Radio Muwahiddin

Sabtu, 17 Maret 2012

Thoghut Demokrasi Berlumuran Darah (Bagian 6)


Thoghut Demokrasi Berlumuran Darah (Bagian 6)

------------------------------------------------------------------------------------------

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Aqil Hafizhahullah

(Bagian 6)

Ya Ahibbati fillahi. Ketahuilah, sebaik-baik orang Afrika adalah orang Somalia. Sungguh mereka adalah orang yang paling baik ilmunya, dakwahnya, bahasanya…. Tapi lihatlah para da’i dari orang-orang Somalia ini. Mereka terusir ke mana-mana dalam jumlah besar. Yang demikian karena mereka masuk pada perkara yang bukan urusan mereka.

Politik adalah perangkap bagi para ulama. Ketika orang-orang jelek dari Barat melihat bahwa dakwah di Aljazair sangat kuat dan berada di atas manhaj salaf, ya memang awalnya di atas manhaj salaf. Mereka berkata: "Apa yang diperbuat oleh mereka itu? Bukankah Ajazair termasuk Perancis, bagian dari Perancis yang kemudian memisahkan diri?" Demikian pula dikatakan dalam pelajaran geografi. Maka mereka berkata: "Iibatkan saja mereka dalam politik." Maka ketika mereka masuk dalam politik, mulailah orang-orang bodoh yang tidak memiliki akal berkata: "bbbbbbbb (yakni berbicara sembarang tentang politik dan penguasa)."

Inilah yang terjadi di dunia Islam sekarang ini. Setiap kita melihat para pemuda mengajari manusia dan menghafal ilmu, datang seorang pemuda ahwaj [24] yang bodoh dan tidak berakal mengajak kepada politik, demonstrasi, kemudian dihadapkan kepada penguasa (diadu dengan penguasa), maka terbunuhlah mereka.

Politik adalah jebakan buat para ulama dan perangkap bagi para da’i. la tidak ada sangkut pautnya dengan dakwah, tidak jauh dan tidak pula dekat. Karena kita tidak mencari kekuasaan dan kita tidak menginginkan kekuasaan. Orang yang ini mengingkari yang itu, yang berkuasa ingin tetap berkuasa, dan seterusnya (semoga Allah memberikan pertolongan). Urusan kita adalah bagaimana kita shalat yang benar, bagaimana kita beribadah kepada Allah dan berdoa kepada Allah untuk penguasa tanpa sepengetahuannya. Dan kita berusaha untuk menasehatinya.
Diriwayatkan dari sebagian shahabat -saya kira Anas- ketika dikatakan kepadanya "Mengapa engkau tidak menasehati Utsman?"[25] Dia berkata: "Apakah kalian mengira aku tidak menasehatinya? Tapi aku tidak menginginkan membuka pintu kejelekan kepada kaum muslimin, yakni: Aku tidak menegurnya di hadapan kalian."

Para pemuda sekarang mengira bahwa para ulama tidak menasehati para penguasa. Siapa bilang mereka tidak menasehati. Para penguasa bukanlah anaknya para ulama. Anda sekarang, misalnya. Isteri di rumahmu di bawah kekuasaan anda. Aku menantang mereka yang mengatakan: "Tegakkan daulah Islamiyah!" Aku menantang! Menantang apakah ada da’i mereka yang tidak ada kemunkaran di rumahnya? Demi Allah, yang tiada sesembahan yang haq kecuali Dia. Aku menantang! Ini tantangan bagi mereka. Kalau ada orang yang memiliki Partai Islam, kita datangi rumahnya. Apakah rumahnya sudah Islami, ternyata rumahnya tidak Islami. Anda akan dapati isterinya tidak berhijab. Kau dapati televisi di rumahnya, nyanyian, musik, anak-anaknya merokok, diberitahu bahwa anak perempuannya pergi ke diskotik. Dia akan berkata: "Aku tidak mampu. Demi Allah aku tidak mampu." Anak perempuanmu sendiri kamu tidak mampu? Bagaimana Daulah Islamiyah kamu mampu?!

Ada sebuah kisah. Aku akan menceritakannya kepada anda: Kami pernah menaiki mobil milik seorang da’i Islam (dari mereka). Kita lihat bibirnya sangat hitam karena rokok, hitam seperti arang. Di dalam mobil -waktu itu puteraku Abdullah bersamaku- ada dua pak rokok. Waktu itu aku duduk di depan dan duduk di belakang Syaikh Awad Shihri -anda tahu-? Juga ada Syaikh Aid Al Amri, pengajar bahasa Arab. Setelah turun aku berkata kepada keduanya: "Kamu lihat bagaimana da’i ini. Seorang da’i bibirnya hitam karena rokok dan di mobilnya terdapat dua pak rokok?!" Mereka menjawab: "Engkau tidak tahu sesuatu! Kami yang di belakang mendapati majalah-majalah seronok." Sungguh ini benar-benar terjadi. Awad Shihri ada dan Aid Al-Amri ada. Silakan tanya pada mereka. Rumah-rumah mereka sendiri payah dan anak-anak mereka pun payah -kita harap Allah menyelamatkan mereka-. Akan tetapi kemudian mereka berbicara permasalahan yang besar, membicarakan kesalahan para penguasa. Mengapa kamu tidak melihat kepada kesalahan-kesalahan pribadimu. Seorang penguasa mungkin ingin mengadakan perbaikan, tapi tidak mampu.

Kalian tahu gembong terbesar dari kalangan Ikhwan di Turki sekarang adalah Erbakan, dia memerintah selama enam bulan. Kita tanyakan pada mereka, apakah dia menginginkan perbaikan atau tidak? Mereka akan berkata: ‘Tentu dia menginginkan kebaikan." Lalu, mengapa dia tidak berbuat? Mereka berkata: "Ia tidak mampu." Baik, sekarang kamu memberikan alasan tentang Erbakan bahwa dia tidak mampu. Mengapa kalian tidak memberikan pembelaan yang sama kepada para penguasa yang lain? Apakah karena dia termasuk kelompokmu dan yang lain tidak? Apakah orang yang tergabung dalam partaimu kamu maklumi, dan yang diluar tidak kamu maklumi?

Demi Allah, sebagian mereka datang ke Madinah, kemudian berkata: "Lihatlah! Bagaimana orang-orang di sini menjual kaset-kaset lagu, menjual ini dan itu?!" Ya. Mereka salah. Menjual lagu-lagu musik, salah. Membiarkan di televisi-televisi, salah. Tapi mungkin mereka tidak mampu (menghambatnya). "Lalu, bagaimana mereka tidak mampu?!" Katanya.

Mengapa Erbakan menjual khamr di negerinya, mengapa zina di negerinya diresmikan dengan kartu? Yang memiliki surat tersebut, dia boleh berzina dan yang tidak memiliki, tidak diizinkan? Demikian dalam UUD-nya. Dan bapaknya tidak dapat berbicara satu kalimat pun.
Mengapa di Turki tidak ditegakkan hukum-hukum had yang syar’i. Walaupun hanya satu jenis hukum had? Mereka berkata: ‘Tidak mampu." Mereka tidak mampu dalam perkara-perkara pokok.

Sedangkan di sini tidak mampu dalam perkara-perkara cabangnya?!

Seseorang yang tidak mampu memimpin rumah tangganya, bagaimana ia akan memimpin manusia yang jumlahnya jutaan? Wahai saudaraku, bagaimana ia akan mengaturnya?

Ar-Rafidlah, yang mereka adalah musuh Allah dan Rasul-Nya, apakah kalian menyukainya? Baik, mengapa kalian tidak melarang?" Jawabnya: ‘Tidak bisa."

Ketika Saddam Husain datang memerangi negeri kita, adakah seorang muslim yang berdiri membela kami? Siapa? Iran ketika memerangi kami. Siapa yang mendukung kami, mana negara Islam yang berdiri bersama kami? Jawabnya: "Tidak mampu."

Tidak ada yang berdiri bersama kami. Demikian pula kami. Kami tidak menentang pemerintah kami walaupun mereka fasik selama mereka masih berkata: "Shalatlah kalian!" Selama ia masih berkata: "Saya Muslim." Daripada kita berkata: “Kami menentangmu (membantahmu)," kemudian mereka benci pada kita dan kita membenci mereka. Kita katakan: "Jangan!" Ucapkan saja: "Semoga Allah memantapkan kekuasaanmu. Kami mendoakan kebaikan untukmu." Hingga mereka cinta kepada kita dan kita cinta kepada mereka.

Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia. Tidak mungkin secara akal di seluruh dunia, ada seorang penguasa ditentang dan direbut kenikmatan yang ada padanya kemudian dia menyukainya. Dia akan membenci anda, dia akan membenci anda. Bahkan mungkin dia akan terpaksa berbuat kekufuran untuk mempertahankannya.


Anda tahu, kisah pembesar Romawi, Heraklius. Ketika datang surat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya, dia cium dan dia letakkan di atas kepalanya, dia melihat dan mengetahui bahwa dia adalah Nabi. Maka datanglah ahlul halli wal ‘aqdi di majelis. Kemudian raja berkata: "Ini surat yang mulia datang kepadaku dan aku berpendapat untuk masuk Islam dan mengikuti Nabi ini", maka goncanglah mereka. Mereka marah dan keluar untuk mengajak manusia menentangnya. Tapi dia -na’udzubillah, laa haula wala quwwata illah billah- dia lebih menyukai dunia daripada akhirat. Dia berkata: ‘Tidak. Kemarilah. Kemarilah. Aku hanya ingin menguji kalian saja."

Lihat bagaimana ia berkata: "Aku hanya ingin menguji kalian saja", yakni dia mementingkan sisi apa?! Dia mementingkan dunia di atas akhirat padahal dia tahu ini adalah haq. Demikian pula seorang penguasa sekarang, walaupun tahu bahwa ucapanmu adalah haq. Tapi ketika tahu engkau akan merebut kekuasaannya, dia akan meninggalkan yang haq itu.

Kalian, wahai kaum yang berjenggot, apakah setiap pemuda berjenggot menginginkan kekuasaan?! Kalau demikian, para penguasa akan benci kepada kalian, dengan membabi buta dan benci kepada orang-orang yang berjenggot (yang menghidupkan sunnah, pent).

Sebaliknya jika orang-orang berjenggot mengatakan: "Semoga Allah menetapkan kekuasaanmu dan memperbaikimu dan memberikan pertolongan kepadamu. Dan kami, demi Allah, berdoa kepada Allah untuk kalian tanpa sepengetahuan kalian. Kami tidak menentang kalian tapi, jazakumullahu khaira. Janganlah menganiaya kaum muslimin. Lunaklah pada kaum muslimin. Kerjakanlah ini…."
Dengan cara rahasia, ucapkan kepadanya: "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Kami hanya menginginkan dari kalian perkara yang kecil, yaitu ini, kami ingin demikian, kami ingin demikian."

Jika mereka mengetahui bahwa kalian bukan menginginkan kekuasaan, mereka akan mencintai kalian. Mereka akan menyukai kalian, akan dekat dengan kalian, mengajak kalian musyawarah, mereka menginginkan apa yang baik untuk kalian. Ini dia cara-cara yang syar’i.
Jika Allah memperbaiki mereka, maka kebaikannya untuk kita dan untuk mereka. Kalau sebaliknya, yaitu Allah tidak memperbaiki mereka, maka kita sudah menunaikan kewajiban kita pada mereka. Ini yang akan dihitung oleh Allah pada hari kiamat. Kalau Allah menghendaki, Allah akan memberi hidayah manusia seluruhnya. Tapi ini adalah ujian agar kita melihat apakah kita para da’i atau para pemberontak yang akan merebut kekuasaan dari para ahlinya. Ini adalah kaidah- kaidah yang penting dan sangat berbahaya.

Wahai orang-orang yang saya cintai di jalan Allah. Semestinya, seorang muslim bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, berpegang pada manhaj salaf serta menggigitnya kuat-kuat dengan giginya, khususnya di jaman fitnah politik. Jika dikatakan kepada kami, "Pilihlah!"

Katakan: "Aku tidak akan memilih!" 
"Berikanlah suaramu."

Katakan: "Aku tidak akan memberikan suara." 
Jika engkau menginginkan Allah, Allah akan memberikan taufiq kepadamu. Kami hanya mengajarkan ilmu kepada manusia, mengajari walaupun lima orang.

Mereka akan berkata: "Dakwah kalian apa faedahnya?" 

Kita katakan: "Dakwah kita adalah satu orang, yang tadinya penyembah berhala menjadi salafy, walaupun satu orang. Sedangkan kalian, apa feedahnya dakwah kalian? Seratus tahun kalian tidak mendapatkan pemerintahan/kekuasaan, tidak pula menjadikan satu orang menjadi salafy. Sedangkan kami berhasil menjadikan seorang salafy, walaupun hanya satu. 

Seratus tahun kalian berdakwah sebagaimana anggapan kalian, tapi tidak menjadikan seorangpun mengerti laa ilaha illallahu. Sedangkan kita, seratus tahun menjadikan satu orang salafy, mana yang lebih baik? Apalagi kalau Allah memberikan petunjuk dengan dakwah kita ratusan ribu orang."
Di Bangladesh, ada berapa orang ahlul hadits? 15 juta. Apakah mereka terjun dalam politik, mencari kekuasaan? Mereka tidak mencari kekuasaan padahal jumlahnya 15 juta orang, wahai ahibbati fillah. Mereka di bawah pimpinan Syaikh DR. Muhammad Abdul Bari [26]. Banyak memiliki masjid. Kita lihat di masjid-masjid lain mengerjakan bid’ah. Ketika kita masuk masjid-masjid mereka, kita lihat sunnah, sedekap [27], mengucapkan, "Amin" [28] dan memiliki pengetahuan tentang tauhid. Lima belas juta orang itu apakah bukan suatu kenikmatan, wahai ahibbati fillah? Sejuta orang sudah merupakan kenikmatan, wallahul musta’an.

Kemudian katakan: "Jadilah kalian orang-orang yang berakal, orang-orang yang bijaksana. Jangan sampai kalian dipermainkan oleh orang-orang Barat hingga terjadi perang saudara di tempat kalian. Di Ibukota kaum muslimin, di negara Islam yang besar (jumlah penduduknya)."
Negara Islam yang terbesar (jumlah pemeluknya) sekarang ini adalah Indonesia. Ya, negara Islam yang paling besar. Kalau Indonesia hancur, apa sisanya bagi kaum muslimin?! Apa sisanya?! Penduduk Somalia, seluruhnya berjumlah 6 juta. lima ratus ribu orang terbunuh dari 6 juta orang itu, berapa persen orang yang terbunuh? Wallahul musta’an. Wa shallallahu wa sallamu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa sallam.

[Diambil dari Majalah Salafy, Edisi 33/1420/1999 Judul asli: Beda Antara Agitasi Politik Ikhwani yang Berdarah Darah Dengan Manhaj Dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang Harus Menjadi Uswah, Penerjemah Al Ustadz Muhamamd Umar As Sewed]
_________
Footnote
[24] Orang yang berani tanpa perhitungan
[25] Ketika Utsman shalat di Mina pada musim Haji dengan sempurna, tidak mengqasharnya, sebagaimana sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan alasan banyaknya orang-orang awam di kala itu. Maka sebagian shahabat mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un." Dan ini termasuk ijtihad beliau radliyallahu ‘anhu.
[26] Beliau sempat bertemu dengan kami di rumah Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, dan beliau memiliki beberapa karya tulis.
[27] Karena orang-orang yang ta’ashub dengan madzhab Hanafi tidak bersedekap dalam shalatnya.
[28] Karena di’ Bangladesh, sebagian besar orang tidak menghidupkan sunnah (mengucapkan) amin, bahkan kalau mereka melihat orang yang (mengucapkan) amin, mereka akan serta merta memusuhinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Dipersilakan untuk menyebarluaskan isi dari blog ini untuk kepentingan da'wah, tanpa tujuan komersil dengan menyertakan URL sumber. Jazakumullohu khairan."