dakwah. Oleh karena itu apabila
orang-orang kafir tidak memerangi engkau, maka jangan engkau memerangi mereka.
Ada tiga perkara; masuk Islam atau menyerahkan jizyah, kalau tidak kita memeranginya. Jika mereka masuk Islam, atas dasar apakah kita memeranginya? Kita harus mengakui harta, kekuasaan dan harta benda mereka. Jika mereka tidak masuk Islam, mereka menyerahkan jizyah (upeti). Dan kita mengakuinya atas segala sesuatu. Para da’i-lah yang pergi ke negeri mereka. Kemudian mengajak kepada Islam. Hingga mereka akan masuk ke dalam agama Allah berbondong- bondong. Perjanjian Hudaibiyyah adalah al-fath. Manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong karena keadaannya aman, tidak seorang pun mengambil faidah dari kekacauan atau kerusuhan ini. Karunia pertama yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim, dan doa pertama yang diminta Nabi Ibrahim kepada Allah adalah,
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا
"Wahai
Tuhanku, jadikanlah tempat ini sebagai negeri yang aman." (Al-Baqarah:
126)
Demi Allah, wahai saudaraku, tidak ada kelezatan pada
makanan, minuman, wanita dan tidak ada keberhasilan pada pekerjaan duniawiyah
dan keselamatan dalam dakwah, tanpa rasa aman. Dengan keamananlah dakwah
tersebar wahai saudaraku yang kucintai. Awal karunia yang Allah berikan kepada
penduduk Makkah adalah keamanan,
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ
خَوْفٍ
"Yang telah
diberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka
dari ketakutan." (Quraisy: 4)
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا
وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ
"Dan apakah
mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya kami telah menjadikan (negeri
mereka) tanah suci yang aman? Sedangkan manusia sekitarnya rampok merampok."
(Al-Ankabut: 67)
Partai-partai inilah yang memutuskan keamanan, kedamaian
dan kasih sayang. Walaupun penguasa itu jahat dan fasik. Apa urusannya dengan
kita, selama kita bisa menegakkan shalat, menunaikan zakat dan berpuasa dalam
bulan ramadlan, serta berdakwah dan mengajari manusia.
[Diambil dari Majalah Salafy, Edisi 33/1420/1999 Judul
asli: Beda Antara Agitasi Politik Ikhwani yang Berdarah Darah Dengan Manhaj
Dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang Harus Menjadi Uswah, Penerjemah
Al Ustadz Muhamamd Umar As Sewed]
_________
Footnote
Footnote
[7] Bapak Khawarij yakni tokoh mereka yang pertama
Dzulkhuwasirah yang menuduh Nabi tidak berhukum dengan hukum Allah dalam
pembagian ghanimah.
[8] Yakni masuk menembus sasarannya hingga keluar lagi dari sisi lainnya. Demikian mereka musuh ke dalam Islam kemudian tembus keluar dari sisi lain.
[9] Yaitu anggur yang dikeringkan. Dipermisalkan dengan zabib (anggur kering) karena hitam, berkerut-kerut, dan jeleknya kepala orang tersebut.
[10] Yakni akhlaq mulia yang sudah ada ditetapkan dan disempurnakan oleh rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[11] Yakni persiapan fisik dan materi secara perhitungan manusia.
[12] Seperti Amar bin Yasir yang terpaksa menyebutkan berhala-berhala musyrikin.
[13] Pada perjanjian Hudaibiyyah. Umar radliyallahu ‘anhu ragu-ragu mengapa keputusan sejahat itu diterima. Apa maslahatnya?
[14] Yakni hari Hudaibiyyah, di mana Abu Jandal ketika masuk Islam dikembalikan kepada orang-orang kafir.
[15] Semua takhrij-takhrij hadits dalam terjemahan buku ini dan team penerjemah
[16] Terbukti dalam jarak waktu, dari perjanjian Hudaibiyah yang kaum muslimin berjumlah sekitar 1400 orang, hingga kaum muslimin berangkat untuk Fathu Makkah jumlah mereka telah bertambah menjadi sekitar 12000 orang.
[8] Yakni masuk menembus sasarannya hingga keluar lagi dari sisi lainnya. Demikian mereka musuh ke dalam Islam kemudian tembus keluar dari sisi lain.
[9] Yaitu anggur yang dikeringkan. Dipermisalkan dengan zabib (anggur kering) karena hitam, berkerut-kerut, dan jeleknya kepala orang tersebut.
[10] Yakni akhlaq mulia yang sudah ada ditetapkan dan disempurnakan oleh rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[11] Yakni persiapan fisik dan materi secara perhitungan manusia.
[12] Seperti Amar bin Yasir yang terpaksa menyebutkan berhala-berhala musyrikin.
[13] Pada perjanjian Hudaibiyyah. Umar radliyallahu ‘anhu ragu-ragu mengapa keputusan sejahat itu diterima. Apa maslahatnya?
[14] Yakni hari Hudaibiyyah, di mana Abu Jandal ketika masuk Islam dikembalikan kepada orang-orang kafir.
[15] Semua takhrij-takhrij hadits dalam terjemahan buku ini dan team penerjemah
[16] Terbukti dalam jarak waktu, dari perjanjian Hudaibiyah yang kaum muslimin berjumlah sekitar 1400 orang, hingga kaum muslimin berangkat untuk Fathu Makkah jumlah mereka telah bertambah menjadi sekitar 12000 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar