SYI’AH DAN PARA SAHABAT NABI
----------------------------------------------------------------------------------------
Berbagai mahkota keutamaan dan kemuliaan yang hakiki telah berhasil diraih oleh generasi terbaik umat ini, seiring kebaikan mereka yang tak akan pernah tertandingi oleh generasi sesudahnya sepanjang jaman. Merekalah para sahabat Nabi . Pribadi-pribadi manusia yang telah Allah subhanahu wata’ala pilih untuk mendampingi utusan-Nya yang termulia Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, didalam mengemban risalah dakwah-Nya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya :
“Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang bersamanya (para sahabat) sangat tegas terhadap orang-orang kafir namun berlemah lembut terhadap sesamanya. Engkau lihat mereka banyak ruku’ dan sujud dalam rangka mengharap keutamaan dan keridhaan Allah. Tanda-tanda mereka nampak pada wajah-wajahnya dari bekas sujud. Demikianlah permisalan mereka yang telah terdapat pada Taurat. Adapun permisalan mereka di dalam Injil seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar dan kokohlah dia di atas pokoknya”. (Al Fath : 29).
Maka tak ayal lagi, kalau Rasulullah merekomendasikan bahwa mereka adalah sebaik-baik generasi umat ini. Beliau bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi sesudahnya (para tabi’in) kemudian generasi sesudahnya (para pengikut tabi’in)”. (Muttafaqun ‘alaihi)
Al Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata : ”Dan masing-masing mereka (para sahabat) adalah orang yang adil, imam yang memiliki keutamaan dan keridhaan. Diwajibkan atas kita untuk memuliakan, menghormati, memintakan ampunan untuk mereka dan mencintai mereka. Satu buah kurma yang mereka sedekahkan lebih utama dari sedekah seluruh apa yang kita miliki. Duduknya mereka bersama Nabi ? lebih utama daripada ibadah kita sepanjang masa. Kalau seandainya seluruh umur kita gunakan untuk beribadah terus-menerus maka tidak akan mampu menandingi amalan sesaat atau lebih dari mereka”.(Al Ahkam fi Ushulil Ahkam 5/663).
PARA SAHABAT DALAM TINJAUAN SYI’AH RAFIDHAH
Ternyata mahkota keutamaan dan kemuliaan ini telah dicabik-cabik para tentara Iblis yang telah memendam kebencian dan kedengkian terhadap mereka. Syi’ah Rafidhah-lah, tentara yang pertama kali dan paling gigih mengobarkan api kebencian dan kedengkian tersebut.
Wujud kebencian kaum Syi’ah Rafidhah telah tertuang di dalam lembaran-lembaran tulisan ulama mereka seiring dengan bergantinya generasi dan kurun waktu. Dalam kitab Syarh Nahjil Balaghah 20/ 22, Ibnu Abil Hadid mengatakan:” Para sahabat adalah satu kaum yang mendapatkan kebaikan dan kejelekan sebagaimana manusia lainnya. Barang siapa diantara mereka yang berbuat kejelekan maka kami cela, sedangkan yang berbuat kebaikan kami puji. Mereka tidak memiliki keutamaan yang besar dibandingkan kaum muslimin yang lainnya kecuali hanya sekedar pernah melihat Rasulullah Tidak lebih daripada itu. Bahkan bisa jadi, dosa mereka lebih besar daripada dosa selain mereka”.
Al Kulaini di dalam kitab Ar Raudhah Minal Kafi 8/ 245-246 meriwayatkan dari Abu Ja’far bahwa dia berkata:”Para sahabat adalah orang-orang yang telah murtad (sepeninggal Nabi , pen), kecuali tiga orang saja”. Maka aku (periwayat) bertanya: “Siapa tiga orang itu ? “. Maka dia menjawab:” Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisi”.
Muhammad Baqir Al Majlisi di dalam kitab Haqqul Yaqin hal. 519 berkata:” Aqidah kami dalam hal kebencian adalah membenci empat berhala yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu’awiyah dan empat wanita yaitu Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummul Hakam serta seluruh orang yang mengikuti mereka. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk Allah di muka bumi ini. Tidaklah sempurna iman kepada Allah, Rasul-Nya dan para imam (menurut keyakinan mereka) kecuali setelah membenci musuh-musuh tadi”.
Al Mulla Kazhim di dalam kitab Ajma’ul Fadha’ih hal. 157 meriwayatkan dari Abu Hamzah Ats Tsumali –berdusta atas nama Ali Zainal Abidin rahimahullah- bahwa beliau berkata: “Barangsiapa yang melaknat Al Jibt (yaitu Abu Bakar) dan Ath Thaghut (yaitu Umar) dengan sekali laknatan maka Allah catat baginya 70 juta kebaikan dan Dia hapus sejuta kejelekan. Allah angkat dia setinggi 70 juta derajat. Barangsiapa sore harinya melaknat keduanya dengan sekali laknatan maka baginya (pahala) seperti itu”.
Bahkan di dalam kitab wirid mereka Miftahul Jinaan hal. 114 disebutkan wirid Shonamai Quraisy (dua berhala Quraisy yaitu Abu Bakar dan Umar), diantara lafadznya berbunyi:
الَلَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَالْعَنْ صَنَمَي قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهِمَا وَطَاغُوْتَيْهِمَا وَابْنَتَيْهِمَا
“Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Laknatilah dua berhala Quraisy, dua syaithan, dua thaghut dan kedua anak perempuan mereka (Aisyah dan Hafshah ?).”.
Para ulama Syi’ah Rafidhah telah menukilkan ijma’ mereka tentang kafirnya para sahabat, diantaranya Al Mufid bin Muhammad An Nu’man di dalam kitab Awa’ilul Maqalat hal. 45, dia berkata: “Imamiyah (Syi’ah Rafidhah), Zaidiyah dan Khawarij bersepakat bahwa orang-orang yang melanggar perjanjian dan menyeleweng, dari penduduk Bashrah dan Syam (para sahabat- menurut anggapan mereka, pen) adalah orang-orang kafir, sesat dan terlaknat karena memerangi Amirul Mukminin( Ali, pen). Mereka itu kekal di Jahannam”.
Para pembaca, perhatikanlah kata-kata keji mereka itu ! Dengan berbekal kedustaan dan kebencian, mereka berupaya meruntuhkan pondasi-pondasi Islam yang kokoh. Setelah Al Qur’an mereka usik keabsahannya, maka kini giliran manusia-manusia terbaik umat ini dari para sahabat Rasulullah mereka lecehkan dan kafirkan. Lalu Islam apa yang ada pada mereka ?!
Kenapa mereka menyembunyikan firman Allah yang artinya: “Dan orang-orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan sahabat Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah telah sediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (At Taubah : 100), dan firman-Nya yang lain ?!
Tidak ingatkah mereka dengan sabda Nabi ?!:
لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ فَوَالذّيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنْفَقَ أَحَدُكُمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ
“Janganlah kalian mencerca para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya kalau seandainya salah seorang di antara kalian berinfak emas sebesar gunung Uhud maka (pahala) infak kalian tidak akan mencapai (pahala) infak emas sebanyak dua telapak tangan mereka bahkan tidak pula setengahnya”. (Muttafaqun ‘alaihi)
KONSPIRASI JAHAT DI BALIK PELECEHAN MEREKA TERHADAP PARA SAHABAT
Ternyata dibalik pelecehan mereka terhadap para sahabat, ada konspirasi jahat yang terselubung yaitu: mencela Nabi menggugurkan Al Qur’an dan As Sunnah sekaligus agama Islam.
Al Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata :”Mereka itu adalah suatu kaum yang sebenarnya berambisi untuk mencela Nabi namun ternyata tidak mampu. Maka akhirnya mereka mencela para sahabatnya sampai kemudian dikatakan bahwa beliau adalah orang jahat, karena kalau memang beliau orang baik, niscaya para sahabatnya adalah orang-orang baik pula”.
Al Imam Abu Zur’ah rahimahullah berkata: ”Bila engkau melihat seseorang merendahkan kedudukan seorang sahabat Rasulullah maka ketahuilah bahwa dia adalah Zindiq (munafik). Sebab, sunnah Rasul dan Al Qur’an adalah kebenaran di sisi kita. Sedangkan yang menyampaikan Al Qur’an dan Sunnah tadi kepada kita adalah para sahabat Rasulullah . Mereka (Syi’ah Rafidhah) mencela para saksi kita dengan tujuan untuk menggugurkan Al Qur’an dan As Sunnah. Justru mereka inilah yang lebih pantas untuk dicela. Merekalah orang-orang zindiq”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:”Celaan terhadap mereka (para sahabat) adalah celaan terhadap agama ini”.
HUKUMAN BAGI ORANG-ORANG YANG MENCELA PARA SAHABAT
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah di dalam kitab Ash Sharimul Maslul ‘ala Syatimir Rasul memberikan rincian tentang hukum orang yang mencela para sahabat Nabi yang bisa diringkas sebagai berikut :
1. Bila orang tersebut mencela para sahabat dengan celaan yang tidak sampai menjatuhkan keadilan dan agama mereka seperti: mensifati para sahabat dengan kebakhilan, penakut, dangkal ilmunya dan selain itu maka dia tidak dihukumi sebagai orang yang murtad atau kafir. Hanya saja orang ini dihukum ta’zir (hukuman dera atau penjara yang dilaksanakan oleh pemerintah kaum muslimin setelah dimintai taubat dan diberi penjelasan,pen).
2. Adapun orang yang mencela para sahabat karena keyakinan bahwa mereka telah murtad atau sesat sepeninggal Nabi maka tidak ragu lagi bahwa orang tersebut kafir (setelah memenuhi kriteria syariat untuk dikafirkan, pen).
3. Demikian juga seseorang yang ragu terhadap kafirnya orang jenis kedua maka dia kafir.
HADITS-HADITS PALSU DAN LEMAH YANG TERSEBAR DI KALANGAN UMAT Hadits Abu Ayyub Al Anshari ? :
يَا عَمَّارَ بْنَ يَاسِرٍ ! إِنْ رَأََيْتَ عَلِيًّا قَدْ سَلَك وَادِيًا وَسَلَكَ النَّاسُ وَادِيًا غَيْرَهُ فَاسْلُكْ مَعَ عَلِيٍّ فَإِنَّهُ لَنْ يَدُلَّكَ عَلَى رَدًى وَلَنْ يُخْرِجَكَ مِنْ هُدًى
“Wahai Ammar bin Yasir ! Jika engkau melihat Ali berjalan di sebuah lembah sedangkan manusia berjalan di lembah yang lainnya maka berjalanlah bersama Ali, sesungguhnya dia tidak akan mengajak kamu kepada kehinaan dan tidak akan mengeluarkan kamu dari petunjuk.”
Keterangan :
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir (2/185/12) dari jalan Mu’alla bin Abdurrahman dan As Suyuthi di dalam Al Jami’ul Kabir (1/63/3). Ibnu ‘Asakir berkata: “Mu’alla bin Abdurrahman adalah pemalsu hadits”. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Mu’alla bin Abdurrahman tertuduh sebagai pemalsu hadits dan dia terkena pemikiran Rafidhah”. Asy Syaikh Al Albani mengatakan: “Hadits ini maudhu”. (Lihat Silsilah Adh Dha’ifah no. 4896)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar