Keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Ali Radliyallahu’anhu (Bantahan Syubhat Syiah yang ke- 2)
------------------------------------------------------------------------------------------
Anggapan kaum Syi’ah Rafidlah bahwa Ali lebih berhak dari pada khalifah di antaranya karena:
1. Mereka menganggap Ali lebih utama dari pada Abu Bakar dan Umar.
2. Ali termasuk keluarga Rasulullah.
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Qum.
Kita jawab alasan mereka satu persatu.
Pertama, masalah keutamaan Ali Radliyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma.
Pendapat ini jelas menyelisihi Hadits Rasuullah shallallahu `alaihi wa sallam dan ijma’ kesepakatan para shahabat dan seluruh kaum muslimin. Bahkan menyelisihi ucapan Ali radhiallahu 'anhu sendiri.
1. Diriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Ibnu Umar :
كنا نخير بين الناس في زمن النبي صلى الله عليه وسلم فنخير أبا بكر ثم عمر بن الخطاب ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم
(رواه البخاري فتح الباري ج 7 ص 16 انظر عون المعبود ج 8 صلى الله عليه و سلم 380 والترمذي وقال حديث حسن صحيح)
Kami membanding-bandingkan di antara manusia di zaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, Maka kami menganggap yang terbaik adalah Abu Bakar kemudian Umar, kemudian Utsman bin Affan. (HR. Bukhari)
Dalam lafadh lain dikatakan:
كنا نقول ورسول الله صلى الله عليه وسلم حي أبو بكر ثم عمر ثم عثما
)رواه أبو داود في كتاب السنة باب التفضيل انظر عون المعبود ج 8 صلى الله عليه و سلم 381 والترمذي وقال حديث حسن صحيح)
Kami mengatakan dan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam masih hidup bahwa yang paling utama dari umat nabi shallallahu `alaihi wa sallam setelah adalah Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman.
Dua hadits ini merupakan dalil yang qath’i walaupun riwayatnya dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, dari anak shahabat Umar bin Khathab, namun dia menyebutkan dua kalimat yang penting yang menunjukkan bahwa ucapannya tidak memiliki muatan subyektif yaitu kalimat yang menunjukkan bahwa itu adalah ucapan para shahabat seluruhnya seperti: “Kami membanding-bandingkan…, atau dalam lafadh yang kedua kami mengatakan……” yang dua kalimat ini menunjukkan bahwa ucapan itu adalah ucapan para shahabat seluruhnya dan tidak ada seorangpun dari mereka yang membantahnya.
Yang kedua, ucapan beliau: “dan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam masih hidup…” atau dalam lafadh lain: “di zaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam …..” yang menunjukkan ucapan para shahabat ini didengar dan disaksikan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, dan beliau shallallahu `alaihi wa sallam tidak membantahnya. Inilah yang dinamakan oleh ahlul hadits dengan hadits taqriri yang merupakan hujjah dan dalil yang qath’i.
2. Juga hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib sendiri yang diriwayatkan secara mustafidlah dari Muhammad Ibnil Hanafiyah:
قُلْتُ ِلأَبِي: أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهَ ؟ قَالَ: أَبُو بَكْرٍ. قَلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: عُمَرُ. وَخَشِيْتُ أَنْ يَقُوْلَ عُثْمَانُ. قُلْتُ: ثُمَّ أَنْْتَ؟ قَالَ: مَا أَنَا إِلاَّ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
(رواه البخاري: كتاب فضائل الصحابة باب 4 وفتح البارى 7/20)
Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu): Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ? Ia menjawab: “Abu Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Ia menjawab: “Umar”. Dan aku khwatir ia akan berkata Utsman, maka aku mengatakan: “Kemudian engkau?” Beliau menjawab: “Tidaklah aku kecuali seorang dari kalangan muslimin”. (HR. Bukhari, kitab Fadlailus Shahabah, bab 4 dan Fathul Bari juz 4/20)
Bahkan Ali bin Abi Thalib mengancam untuk mencambuk orang yang mengutamakan dirinya di atas Abu Bakar dan Umar dengan cambukan seorang pembuka.
لاَ أُوْتِيَ بِأَحَدٍ يُفَضِّلُنِيْ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ إِلاَّ جَلَّدْتُهُ حَدَّ الْمُفْتَرِيْنَ
“Tidak didatangkan kepadaku seseorang yang mengutamakan aku diatas Abu Bakar dan Umar kecuali akan aku cambuk dengan cambukan seorang pendusta.
إِني لَوَاقِفٌ فِي قَوْمٍ نَدْعُوا اللهَ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَقَدْ وُضِعَ عَلَى سَرِيْرِهِ، إِذَا رَجُلٌ مِنْ خَلْفِي قَدْ وَضَعَ مِرْفَقَيْهِ عَلَى مَنْكِبِي يَقُوْلُ: رَحِمَكَ اللهَ إِنْ كُنْتُ َلأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ ِلأَنِيْ كَثِيْرًا مَا كُنْتُ أَسْمَعُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: كُنْتُ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ، وَفَعَلْتُ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ، وَانْطَلَقْتُ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ، فَإِنْ كُنْتُ َلأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللهُ مَعَهُمَا، فَالْتَفَتُّ فَإِذَا هُوَ عَلِي بْنِ أَبِي طَالِبٍ
(رواه البخاري في فضائل الصحابة، باب من فضائل عمر 3389 (4/1858))
Sungguh aku pernah berdiri di kerumunan orang yang sedang mendoakan Umar bin Khathab yang telah diletakkan di atas pembaringannya. Tiba-tiba seseorang dari belakangku yang meletakkan sikunya di kedua pundakku berkata: “Semoga Allah merahmatimu dan aku berharap agar Allah menggabungkan engkau bersama dua shahabatmu (Yakni Rasulullah dan Abu Bakar) karena aku sering mendengar Rasulullah bersabda: ‘Waktu itu aku bersama Abu Bakar dan Umar…’ ‘aku telah mengerjakan bersama Abu Bakar dan Umar…’, ‘aku pergi dengan Abu Bakar dan Umar...’. Maka sungguh aku berharap semoga Allah menggabungkan engkau dengan keduanya. Maka aku menengok ke belakangku ternyata ia adalah Ali bin Abi Thalib.
Hadits-hadits dari Ali bin Abi Thalib ini merupakan sebesar-besar dalil yang membuktikan kedustaan kaum syi’ah Rafidlah yang mengutamakan Ali di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma.
3. Bahkan ketika ditanyakan kepada Rasulllah shallallahu `alaihi wa sallam siapa yang paling dicintainya, beliau shallallahu `alaihi wa sallam menjawab: “Abu Bakar” sebagaimana dalam riwayat dari ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu 'anhu berikut:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السُّلَاسِلِ فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ عَائِشَةُ قُلْتُ مِنَ الرِّجَالِ قَالَ أَبُوهَا قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ عُمَرُ فَعَدَّ رِجَالًا
Bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam telah mengutus pasukan untuk memimpin perang dzatu tsalatsil. Maka aku mendatanginya, dan bertanya kepadanya: “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau shallallahu `alaihi wa sallam menjawab: “Aisyah.” Aku berkata: “Dari kalangan laki-laki wahai Rasulllah?” Beliau menjwab: “Ayahnya”. Aku berkata: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Umar”. Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang. (HR. Bukhari dalam Fadhailil A’mal, fathul Bari juz ke 7, hal. 18 dan Muslim dalam Fadhailus Shahabah juz ke-4 hal. 1856 no. 2384)
4. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah ibnul Yaman, Anas bin Malik dan Ab dullah bin Umar:
ثم اقتدوا باللذين من بعدي من أصحابي أبي بكر وعمر
Kemudian ikutilah teladan orang-orang setelahku dari shahabatku yaitu Abu Bakar dan Umar…. (HR. Tirmidzi, Baihaqi dan Hakim; Lihat Silsilah Ash-Shahihah juz 3 hal. 233, hadits no. 1233)
5. Bahkan banyak isyarat-isyarat dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan sekaligus isyarat bahwa beliaulah yang pantas mewakili Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam.
Diriwayatkan dari Jubair ibni Muth’in, dia berkata:
أتت امرأة النبي صلى الله عليه وسلم فأمرها أن ترجع إليه قالت أرأيت إن جئت ولم أجدك كأنها تقول الموت قال صلى الله عليه وسلم إن لم تجديني فأتي أبا بكر
Datang seorang wanita kepada Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, maka Rasulullah menyuruhnya untuk datang kembali. Maka wanita itu mengatakan: “Bagaimana jika aku tidak mendapatimu?” sepertinya wanita itu memaksudkan jika telah meninggalnya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menjawab: “Jika engkau tidak mendapatiku, maka datangilah Abu Bakar”. (HR. Bukhari 2/419; Muslim, 7/110; lihat ظلال الجنة hal. 541-542, no. 1151)
Maka dengan riwayat-riwayat ini seluruh ulama ahlus sunnah sepakat bahwa manusia terbaik setelah rasululnya adalah Abu Bakar, kemdian Umar kemudian Utsman kemudian Ali radhiallahu 'anhum.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Utsman dan Ali radhiallahu 'anhum: “Yang demikian telah disepakati oleh para imam-imam kaum muslimin yang terkenal keilmuannya dan keshalihannya dari kalangan shahabat, tabi’in, pengikut tabi’in, dan ini pla madzhab Imam Malik dan seluruh penduduk Madinah, Imam Al-Laits Ibnu Sa’ad dan seluruh ulama Mesir al-Auzai, dan seluru penduduk Syam Sufyan Atz-Tsauri, Abu Hanifah, Hammad ibni Zaid, Hammad Ibni Salamah dan seluruh penduduk Iraq. Dan ini juga madzhabnya imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq Ibnu Rahuyah, Abu Ubaid dan lain-lain dari para imam-imam kaum muslimin”. (Majmu’ Fatawa juz IV hal. 421).
Dan Imam Malik mengatakan bahwa itu adalah ijma’ penduduk Madinah dalam ucapannya:
مَا أَدْرَكْتُ أَحَدًا مِمَّنْ يَقْتَدِي بِهِ يَشُكُّ فِي تَقَدِّمِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرً
“Tidak kutemui satu orang pun dari ulama yang dijadikan teladan yang ragu terhadap diutamakannya Abu Bakar dan Umar di atas yang lainnya”. (Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 4/421; lihat Al-Imamatul ‘Udhma, Abdullah Ibnu Umar Ibnu Sulaiman ad-Damiji, hal. 311)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar