Nasehat Untuk Para Muslimah (Bagian
3)
-----------------------------------------------------------------------------------------
Syaikh Jamal
Al Haritsi Hafizhahullah
(Bagian 3)
Nasihat ibu kepada putrinya yang akan
menikah
Dan ambillah teladan, wahai muslimah, dari kisah berikut
ini. Karena kisah ini bertutur kepada ibu yang penuh ketulusan terhadap
putrinya. Ia juga bertutur kepada para anak perempuan yang cerdas sebagaimana ia
juga bertutur kepada setiap wanita yang sudah menikah. Dan karena kisah inilah
sebuah perumpamaan arab dibuat,
ما وراءك يا عاصم
"apa yang ada
di belakangmu hai ‘Ishom?".
Abul Fadhl An Naisaburi dalam kitabnya “Majma’ul
Amtsaal” berkata: “Maa waroo`aka yaa ‘Ishoom?” Al Mufadhdhol berkata: orang yang
pertama kali mengucapkan perkataan ini adalah Al Harits bin ‘Amr, raja Kandah.
Yaitu ketika ia mendapatkan kabar tentang kecantikan, kesempurnaan, dan
kecerdasan putri ‘Auf bin Mahlim asy Syaibani, ia memanggil seorang wanita dari
Kandah yang dipanggil dengan nama ‘Ishoom; seorang wanita yang cerdas, pandai
berbicara, serta tinggi budi bahasa dan sastranya.
Sang raja berkata: “Pergilah sampai engkau dapat
memberitahuku tentang hal ihwal putri ‘Auf ini”. Maka ‘Ishoom pergi menemui ibu
gadis itu, yaitu Umamah bintul Harits dan memberitahukan maksud kedatangannya.
Maka Umamah memberikan pesan kepada putrinya dan berkata: “Wahai anakku, ini
adalah bibimu telah datang untuk melihatmu. Maka janganlah kamu tutupi kalau ia
ingin melihat wajah atau perilakumu. Dan bicaralah kalau ia mengajakmu bicara”.
‘Ishoom pun masuk menemuinya. Maka ia melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat
sebelumnya. Setelah itu ia keluar seraya berkata: “Tarokal khidaa’ man kasyafal
qonaa’” (orang yang sudah menyingkap topeng, tidak akan tertipu). Ia membuat
perkataan ini sebagai sebuah perumpamaan. Lalu ia pergi menemui Al
Harits.
Ketika Al Harits melihatnya datang, ia
berkata:
ما وراءك يا عاصم
“Apa yang ada
di belakangmu wahai ‘Ishoom?” (maksudnya: kabar apa yang engkau bawa wahai
‘Ishoom? Kemudian ‘Ishoom mendeskripsikan fisik dan akhlak sang putri ‘Auf
dengan ungkapan-ungkapan sastra yang menjelaskan kecantikan dan kebaikan gadis
tersebut. Deskripsi ini sengaja dipotong oleh penerjemah
-pent).
Lalu sang raja mengutus seorang utusan kepada ayah gadis
itu dan menyampaikan lamarannya. Sang ayah menikahkan putrinya dengan sang raja.
Maskawin pun dikirimkan. Dan putri ‘Auf dipersiapkan hingga ketika ia hendak
dibawa kepada suaminya, ibunya berkata:
“Wahai putriku, kalaulah suatu wasiat tidak diberikan
karena orang yang diberi wasiat sudah sempurna akhlaknya, maka tentu wasiat ini
tidak akan kuberikan kepadamu. Akan tetapi, ini sekedar pengingat orang yang
lupa dan penyokong orang yang ingat. Kalaulah seorang wanita bisa tidak
membutuhkan seorang suami karena kekayaan orangtuanya dan ia juga sangat
dibutuhkan oleh keduanya, tentulah kamu orang yang paling tidak membutuhkan
seorang suami. Akan tetapi wanita itu diciptakan untuk laki-laki dan laki-laki
itu diciptakan untuk perempuan.”
“Wahai putriku, sesungguhnya engkau akan berpisah dari
lingkungan yang darinya engkau keluar, dan engkau akan meninggalkan sarang yang
di dalamnya engkau tumbuh besar. Ke sebuah sarang yang belum pernah engkau tahu
dan seorang pendamping yang tidak pernah engkau kenal. Maka ia dengan
kerajaannya akan menjadi pengintai dan pengatur atas dirimu. Maka jadilah
seorang hamba untuknya, niscaya dia akan menjadi seorang budak dan orang yang
baik untukmu.”
“Wahai putriku, embanlah dariku sepuluh sifat, maka
sifat-sifat itu akan menjadi perbendaharaan dan kenangan
untukmu:
(1) mendampingi dengan sifat qona’ah dan bergaul dengan
penuh penerimaan dan ketaatan.
(2) Serta teliti dengan apapun yang dilihat suamimu dan
awas dengan apapun yang diciumnya.
(3) Jangan sampai ia melihat dirimu dalam keadaan buruk
dan jangan pula ia sampai mencium darimu kecuali aroma yang
harum.
(4) Celak adalah sebaik-baik perhiasan dan air adalah
sebaik-baiknya pengganti wewangian.
(5) Kemudian bersiap diri pada saat makan dan tenang
pada saat tidur. Karena panasnya lapar akan mengobarkan rasa marah, dan membuat
sulit tidur akan memancing kekesalan.
(6) Lalu menjaga rumah dan hartanya, serta mengurusi
diri, keluarga dan anak- anaknya. Karena menjaga harta itu merupakan baiknya
perhitungan. Dan mengurusi anak dan keluarga merupakan baiknya
pengaturan.
(7) Dan jangan engkau sebarkan rahasianya, serta jangan
engkau bangkang perintahnya. Karena kalau engkau sebarkan rahasianya, engkau
tidak akan aman dari penghianatannya. Sedangkan kalau engkau bangkang
perintahnya, engkau akan mengobarkan amarahnya.
(8) Kemudian hindarilah dengan itu semua sikap bersuka
cita ketika sedang bersedih. Dan sikap berduka cita ketika sedang bergembira.
Karena sifat yang pertama itu merupakan kelalaian. Sedangkan yang kedua akan
membuat suasana menjadi keruh.
(9) Dan jadilah orang yang sedemikian mengagungkannya,
maka dia akan menjadi orang yang sedemikian memuliakanmu. Dan juga jadilah orang
yang sedemikian menurutinya, maka dia akan menjadi orang yang sedemikian lama
bisa engkau dampingi.
(10) Dan ketahuilah bahwasanya engkau tidak akan dapat
meraih apa yang engkau sukai sampai engkau mendahulukan keridhoannya di atas
keridhoan dirimu sendiri dan mendahulukan keinginannya di atas keinginanmu
sendiri dalam segala hal yang engkau sukai ataupun engkau benci. Dan semoga
Allah Subhanahu wata'ala menjadikan baik semuanya untukmu.”
Lalu sang putri itu pun dibawa dan diserahkan kepada
sang raja. Dan ia mendapatkan kedudukan agung di sisi raja tersebut serta
melahirkan untuknya tujuh orang yang kemudian menjadi raja Yaman
selanjutnya.
Bersambung... insya Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar